Buah Manis Kecintaan dan Pengorbanan

Mutiara yang bernama “kecintaan dan pengorbanan” itu tampak berkilauan di sebuah desa kecil, di Sumatera Utara, dimana Jemaat Ahmadiyah Cabang Lima Puluh berada. Ketika seorang Mubaligh dikirim oleh Pusat untuk bertugas di Cabang Lima Puluh ini, para anggota menyambut dengan suka cita. Kegembiraan ini merupakan penzahiran doa yang selama ini mereka panjatkan agar dikirim seorang Muballigh di tempat mereka dan Allah Ta’ala mengabulkannya. Bagi anggota di sini, ini sebuah karunia karena mereka mendapat pendamping dan pembimbing rohani yang akan bersama mereka setiap hari.

Namun dibalik kebahagiaan itu, sejumput rasa cemas menyelimuti. Cabang kecil ini belum memiliki rumah misi untuk tempat tinggal Mubaligh yang mereka tunggu. Padahal mereka sangat ingin menyambut dengan cara terbaik, yakni menyiapkan sebuah tempat tinggal yang baik.

Rembugan pun digelar. Berbagai alternatif dikemukakan, banyak pertimbangan dan pilihan didiskusikan oleh pengurus dan anggota dengan berkoordinasi kepada Mubaligh Daerah.

Saat semua alternatif menemui jalan buntu. Allah Ta’ala telah menggerakkan hati seorang anggota, yang tiba-tiba menawarkan tanahnya, mempersilahkan Jemaat membangun Rumah Missi di atas tanahnya itu, dan memberikan kelonggaran dalam pembayarannya, kapan pun Jemaat akan membayarnya dengan harga yang cukup murah. “Kalau untuk Jemaat, bagaimana mungkin saya akan tawar menawar tentang harga,” begitu ucapnya.

Padahal, jika dijual kepada pihak lain, harga tanahnya tersebut jauh lebih tinggi. Bahkan, pernah terlintas dalam benaknya untuk membangun rumah sendiri di atas tanahnya itu dan dikontrakan kepada Jemaat sebagai Rumah Missi.

Dari hitung-hitungan ekonomis jelas akan sangat menguntungkan. Namun, fitrat baik dalam dirinya telah mencegahnya mewujudkan pikiran itu. Hitung-hitungan duniawi tersebut pada akhirnya takluk oleh kecintaannya kepada Jemaat.

Dibuanglah jauh-jauh angan-angan itu, bahkan Istri dan anak-anaknya pun turut mendukung keputusan anggota ini. Padahal mereka bukanlah orang berada, dengan penghasilan dan harta melimpah. Tidak sama sekali, kesehariannya hanyalah seorang pedagang es dawet.

Tawaran ini bagai oase di padang pasir, bagaikan kompas dalam kebuntuan arah. Dan ternyata, anggota ini jugalah yang sudah menghibahkan tanahnya beberapa tahun lalu untuk dibangun mesjid di atasnya.

Serta merta tawaran ini disambut baik. Kerelaan anggota ini telah mengobarkan semangat pengurus dan anggota lainnya. Beberapa Pengurus dan anggota yang hadir dalam rapat, spontan menawarkan berbagai bantuan yang mereka bisa. Ada yang siap menyumbangkan tenaga tanpa dibayar sama sekali, sebagian lagi siap mengorbankan sebagian tenaganya dengan meminta upah setengah dari dia bekerja di tempat lain, sebagian memberikan sumbangan-sumbangan bahan-bahan bangunan dan uang. Para Ibu tak ketinggalan, menyatakan siap menjadi tim dapur tanpa meminta bayaran apapun.

Menakjubkan. Semangat kecintaan yang mengalir penuh keikhlasan, membakar semangat kerja keras bahu membahu. Tanpa kenal lelah, tanpa pernah memikirkan apa yang akan mereka dapat.

Para pengkhidmat Jemaat ini mulai mengerjakan pembangunan rumah misi, dengan dana seadanya. Mereka berkeyakinan bahwa rumah misi akan dapat mereka bangun.

Tapi, jika menilik pada besarnya dana yang tersedia, mustahil rasanya akan cukup untuk membangun rumah misi yang memadai. Namun, tak ada yang mustahil bagi Allah Ta’ala. Dengan kuasa-Nya, Allah Ta’ala telah menggerakkan hati banyak orang dari Cabang lain untuk turut andil dalam pembangunan ini.

Bermula dari obrolan pribadi mengenai semangat anggota dalam membangun rumah misi, berdatanganlah para dermawan yang memberikan bantuan, bahkan hingga pembayaran tanah milik anggota tersebut, tak harus menunggu waktu lama, hanya hitungan minggu, tanah tersebut sudah terbayar.

Dimanakah dapat ditemukan kecintaan dan semangat pengorbanan seperti ini? Jemaat ini benar-benar Jemaat Ilahi yang telah melahirkan orang-orang dengan fitrat suci, dengan semangat kecintaan dan pengorbanan yang luar biasa.

Seolah semua ini adalah bentuk kesinambungan yang dulu pernah dizahirkan dengan demikian luar biasa oleh para Sahabat Nabi Saw di masa-masa awal Islam.

Sebelum masuk Islam, Hadhrat Usman bin Affan ra. dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang. Kekayaannya berlimpah ruah. Beliau memeluk Islam atas ajakan Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.. Setelah memeluk Islam, dengan penuh kerelaan, beliau menyerahkan sebagian besar hartanya bagi kepentingan perjuangan Islam. Budak yang teraniaya oleh orang kafir Quraisy ditebusnya dengan harta beliau.

Pada saat terjadi perang Tabuk melawan kerajaan Byzantium, Rasulullah SAW sebagai Kepala Pemerintahan dan Panglima Pasukan memerlukan sejumlah dana dan makanan untuk mempertahankan diri dari serangan pasukan musuh. Masalah ini dikemukakan oleh Rasulullah SAW ke hadapan para sahabat beliau. Hal itu ditanggapi secara serius oleh para sahabat. Hadhrat Abu Bakar ash-Shiddiq ra. menyumbangkan seluruh hartanya sejumlah 4000 dirham, Hadhrat Umar bin Khattab ra. menyumbangkan setengah hartanya, sementara Usman bin Affan menanggung sepertiga pembiayaan dan dana perang.

Para sahabat, telah menyerahkan seluruh kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala. Suatu bentuk kecintaan yang telah memadamkan segala ambisi duniawi dan melahirkan keridhaan tak terkira dalam jiwa mereka. Itulah sejatinya pengorbanan, yang merupakan manifestasi dari kecintaan, kesetiaan dan kebaktian seseorang.
.
.
.
Penulis: Yosnefil Muzaffar Ahmad
Editor: Ai Yuliansah & Muhammad Nurdin

Visits: 153

Yosnefil Muzaffar Ahmad

1 thought on “Buah Manis Kecintaan dan Pengorbanan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *