Doa dan Pengorbanan Harta Dapat Mempertemukan Anak yang Terpisah 23 Tahun

Minggu, 04 Oktober 2020 menjadi hari bersejarah bagi Ibu Cucu Nurhayati, Ketua Lajnah Jemaat Ciparay. Pada hari ini beliau mendapatkan suatu kegembiraan, sebuah pengabulan doa dari penantian selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Hari ini beliau dipertemukan kembali dengan putrinya yang terpisah selama 23 tahun lamanya.

Beliau bercerita, “Tadi saya sedang menjemur padi Pak, tiba-tiba ada dua anak muda datang menghampiri menanyakan Ibu Cucu Nurhayati, saya jawab, ‘Iya saya sendiri, ada apa neng?’”.

Beliau bercerita awalnya beliau sempat mengira dua anak muda itu dari wartawan yang biasanya datang ke sekolah PAUD yang beliau kelola, jadi agak malas awalnya karena sedang sibuk menjemur padi katanya. Namun ketika ditanya nama dan asal dari mana anak tersebut, seketika beliau tersentak mendengar “Nama saya Mey, tapi kata ayah saya, waktu kecil saya dipanggil Nur Syamsiah”.

Mendengar itu beliau langsung memeluk anak tersebut sambil mengatakan, “Anak aing….” Yang dalam bahasa Sunda artinya, anak saya. Seketika anggota Jemaat di lingkungan Ciparay datang menghampiri, dan mengucapkan mubarak kepada Ibu Cucu, dan mereka ikut terharu atas pengabulan do’a ini.  

Lalu beliau menuturkan kisah perpisahan dengan anak pertamanya tersebut. Katanya, dahulu (sekitar tahun 1995) beliau menikah dengan seorang mualaf (mubayyin) dan dikarunai seorang putri. Pada saat krisis moneter tahun 98 anaknya berusia 3 tahun, dan pada saat itu suaminya mengajak putri beliau untuk berjumpa dengan opungnya dan berjanji kembali ke Ciparay.

Namun dari kepergian tersebut suami dan anaknya tidak kembali sampai berpuluh-puluh tahun lamanya. Setelah lima tahun berlalu, sesuai syariat Ibu Cucu pun akhirnya memutuskan menikah kembali dengan seorang Khadim setelah gugatan khula beliau dikabulkan pengadilan agama.

Dan dari pernikahan tersebut dikaruniai tiga orang anak. Meski telah memiliki tiga anak, beliau menyampaikan bahwa beliau tetap memiliki harapan untuk berjumpa dengan anaknya tersebut. 

Ibu Cucu menuturkan selama 23 tahun itu beliau memiliki keyakinan bahwa suatu saat akan dipertemukan dengan anaknya. Meskipun dari keluarga atau kerabat terkadang menyarankan beliau untuk mengikhlaskan dan melupakan keberadaan anak pertamanya tersebut.

“Namun saya tetap yakin bahwa suatu saat Allah Ta’ala akan mempertemukan kembali saya dengan anak saya,” katanya tegas.

Bahkan satu hari sebelum bertemu anaknya, beliau meminta do’a secara khas dalam penutupan pengajian lajnah, “Ibu-ibu mohon doakan saya supaya bisa berjumpa dengan anak saya.”

Beliau pun rajin berdoa dalam shalat tahajud, mengirimkan surat kepada Huzur aba, memohon didoakan supaya bisa dipertemukan kembali dengan anaknya. Beliau juga melaksanakan itikaf pada bulan suci ramadhan dengan do’a khas untuk bisa berjumpa dengan anaknya.

Beliau menuturkan, “Waktu itu saya rindu anak saya, dan saya memutuskan untuk itikaf di mesjid walaupun hanya seorang diri.”

Selain dari itu, selama 23 tahun perpisahan dengan anaknya, beliau tetap membayarkan pengorbanan anaknya tersebut, seperti Tahrik Jadid, Waqfi Jadid dan yang lainnya. Beliau menyampaikan bahwa Pak Muballigh dan pengurus sempat menyarankan bahwa untuk perbaikan tajnid sebaiknya nomor AIMS anak beliau dinonaktifkan karena keberadaannya yang tidak jelas dimana.

Namun beliau menuturkan, “Saya tetap membayarkan pengorbanannya, bahkan sampai saat ini juga, dengan harapan bahwa pengorbanan tersebut bisa melindungi anak saya dimanapun berada, dan menjadi wasilah pengabulan doa untuk bisa berjumpa kembali.”

Sambil memeluk anaknya beliau mengatakan, “Dan hari ini Allah Ta’ala telah menjawab doa saya.” Sampai saat ini anak beliau tercatat memiliki nonor AIMS atas nama Nur Syamsiah, karena memang beliau terus membayarkan pengorbanannya.

Anaknya bercerita, “Saya pun selalu berdoa sama Tuhan, kalau bukan hari ini biarlah suatu saat saya dipertemukan kembali dengan Ibu saya, dan akhrinya setelah 23 tahun barulah ayah saya memberitahu siapa Ibu kandung saya dan dimana keberadaanya.”

Kemudian ia mengatakan, “Puji Tuhan, dalam pencarian pertama ini, saya bisa langsung bertemu dengan ibu saya. Ayah saya memberi informasi bahwa cari saja mesjid Jemaat Ahmadiyah di Cianjur yang dekat dengan bangunan SD, katanya, dan setelah bertanya kepada warga sampailah saya ke sini.”

Saya menimpali, “Memang paling gampang cari orang Ahmadiyah, karena satu Cianjur ini orang tau persis dimana saja keberadaan Jemaat Ahmadiyah.”

Dibalik kegembiraan tersebut, beliau juga menyampaikan harapan besar beliau. Beliau berharap anaknya bisa masuk ke dalam pangkuan Jemaat Islam Ahmadiyah. Saat ini anak beliau masih sebagai pengikut agama kristen, karena diajarkan oleh ayahnya dan keluarga dari sang ayah.

Saya menyampaikan, “Allah Ta’ala telah menjawab do’a Ibu, selanjutnya Ibu bisa berdo’a kembali kepada Allah Ta’ala dan tunggulah keajaiban yang akan datang.” Acara kunjungan ini kemudian ditutup dengan doa bersama.

.

.

.

Penulis: Ridhwan ibnu Luqman

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 944

Ridhwan Ibnu Luqman

4 thoughts on “Doa dan Pengorbanan Harta Dapat Mempertemukan Anak yang Terpisah 23 Tahun

  1. Masya Allah kisahnya bu Cucu.
    Saya sempet ketemu juga sama putri bu cucu hari minggu nya setelah acara syukuran.Mubarak

  2. Masha Allah, kisah bu Cucu dapat mengalirkan Air mata, perpisahan dengan do buah hati Memang menyakitkan tp itulah takdir yang sdh tertuliskan.

  3. Masyaa Allah….semoga akan kembali ada keajaiban untuk putri beliau meyakini Al Masih akhir Zaman Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *