Bersikap Bijak Mendatangkan Banyak Kebaikan

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia selalu dihadapkan dengan berbagai keadaan. Terkadang membuat hati senang, bahkan tak jarang merasakan dunia begitu melelahkan. Namun sebenarnya bukan suatu persoalan bagaimana keadaannya, namun masalah utama terletak pada sikap dan tindakan kita dalam memberikan respon  pada setiap keadaan.

Dalam buku Filsafat Ajaran Islam dijelaskan bahwa manusia berada dalam tiga keadaan yaitu: Pertama Nafs Amarah di mana dalam kondisi ini manusia akan senantiasa melakukan keburukan dan pelanggaran. Kondisi yang kedua Nafs Lawwamah yaitu jiwa yang mengecam keadaan yang buruk dan layak mendapatkan penghormatan di sisi Allah. 

Adapun yang ketiga Nafs Mutmainah yaitu jiwa yang tentram dan mendapat ketentraman dari Allah. Betapa kompleksnya keadaan manusia, terkadang bisa begitu jahatnya dalam merespon keadaan namun juga bisa menjelma menjadi seorang malaikat.

Sebuah kisah, seorang kakek hidup sederhana namun sangat bersahaja. Ketika sore sang Kakek melihat pohon jeruknya–yang telah ditanam cukup lama–mulai berbuah. Meskipun hanya berjumlah tiga, namun buah jeruknya sudah masak dan dapat dinikmati. 

Kakek berencana  mengambil jeruk esok hari, menunggu sang cucu datang. Ketika esok hari, Kakek mendapati buah jeruknya tinggal dua buah. Satu buah telah dicuri orang.

Si Kakek terlihat begitu sedih, hingga istrinya merasa heran, “Hanya satu buah jeruk saja engkau sampai begitu murung, bukankah masih ada dua di atas pohon?” kata sang istri.

“Bukan itu yang membuatku sedih,” jawab si Kakek. “Aku membayangkan betapa sulitnya si pencuri untuk mengambil buah jeruk itu. Ia harus sembunyi-sembunyi, saat malam hari supaya tidak ketahuan, tambah lagi dia harus memanjat pohon yang begitu tinggi  dan bertarung dengan semut rangrang yang menempel di pohon.”

“Karena itu, aku akan menaruh tangga di bawah pohon, supaya ketika nanti malam dia datang, tidak akan kesulitan lagi mengambil buah jeruk lainya.”

Namun ketika pagi tiba, buah jeruk masih utuh bahkan tangga masih di posisi semula. Kakek berusaha bersabar dan berharap malam hari pencuri akan kembali datang. Tetapi tetap saja buah jeruk masih lengkap jumlahnya.

Saat sore hari, Kakek kedatangan tamu membawa dua buah kantong kresek besar. Rupanya tamu tersebut dari tetangga desa. Saat hendak pulang, si tamu menceritakan dengan amat menyesal dialah yang mencuri jeruk Kakek.

“Kek, sebenarnya saya ingin mencuri lagi jeruk Kakek yang tersisa. Namun ketika saya menemukan tangga di dekat pohon jeruk, saya tersadar dan bertekad tidak akan mencuri lagi. Jadi ini saya kembalikan buah jeruk  milik kakek dan satu plastik lagi berisi buah jeruk  dengan jenis yang berbeda dengan yang Kakek punya.”

Berdasarkan kisah di atas, kita dapat mengambil hal positif bahwa, dalam segala keadaan, ketika kita menyikapi dengan sebuah kebijakan dan keikhlasan serta dilandasi rasa kasih sayang, akan melahirkan pola pikir yang positif dan memberikan dampak yang jauh lebih indah. 

Roy T. Bennett pernah berkata, “Sikap adalah pilihan. Kebahagiaan adalah pilihan. Optimisme adalah pilihan. Kebaikan adalah pilihan. Memberi adalah pilihan. Menghormati adalah pilihan. Pilihan apapun yang kau buat membentuk dirimu. Pilih dengan bijaksana.”

Dari kutipan ini kita mengetahui bahwa apapun yang akan kita lakukan sebagai bentuk respon terhadap segala keadaan merupakan suatu pilihan yang nantinya akan membentuk karakter dalam diri kita, sehingga diperlukan sikap yang bijak.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 270)

Hikmah artinya sikap bijaksana yang bisa menempatkan berbagai persoalan pada proporsinya yang layak kemudian berbuat selaras dengan konsekuensi dan senantiasa mempertimbangkan pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. 

Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Hendaknya kalian termasuk kekasih Allah. Hilangkan segala jenis perselisihan, egoisme dan permusuhan, hendaknya bersikap kasih sayang dan berbuat simpati padanya karena hal ini merupakan ibadah yang sangat besar dan sarana meraih keridhaan Allah Swt.”

Manusia itu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk melakukan apa yang diinginkan, namun hendaknya diingat bahwa tujuan utama adalah pertanggung jawaban pada Allah Swt, hal inilah yang akan menjadi alarm dalam setiap respon terhadap segala keadaan.

Semoga kita senantiasa dapat menciptakan perubahan diri ke arah yang lebih baik, memberikan respon positif dalam segala keadaan dan mampu menghilangkan berhala berhala yang tersembunyi dalam diri kita.

Visits: 325

Endah Fitri

2 thoughts on “Bersikap Bijak Mendatangkan Banyak Kebaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *