Lidahmu Mencerminkan Akhlakmu

“Seseorang mati karena tersandung lidahnya. Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya. Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya, sedangkan tersandung kakinya akan sembuh perlahan.” (Hz. Ali bin Abi Thalib r.a)

Kalimat yang diucapkan sahabat Hazrat Rasulullah SAW tersebut menggambarkan keutamaan menjaga lidah demi keselamatan kita. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah cerminan dari hati dan pikirannya. 

Seorang yang pandai akan mempertimbangkan kebaikan atau keburukan apa yang akan terjadi seandainya ia mengucapkan kalimat yang akan disampaikan. Karena Islam mengajarkan agar setiap umat-Nya hanya mengeluarkan kata-kata yang mengandung kebajikan.

Berikut ini ada beberapa kisah yang akan menjadi contoh bagi kita agar berhati-hati dengan ucapan.

Pada suatu hari, seorang perempuan mendatangi Hz. Aisyah r.a., hendak menanyakan sesuatu. Ketika perempuan itu pulang, Hz. Aisyah r.a. berkata, “Alangkah pendeknya perempuan itu.”

Hazrat Rasulullah SAW yang mendengar perkataan itu segera menegur, “Ya Aisyah, itu adalah ejekan.”

Hz. Aisyah r.a. menjawab, “Aku hanya mengatakan yang benar, ya Rasulullah.”

Maka Hz. Nabi SAW pun menjawab, “Oleh karena itu, perkataanmu merupakan ejekan. Kalau engkau mengatakan yang tidak benar, maka engkau termasuk orang yang berdusta, yang lebih besar dosanya.”

Maka, bicarakanlah hal-hal yang mengundang rahmat Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala sesuai prasangka hamba-Nya.

Dikisahkan, Hz. Nabi Muhammad SAW pernah mendatangi seorang dari suku Badui yang sedang sakit. Setiap mengunjungi orang sakit, Hz. Nabi SAW bersabda: ‘Tidak apa-apa, menjadi penghapus dosa. Insya Allah.’ Begitu juga Beliau sampaikan kepada orang Badui itu.

Reaksi orang Badui ketika mendapatkan doa, malah berkata: ‘Penghapus dosa? Sekali-kali tidak, sakit panas saya yang bergejolak ini memang menimpa orangtua yang sudah lanjut usia yang mengantarkannya ke alam kubur.’

Hz. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Iya sudah kalau begitu.” (HR Bukhari)

Setelah orang Badui berkata demikian, besok paginya orang tersebut meninggal dunia.

Dalam kisah lain, saat Hz. Nabi Yusuf a.s. digoda oleh beberapa wanita. Beliau berdoa, yang artinya: “Ya Tuhan-ku! Penjara lebih kusukai daripada melakukan apa yang mereka mengajakku kepadanya; dan jika Engkau tidak mengelakkan dari diriku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung kepada mereka dan aku akan termasuk di antara orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf : 34)

Doa Hz. Nabi Yusuf a.s. yang lebih memilih penjara akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT. Beliau dipenjara namun juga bebas dari tipu daya wanita.

Dalam Islam juga diutamakan kesabaran. Selain harus bersabar dalam berbicara, kita juga wajib menahan diri saat mendengar ucapan yang tidak kita sukai. Seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut:

“Dan hamba-hamba sejati Tuhan Yang Rahman ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan merendahkan diri; dan apabila orang-orang jahil menegur mereka, mereka mengucapkan, “Sejahtera.”” (Q.S Al-Furqan: 64)

Ayat itu menunjukkan gambaran singkat mengenai revolusi akhlak besar yang didatangkan oleh matahari alam rohani (Hz. Rasulullah SAW) di tengah-tengah umat beliau.

Hz. Rasulullah SAW berkata, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian maka hendaknya berkata yang baik atau diam.”

Lebih lanjut Hazrat Rasulullah SAW juga menyampaikan, “Aku menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi siapa yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian tengah bagi siapa yang meninggalkan kebohongan sekalipun sedang bergurau. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian atasnya bagi siapa yang mulia akhlaknya.” (H.R. Abu Dawud)

Mengurangi berbicara atau menghindari perdebatan bukan berarti selamanya harus diam. Kita bisa melihat mana pembicaraan yang sehat untuk diluruskan dan mana perdebatan yang hanya memicu permusuhan. Berpendapat juga banyak dibutuhkan untuk menghasilkan suatu solusi karena Rasulullah SAW pun mengajarkan kita untuk selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan.

Tidak hanya kata-kata yang kita ucapkan. Dalam Islam juga diajarkan agar kita mengatur ekspresi dan sikap tubuh kita. Tunjukkanlah sikap tubuh yang menghargai orang yang ada di sekitar kita. Tunjukkan pula ekspresi penuh perhatian saat orang lain berkomunikasi dengan kita. Ajaran Islam yang luhur akan menuntun kita pada perdamaian dan keselamatan.

Visits: 439

Maya Savira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *