Kurban yang Kau Tinggal

Dua bulan menjelang Idul Adha, kebahagiaan yang seharusnya menyelimuti kami sekeluarga, mendadak berubah menjadi duka. Namun, Bapak mengajarkan kami sebuah pelajaran berharga pada Idul Adha tahun ini.

Idul Adha dikenal dengan bulan Haji dan Idul Qurban. Bulan ini mengingatkan kita pada kisah kedua wujud suci, yaitu Nabi Ibrahim as. yang dengan ketakwaannya kepada Allah SWT. ingin menyempurnakan mimpinya. Beliau as. bersedia untuk menyembelih putranya tercinta, dan Nabi Ismail as. pun bersedia dan taat pada ayahandanya. Kemudian turun wahyu kepada Nabi Ibrahim as. bahwa beliau as. sudah menyempurnakan mimpinya dan diperintahkan untuk menyembelih hewan sebagai kurban.

Kisah kedua wujud suci itu menjadikan sebuah renungan bagi kita, betapa Tuhan menuntut pengorbanan kita yang mutlak. Bukan hanya sekedar perbuatan lahir, namun harus disertai ketulusan hati serta niat yang suci.

Lewat renungan itu pulalah Bapak kami mempunyai keinginan supaya dapat mengurbankan hewan pada Idul Adha. Meski dengan keadaan yang memang bukanlah orang berada, tidak menjadikan niat beliau untuk dapat meneladani Hz. Ibrahim as. sebagai kesulitan.

Beliau dengan penghasilan yang tidak menentu, menjadikan sebuah celengan plastik sebagai jalan untuk dapat menyempurnakan niatnya. Kadang setiap hari, bahkan hanya dapat seminggu sekali, beliau menyisihkan sebagian uangnya ke dalam celengan tersebut. Rupiah demi rupiah pun berusaha Bapak kumpulkan.

Hampir 1 tahun sudah beliau menyisihkan uangnya. Dengan penuh harapan beliau pun membuka celengannya dan Alhamdulillah uang yang terkumpul ternyata cukup untuk membeli seekor kambing. Namun bukanlah kambing yang besar yang bisa dibeli, hanya seekor kambing kecil dan sangat muda yang masih perlu dipelihara. “Tidak apalah,” pikir beliau. Masih ada waktu untuk sampai ke Idul Adha, masih sekitar 6 bulan lagi.

Akhirnya dibelilah kambing tersebut, kemudian langsung beliau titipkan ke adik iparnya untuk dipelihara sampai tiba waktunya Idul Adha. Hal ini terpaksa dilakukan mengingat keberadaan beliau sering di luar kota untuk bekerja.

Namun ternyata, belum sampai tiba ke hari Idul Adha, Allah Yang Maha Kuasa punya kehendak lain. Dua bulan menuju Idul Adha, Bapak kami tercinta berpulang ke hadirat Allah SWT. Kebahagiaan karena akan bisa merayakan Idul Adha tahun ini dengan kurban kambing yang diniatkan Bapak, seketika berubah menjadi kesedihan mendalam. Bapak dipanggil Sang Pencipta, sebelum beliau bisa menyaksikan kurbannya menjadi berkat bagi mereka yang berhak.

Namun, Alhamdulillah niat beliau untuk berkurban telah tercapai. Beliau sudah membeli hewan kurban yang akan disembelih pada Idul Adha. Niatnya sudah terwujud dalam sebuah amal kebaikan yang nyata. Semoga amal baik ini, tidak saja diterima Allah Ta’ala, tetapi juga menjadi berkah dan karunia istimewa bagi beliau. Sehingga layak menempatkan beliau di singgasana keabadian di surga-Nya yang terindah. Aamiin Allaahumma Aamiin.

Sejatinya kita tidak pernah tahu kapan ajal itu datang. Ketika kita sudah memiliki niat baik, bersegeralah untuk mewujudkannya menjadi amalan yang nyata. Lahirkanlah keikhlasan yang hakiki dalam hati kita dengan selalu berusaha untuk berbuat baik. Tanpa mengharapkan suatu balasan duniawi dan semata-mata hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT.

Penulis: Cucu Komariah

Editor: Lisa Aviatun Nahar

Visits: 20

Cucu Komariah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *