Memoar Alm. Amirnas Mln. H. Abdul Basith, Syahid

Semenjak mendengar berita diagnosa yang diderita bapak Amirnas kurang lebih setahun ke belakang, aku dilanda cemas. Pengobatan rutin cuci darah yang harus beliau lakukan 2 kali seminggu merupakan ikhtiar bagi kesehatan beliau. 

Kalau boleh usul secara pribadi, saya mengharapkan beliau lebih fokus pada peningkatan kesehatan beliau. Namun, itu hanya keinginan semata hamba yang lemah. Nyatanya, beliau tetap menjalankan tugasnya mengunjungi Jemaat-Jemaat yang memang sangat menantikan kehadiran beliau dalam berbagai acara/kegiatan Jemaat. 

Pada saat saya dan suami sowan ke Masjid JAI Yogyakarta pada minggu ketiga Maret 2022, kami mendengar bahwa beberapa hari ke depan Amirnas akan meresmikan Masjid JAI Yogyakarta. Masjid tersebut telah selesai melakukan renovasi besar-besaran. 

Dan kemudian terdengar juga informasi, selain meresmikan masjid, beliau juga meninjau lahan baru untuk Rumah Sakit HF di daerah Yogyakarta. Demi terpantau kesehatannya, beliau didampingi oleh tim dokter yang siaga memastikan beliau dalam keadaan fit untuk beraktivitas, di tengah sakitnya beliau. 

Masya Allah! Seorang pengkhidmat sejati memang begitu lekat pada diri beliau. Beliau selalu lebih mengedepankan Allah SWT dan Jemaat-Nya dalam berbagai hal. Beberapa pertemuan kami yang tak banyak, sangat berkesan bagi saya pribadi. 

Satu waktu, saya dan suami bertemu beliau di Guest House Markaz Kemang. Tiba waktu makan siang, beliau mengajak kami untuk makan siang di ruangan khusus beliau. Orang lemah seperti saya, diajak makan oleh seorang pemimpin Jemaat tertinggi di Indonesia yang kami hormati, membuat kami tersanjung. 

September 2017, saat beliau mengunjungi JAI Citeguh Desa Tenjowaringin, saya ngintili suami beserta Bapak Mubaligh lokal Kawalu menemui Bapak Amirnas dengan maksud memohon pemberian nama untuk Masjid JAI Kawalu. Alhamdulillah masjid telah mulai kami gunakan untuk kegiatan Jemaat. 

Beliau memberi nama Masjid JAI Kawalu “Mesjid Baitul Masrur”, dengan menuliskannya pada sebuah kertas yang di dalamnya tercetak gambar Masjid JAI Kawalu dalam tulisan Arab.

Lalu saya bertanya, “Masrur-nya ditulis “Masroor” atau “Masrur”, Pak?” Beliau menjawab, “Kita di Indonesia, gunakan ejaan bahasa Indonesia “Masrur”, kalau “Masroor” itu ejaan bahasa Inggris.” Sambil tersenyum beliau menjawab pertanyaan lancang saya yang penasaran.   

Saya sempat mengabadikan pertemuan singkat tersebut dalam beberapa foto. Ahad lalu,  dalam perjalanan pulang dari Kampus Mubarak Kemang, setelah kami turut menshalatkan jenazah beliau, dengan cucuran air mata, saya mencari dokumentasi tersebut dengan harap-harap cemas. Takut foto-foto itu tak tersimpan di Google Photos. Alhamdulillah akhirnya saya temukan foto-fotonya. Tambah merembes lagi aliran air mata ini. 

Ditinggalkan Pak Amirnas seperti ditinggalkan bapak sendiri. Beberapa bulan terakhir ini, kesehatan Pak Amirnas cukup mengkhawatirkan. Bila tetiba muncul pesan di WAG terkait permohonan doa untuk kesehatan beliau, hati ini selalu gelisah. Doa dipanjatkan untuk kesehatan beliau, namun kecemasan selalu menyertai. 

Jumat malam 7 oktober 2022, kami rombongan LI daerah Jabar 7 menghadiri MSN, setelah absen MSN beberapa tahun karena pandemi. Dalam perjalanan, kami melewati RS Sentosa di jalan arah ke Kampus Mubarak. 

Saya bertanya dalam hati, apakah Pak Amirnas saat ini dialihkan dan dirawat di RS ini? Karena yang saya dengar, beliau dipindahkan dari RS di Tangerang ke RS Sentosa di Bogor. Hati dan pikiran ini, tak bisa lepas dari kondisi terbaru dari Pak Amirnas. Update kesehatan Pak Amirnas menjadi prioritas. 

Di tengah sidang pleno MSN LI Indonesia pada Sabtu sore, 8 Oktober 2022, datang berita duka yang mengejutkan kami semua di lantai 1 Gedung Afiyat. Ibu sadr LI menjeda sidang dengan berita kepergian Pak Amirnas untuk selamanya. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Kekhusyukan sidang berganti menjadi lautan tangisan para Lajnah dari berbagai daerah di Indonesia. 

Ya Allah, ketika kami tengah berkumpul di Markas Jemaat Indonesia, Kau panggil Pak Amirnas ke haribaan-Mu. Kesedihan dan tangisan terus berlanjut, sampai kemudian diingatkan kembali oleh Bu Sadr untuk kita mendoakan Pak Amirnas. 

Setelah bu Sadr menutup doa berakhirnya MSN, kami LI daerah Jabar 7 berunding bersama Bu Ketda, untuk menunda kepulangan kami. Kami ingin memberikan penghormatan terakhir pada Almarhum Pak Amirnas Mln. H. Abdul Basith, Syahid. 

Beliau sosok seorang pemimpin yang bersahaja, seorang pemimpin yang tak pernah mau diperlakukan berlebihan. Beliau lebih menyukai untuk beristirahat di ruangan tamu masjid, walaupun telah disiapkan tempat yang lebih mumpuni di rumah anggota. 

Beliau yang lebih memilih jalan kaki menuju masjid, walaupun telah disediakan kendaraan. Jokes-jokes pa Amirnas yang khas sunda, sederhana namun ada makna di dalamnya, kiranya akan selalu dikenang. 

Selamat jalan, Bapak kami semua, Bapak sudah tak sakit lagi. Selamat berjumpa kembali dengan Bapak dan Ibu Wahid yang kami hormati dan banggakan. Tunai sudah bakti Bapak di dunia dengan meninggalkan segala kebaikannya yang patut kami lanjutkan. 

Visits: 632

Ranti R.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *