Menghormati Agama Lain

 

Tiap-tiap pemeluk agama tentu akan menyatakan bahwa agamanya yang paling baik. Islam pun demikian, akan tetapi ada perbedaan antara Islam dengan agama lainnya yakni pernyataan bahwa Islam adalah agama yang sempurna didukung dan ditegaskan oleh Kitab Suci agama Islam itu sendiri (Q.S. Al-Maidah, 5 : 4). Sedangkan di dalam agama lain tidak demikian.

Islam pun menyatakan bahwa ia adalah bagian dari mata rantai agama sebelumnya yang telah mencapai kesempurnaan dan kedatangannya telah dikabarkan oleh agama sebelumnya. Oleh karena itu, melalui ayat suci Al-Qur`an yang diturunkan atas Yang Mulia Rasulullah s.a.w., pemeluk Islam atau muslim diwajibkan juga beriman pada kitab-kitab suci yang telah diturunkan sebelum kitab suci Al-Qur`an. Selain itu, Islam pun menyatakan bahwa ajarannya diperuntukan untuk semua bangsa dan selalu dijaga hingga hari kiamat. Hal ini didukung oleh janji Allah Ta’ala dalam (Q.S. Al-Hijr, 15 : 10)

Walaupun Islam menyatakan kesempurnaan dan superioritasnya, Islam tetap mengajarkan umatnya untuk menghormati agama lain dalam berdakwah atau menyampaikan kesempurnaan Islam. Berkenaan dengan ini, terdapat dua riwayat sebagai berikut :

Pertama…

Salah seorang sahabat Rasulullahs.a.w. terlibat dalam perdebatan yang hangat dengan salah seorang pengikut Nabi Yunusa.s. Keduanya menyatakan bahwa Nabi mereka masing-masing lebih agung dari Nabi lawannya bicara. Rupanya sahabat tersebut telah melakukannya dengan cara yang menyakiti hati pengikut Nabi Yunus tersebut sehingga ia lalu mengadukannya ke Nabi Muhammads.a.w. Rasulullah bersabda kepada komunitas yang ada disana pada saat itu :

“Jangan mengatakan aku lebih baik daripada Yunus bin Mattah”. (Hadist Bukhari)

Beberapa penafsir dibuat bingung oleh hadits di atas karena dirasa bertentangan dengan pernyataan Al-Quran yang mengemukakan bahwa Muhammads.a.w. lebih agung tidak saja dari Nabi Yunusa.s. tetapi juga dari semua nabi-nabi yang pernah ada.

Hanya saja mereka tidak menyadari bahwa Rasulullah pun tidak mengatakan bahwa beliau lebih rendah dari Nabi Yunus (atau pun lebih tinggi), hanya menekankan agar umatnya jangan menyatakan beliau lebih agung dari yang lainnya dengan cara yang akan menyakiti hati orang lain.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullahs.a.w. mengajarkan kesantunan kepada para muslimin. Beliau memberi petunjuk kepada mereka untuk tidak membual. Mereka dilarang untuk memperdebatkan status beliau dengan cara yang bisa menyakiti hati orang. Sikap demikian hanya akan merugikan perjuangan Islam karena bisa membalikkan hati orang terhadap ajaran Islam.

Kedua…

Sikap Rasulullahs.a.w. itu diperjelas oleh Hadits lain mengenai pertengkaran seorang Muslim dengan seorang Yahudi. Keduanya saling mengunggulkan pimpinan rohaninya masing-masing. Sama dengan kejadian di atas, Yahudi tadi mengadukan perilaku lawan Muslimnya. Rasulullah s.a.w. seperti biasa menanggapi dengan kerendahan hati dan mengajar saudara Muslim tersebut mengenai kesantunan dan kehormatan dan mengatakan :

“Jangan menyatakan kelebihanku di atas Musa.” (Hadith Bukhari)

Singkat kata, hanya Tuhanlah yang berhak menyatakan derajat (keunggulan) masing-masing nabi-Nya. Mungkin saja pada suatu kurun waktu tertentu dan mengenai suatu agama tertentu, Tuhan menyatakan kesenangan-Nya pada salah seorang nabi di saat itu dalam bahasa yang tegas bahwa nabi itulah yang terbaik. Jadi tingkatan derajat tersebut bersifat relatif terhadap waktu dan tempat terjadinya.

Hal inilah yang mungkin mengakibatkan umat dari wujud suci tersebut meyakini bahwa yang bersangkutan adalah tokoh yang terbaik dan tersuci sepanjang waktu termasuk untuk masa yang akan datang. Keyakinan seperti itu tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan hati orang lain.

Sikap yang berbudaya mengajarkan kita untuk tidak menjadikan hal tersebut sebagai bahan perselisihan di antara agama-agama. Itulah yang dimaksud oleh teguran Rasulullah s.a.w. di atas. Kalau saja prinsip-prinsip kerendahan hati dan kesantunan demikian dianut oleh semua agama maka kecil kemungkinan munculnya kontroversi antar agama.

Selain itu, Islam pun mengajarkan kepada umatnya supaya berlaku baik dan adil kepada agama lain sekalipun. Seperti dalam ayat :

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agamamu dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. Mumtahanah, 60 : 9)

Jika sikap mental menghormati kepada agama lain ini dimiliki setiap muslim bahkan setiap pemeluk agama yang lain, kecil kemungkinan terjadi pertengkaran antar agama. Sehingga tercipta suasana dan lingkungan beragama yang harmonis, saling menghormati dan damai.

Visits: 627

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *