MAGHFIRAH: HADIAH MENAKJUBKAN RAMADHAN YANG PERLU DIPERJUANGKAN

Sepuluh hari kedua bulan Ramadhan akan berakhir. Sebuah hadiah menakjubkan telah Allah Ta’ala siapkan untuk setiap kaum muslimin. Apa itu? Ya benar, “maghfirah”-Nya.

Apa yang membuat hadiah ini begitu spesial? Sebab kenyataannya, kata maghfirah yang secara sederhana berarti ampunan, dalam pandangan umum terkesan sesuatu yang lumrah. Ini cuma soal manusia berbuat dosa lalu minta ampun ke Tuhan.

Padahal, ketika kita mengupas satu kata ini secara mendalam, akan didapat suatu khazanah yang akhirnya kita menyimpulkan, memang maghfirah sesuatu yang spesial.

Mari kita menilik asal kata Maghfirah. Maghfirah berasal dari ghafaraghafran – wa ghufraanan – wa maghfiratan atau wa ghaffarawaghfara –atau dapat juga alghufratu wal ghifaaratu- ghafiiru yang berarti menutupi, menjaga, mengawal dan ampunan.

Allah Ta’ala berfirman:

Maka bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mintalah ampunan atas kekhilafanmu, dan bertasbihlah dengan pujian Tuhan engkau pada waktu petang dan pagi.

(QS. Al Mu’min 40 : 56)

Ghafara al-Matā‘a berarti, ia meletakkan barang-barang itu dalam kantong, lalu menutupi dan melindungi barang-barang itu. Ghufrān dan Maghfirah kedua-duanya isim masdar (infinitive nouns) dari Ghafara dan berarti perlindungan serta pemeliharaan. Mighfar berarti topi baja, karena topi baja melindungi kepala.

Istighfār bukan saja diperlukan oleh orang-orang mukmin awam, melainkan juga oleh wujud-wujud suci, bahkan oleh nabi-nabi Allah.

Sementara golongan pertama membawa istighfar untuk mencari perlindungan terhadap dosa-dosa yang akan datang dan pula terhadap akibat-akibat buruk kesalahan dan kekeliruan yang diperbuat di masa lalu, maka golongan kedua mohon perlindungan terhadap kealpaan dan kelemahan manusiawi yang dapat merintangi kemajuan misi mereka.

Nabi-nabi pun manusia biasa dan walau mereka terpelihara dari dosa, namun mereka pun diwarisi kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan insani, maka mereka memerlukan istighfar guna memohon pertolongan dan perlindungan Tuhan.

Sekecil apapun kebaikan, dan sekecil apapun keburukan, akan mendapat balasan. Tapi perihal maghfirah (ampunan) akan jauh lebih darinya.

Dari Al-Qur’an dapat diketahui bahwa Allah Ta’ala bisa memaafkan dosa sebesar apa pun, karena Dia mengetahui isi hati seseorang, dan tahu pula siapa yang layak dimaafkan atas perbuatan dosanya.

Surah Ali-Imran juga disebut istighfar karena kita diajarkan untuk melihat kekeliruan-kekeliruan umat Nabi-nabi terdahulu. Juga diajarkan cara terhindar dari kesalahan dan pembangkangan.

Istighfār merupakan kunci segala kemajuan rohani. Istighfar itu tidak semata-mata berarti minta dengan lisan untuk pengampunan, tetapi meluas ke perbuatan-perbuatan yang membawa kepada penutupan dosa-dosa dan kealpaan-kealpaan.

Berkenaan dengan ini, alkisah ada seorang anak kecil yang dibawa pergi ke kebun milik orang lain. Sesampainya di tengah kebun, ayahnya berpesan kepadanya agar dia memberitahu ke ayahnya yang sedang mengambil buah milik orang lain itu. Namun baru saja sang ayah memanjat, tiba-tiba sang anak memberitahukan bahwa ada yang sedang melihatnya. Sang ayah bergegas turun dan menanyakan kepada sang anak, dimana orang yang sedang melihat mereka? Kemudian sang anak menjawab, bahwa Allah sedang melihat kita berdua. Maka tersentaklah jiwa sang ayah sehingga menyadarkannya bahwa dia telah berbuat kesalahan besar, melakukan perbuatan mencuri dan di depan anaknya pula. Lalu sang ayah bergegas mengajak sang anak pulang.

Dapat dibayangkan, betapa ada pergolakan besar dalam batin sang anak sehingga mendorongnya untuk mengingatkan sang ayah atas kesalahan yang akan dikerjakan.

Satu sisi dia selama ini mendapatkan tarbiyat dari ayahnya untuk senantiasa takut kepada Allah, Allah melihat segala tindak tanduk kita. Namun pada kenyataannya, dihadapkan di depan mata sang anak ayahnya melakukan sesuatu yang melanggar dari didikan tarbiyatnya sendiri.

Apa jadinya jika sang anak tidak mengingatkan prilaku sang ayah bahwa itu salah dengan menisbahkan kepada Allah Ta’ala? Mungkin saja keduanya akan tertangkap orang dan akan menghadapi banyak kesulitan.

Merujuk kepada arti dan makna maghfirah, anak yang tadinya menjadi ghafir (penjaga) sang ayah dalam makna menjaga dari ketahuan orang lain, sekejap hanya dengan si anak mengucapkan ada Allah yang sedang melihat perbuatan kita, maka makna ghafir itu berubah menjadi penjaga dari prilaku buruk, ini juga yang dimaksud maghfirah. Melalui sang anak, Allah Ta’ala menurunkan maghfirahnya kepada sang ayah.

Mendidik anak dengan tarbiyat yang baik juga merupakan istighfar dalam bentuk usaha. Menyiapkan anak agar bisa menjadi penutup, atau pengingatkan dia dan orang lain dari perbuatan dosa.

Inilah makna hakiki dari maghfirah. Menutup kelemahan, kesalahan, kealpaan manusiawi yang dapat terjadi kepada makhluk yang bernama manusia.

Bayangkan, ketika setiap orang berjuang mendapatkan maghfirah yang hakiki ini, betapa damainya kehidupan kita. Sebab, yang difikirkan orang adalah bagaimana caranya ia terhindar dari keburukan dan terbebas dari kesalahan juga kealpaan.

Dalam bulan penuh ampunan ini kita harus bertekad menjadikannya sebagai momentum untuk dapat memberikan tarbiyat yang terbaik kepada diri sendiri dan keluarga. Sehingga waktu yang cukup panjang ini mampu menjadikan kita dan keluarga memperoleh maghfirah hakiki yang tiada henti hingga berganti generasi.

Allahummaghfir wa anta khairurraahimiin…

Visits: 161

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *