APA TUHAN HANYA BISA DITEMUKAN DI MASJID?

Corona, Pandemi, Covid-19, dan sekutunya, merupakan sekumpulan kata yang banyak diperbincangkan umat manusia saat ini. Setiap kalimat yang tersusun dari kata-kata tersebut, mondar-mandir mengisi berbagai media dan ramai diperbincangkan.

Media mainstream seperti televisi, media cetak, online, dan radio atau media sosial serupa facebook, instagram, youtube dan sejenisnya, tak ada yang absen dalam memunculkan topik ini. Tak ayal ia kemudian menimbulkan kegalauan, kecemasan, bahkan turut pula memobilisasi ketakutan.

Kondisi ini kemudian mendorong umat manusia mulai mencari-cari jalan untuk bisa selamat dari kejadian besar ini. Kita melihat para ilmuan mulai mencari-cari formula untuk menangkal virus ini, para peminpin dunia mulai merancang berbagai kebijakan, dan di sudut-sudut rumah sebagian masyarakat dengan segala keterbatasannya, duduk dengan penuh harap merayu keselamatan dari Tuhan.

Kesadaran akan sosok Yang Maha Besar yang bisa melindungi mulai muncul dan tumbuh. Bahkan untuk kalangan yang secara terang-terangan menolak konsep Ketuhanan dan agama, dalam kondisi ini ada yang kembali ke rumah-rumah ibadah dan merengek meminta pertolongan Tuhan.

Rumah-rumah ibadah diserbu, ibadah-ibadah makin dipadati jamaah, tanpa peduli anjuran yang disampaikan setiap pemangku kebijakan, yang di setiap tempat bersepakat untuk mengkampanyekan; bekerja, belajar, dan beridabah dari rumah.

Walhasil, kegiatan ibadah tersebut yang tadinya diharapkan untuk menurunkan berkah, malah menjadi sarana menyebarnya wabah. Kita bisa lihat fakta yang terjadi di berbagai tempat, dan sempat viral di berbagai media yang tentunya tak bisa kita kesampingkan.

Kemudian timbul sebuah pertanyaan, dalam kondisi seperti saat ini mengapa harus ngotot beribadah di tempat-tempat ibadah, apakah tuhan hanya bisa ditemui di tempat-tempat ibadah ? Apakah tuhan tidak bisa dihadirkan di rumah-rumah kita ?

Sebagai orang yang beragama, tentu kita tidak bisa dilepaskan dari tuntunan teks-teks keagamaan yang secara komplit bisa dijadikan panduan bagi kita dalam menghadapi setiap keadaan.

Sebagai seorang muslim khususnya, tentu kita tidak boleh lepas dari ketentuan Allah Ta’ala melalui firman-Nya. Tidak hanya itu, sabda Khatamul Anbiya SAW, yang kita percayai sebagai sumber syafaat pun tak bisa kita anggap remeh, kalau kita mengaku sebagai ahlu sunah wal jamaah.

Firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Ankabut ayat 57 misalnya, di sana disebutkan, “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! sesungguhnya bumi-Ku luas, maka kepada Aku saja hendaknya kamu menyembah.”

Allah Ta’ala yang merupakan Tuhan timur dan barat, Pemilik langit, bumi dan seiisinya secara jelas menyampaikan keluasan kuasa-Nya, lalu bagaimana mungkin kita yang kecil ini merendahkan Tuhan dengan menganggap bahwa Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Agung itu hanya bisa ditemui di satu tempat?

Kemudian sabda Sang Manusia terbaik, Pengulu segala Nabi, Rasulullah saw. yang menyebutkan bahwa Bumi ini semuanya merupakan masjid (tempat bersujud) dan suci, kecuali kuburan dan kamar mandi.

Maka dari sini jelas bahwa hamparan bumi ini terkecuali dua tempat yang disebutkan di atas, sungguh layak dan bisa menjadi tempat kita bersujud dalam ibadah-ibadah kita kepada Allah Ta’ala.

Di lain tempat Nabi Karim saw. mengingatkan kepada kita agar kita tidak menjadikan rumah-rumah kita sebagai kuburan dalam artian rumah kita tidak diisi dengan dzikir Ilahi dan ibadah-ibadah. Dan rumah yang dikatakan oleh Nabi saw. sebagai “baiti jannati” adalah rumah yang di dalamnya diisi dengan berbagai sarana dzikir dan ibadah kepada Allah.

Memang beribadah secara berjamaah di mesjid memilki suatu keistimewaan, dan kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk memakmurkan mesjid-mesjid kita. Tapi dalam kondisi seperti saat ini, dimana ibadah kolektif yang dilakukan di rumah-rumah ibadah lebih banyak mudharatnya karena dapat menjadi sarana tersebarnya virus yang saat ini sedang menjangkiti dunia.

Selain itu, dari arogansi seperti ini, kita juga dapat melihat betapa lemahnya keadaan umat saat ini. Betapa tidak ketika suatu fatwa telah dikeluarkan para alim ulama tinggi di berbagai negara, tidak juga bisa menjawab atau meredam prilaku arogansi sekelompok umat tersebut. Malah ketika anjuran atau fatwa disampaikan seketika itu juga mereka mencaci maki ulama-ulama mereka sendiri.

Suatu keberkahan dari keberadaan Khilafat, tentu sedang dinikmati oleh jutaan Ahmadi di dunia. Betapa tidak keberadaan seorang Khalifah sebagai dokter rohani, peminpin umat saat ini hadir membawa satu ketentraman tersendiri.

Setiap saat Khalifah kita tercinta menyerukan arahan untuk menghadapi bencana besar ini, dan seketika itu pula dengan semangat “sami’na wa atha’na” setiap Ahmadi menjawab seruan dari Khalifah tercinta.

Dalam suatu kesempatan Hadhrat Khalifatul Masih al-Khamis aba. menyampaikan sebuah pesan dengan mengutip sebuah riwayat hadits yang dinukil dari hadits Bukhari bahwa pada suatu  hari terjadi hujan yang begitu deras kemudian Hadhrat Ibnu Abbas ra. berkata kepada muazin untuk mengumandangkan seruan melaksanakan shalat di rumah masing-masing, kemudian saat timbul keheranan dari orang-orang, beliau kemudian menyampaikan, “Orang yang lebih baik dari saya telah melakukannya. Sesungguhnya, shalat jumat memang sebuah kewajiban. Namun, saya tak ingin menyusahkan kalian hingga kalian harus berjalan di atas tanah yang licin dan becek.”

Kemudian beliau mengakhiri sebuah pesan tersebut dengan menyeru setiap Ahmadi untuk memperbanyak doa, mengharapkan curahan karunia dan pertolongan dari Allah Ta’ala supaya wabah ini segera berakhir, dan memberikan taufik kepada dunia untuk dapat mengenal Allah Ta’ala.

Visits: 26

1 thought on “APA TUHAN HANYA BISA DITEMUKAN DI MASJID?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *