Imam Shalat Jenazah Putraku adalah Sang Khalifah Tercinta

Beberapa hari ini warga Indonesia dikejutkan dengan Berita duka dari anak Bapak Gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil yang meninggal dunia akibat terseret arus saat berenang di sungai Aare, Swiss.

Semua media meliput tentang bagaimana kesedihan juga rasa kehilangan dari orang tua juga keluarganya juga para warga Indonesia yang mendoakannya.

Kesedihan paling mendalam untuk seorang ibu adalah ketika ia harus merelakan perpisahan dengan anak tercinta untuk selama-lamanya. Anak merupakan harta yang tidak ternilai harganya. Bahkan mungkin bagi setiap ibu, anak adalah separuh dari nyawanya. Dan ketika separuh dari hidupnya hilang untuk selamanya, itulah awal dari kehancuran hati seorang ibu.

Menyaksikan ini saya seakan terseret kembali ke masa-masa menyakitkan yang juga pernah saya lalui. Saya adalah seorang ibu yang kini telah ditinggalkan oleh kedua putra tercinta saya, yang saat ini saya yakini telah berada di surga Nya.

Anak pertama saya yang berpulang terlebih dahulu di bulan Februari Tahun 2021 kemarin, karena sakit yang berkepanjangan. Berat rasanya jika saya harus menceritakan kembali berkenaan penyakit yang diderita putra saya. Namun, selama ia sakit saya dan suami selalu rutin memohon doa untuk kesembuhan putra pertama kami. Dan alhamdulillah kami selalu mendapatkan balasan dari surat-surat yang kami tujukan pada Sang Khalifah. Surat jawaban yang berisi doa-doa untuk kesembuhan putra tercinta kami.

Walaupun pada akhirnya Sang Khalik jauh lebih mencintai dan menyayangi putra kami sehingga Dia mengambilnya untuk meninggalkan dunia ini dengan sangat luar biasa. Kenapa bisa saya bilang luar biasa? Karena dalam detik-detik kepergiannya ia tetap mengingat Allah dengan selalu mengucap istighfar dan doa-doa.

Ada satu hal yang luar biasa menurut saya dalam kepergian putra saya, bukan karena dia anak saya, namun memang begitu adanya. Saat tubuhnya sampai di rumah kami, yang tadinya saya pikir mungkin saya akan berteriak dan menjerit di depan jasadnya, namun ternyata itu tidak terjadi.

Yang ada malahan saya hanya bisa memeluknya erat sambil terus mengusap wajahnya untuk menyimpan sebanyak mungkin memori di dalam otak saya akan wajahnya. Wajah yang putih bersih tanpa raut kesedihan sedikitpun yang ada hanya seperti dia yang sedang tertidur seperti biasanya yang selalu aku temani dia untuk tidur.

Selang beberapa hari dari hari kepergiannya ibu mertua saya menceritakan bahwa ia bermimpi putraku datang dengan memakai baju koko putih bersih bersama Hazrat Khalifah Kedua dan Hazrat Khalifah keempat di sebelah kanan dan kirinya. Dan putraku datang mencari ayahnya dengan senyum yang ceria dan tubuh yang terlihat sehat.

Seorang Khuddam teman suamiku juga bercerita bahwa ia bermimpi menghadiri saat kepergian putra saya dan di mimpi itu ia ikut sholat jenazah. Dan di mimpi itu ia melihat bahwa yang menjadi imam dari shalat jenazah putra saya adalah Hazrat Khalifah Kelima yaitu Hazrat Mirza Masroor Ahmad Aba.

Sungguh haru saya mendengar cerita mimpi-mimpi tersebut. Antara percaya dan tidak, karena Khuddam yang bermimpi tentang jenazah putraku yang diimami oleh Hazrat Khalifah padahal dia sendiri sebenarnya tidak datang di hari putraku meninggal dan dikuburkan.

Namun, bagi saya itulah kuasa Allah Ta’ala, juga sebagai bentuk kasih sayang-Nya dan cinta kasih-Nya pada putra saya, juga kasih sayang Sang Khalifah pada kami sekeluarga. Saya yakin peristiwa mimpi-mimpi ini bukanlah hasil rekayasa namun mimpi ini datang dari Allah Ta’ala.

Beberapa hari kemudian, kala hati masih merasa nelangsa akan kepergian putra tercinta, saya merasa kembali dikuatkan oleh Hazrat Khalifatul Masih aba. dengan datangnya surat balasan dari beliau dan hadiah indah berupa saputangan yang ditujukan untuk putra kami Abdullah Ulwan Asy-Syaakur.

Hati ini benar-benar tak kuasa menahan rasa haru dan tak kuasa air mata kembali berlinang namun berkat hadiah indah dari Huzur ini, saya merasa dikuatkan, seolah dengan datangnya sapu tangan itu Huzur ingin kami sekeluarga bangkit dari kesedihan dan menghapus segala air mata kami.

Dan saya merasa walaupun Huzur tidak bersama kami secara langsung tapi saya merasa beliau ada bersama kami dan menguatkan hati kami. Juga meyakini hati kami, bahwa putra tercinta kami, kini telah berada di tempat terindah-Nya yaitu surga.

Kini sudah lebih dari satu tahun kepergian putraku, saya masih terus rutin meminta doa kepada Huzur untuk doa-doa terbaik beliau untuk putra saya yang telah tiada. Juga untuk anak kami yang kini menjadi anak satu-satunya dalam keluarga kecil kami. Semoga Allah melindungi dan menjaga kami sekeluarga.

 

Visits: 379

Mega Maharani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *