Menjadi Berarti

Setiap kita pasti pernah berada di titik paling menyedihkan dalam hidup. Lalu menyalahkan diri dengan beragam penghakiman, seolah tidak ada lagi yang berguna dalam hidup ini.

Aku pernah berada di titik itu. Sampai aku menyalahkan diri dan menggugat, mengapa aku dilahirkan di dunia ini? Lalu pikirku, mungkin kehidupan di sekitarku akan jauh lebih baik jika aku tidak ada.

Masa-masa terberat itu akhirnya bisa aku lewati. Aku mulai percaya bahwa setiap makhluk yang diciptakan memiliki tujuan dan manfaatnya masing-masing. Bahkan nyamuk yang selalunya dihakimi sebagai pembunuh manusia, setidaknya bermanfaat bagi makhluk lain sebagai mangsanya.

Merasa menjadi berguna adalah kunci untuk melewati masa-masa terberat. Perasaan itulah yang membuat kita berani melangkah, bahkan jika dalam situasi yang amat sulit sekalipun.

Aku menemukan satu fakta memilukan. Seorang ibu diceritakan dalam sebuah media online kedapatan mencuri. Tentu, mencuri merupakan perbuatan tercela yang dilarang agama. Tapi setelah mengetahui kisah di balik aksi pencurian tersebut. Batinku serasa remuk.

Si pencuri rupanya melakukan semua itu karena terpaksa untuk memberi makan anak-anaknya yang kelaparan. Ia hanya mencuri dua buah roti tapi mempertaruhkan nyawanya hanya untuk satu alasan, ya menjadi berarti untuk anak-anaknya.

Aku tidak sedang membenarkan perilaku mencuri, karena hal itu benar-benar dilarang agama. Tapi semua ini menyadarkanku bahwa sebenarnya aku juga memiliki sesuatu yang bisa menjadi berarti untuk orang di sekitar.

Apakah anda pernah berada di titik itu atau memang sedang di dalamnya? Ketika jawabannya “Ya”, mari bangkit bersamaku dan ingat baik-baik kebermanfaatan yang pernah kita lakukan sekecil apapun itu. Sebab ini bukan soal sebesar apa nilai berarti yang kita miliki, ia adalah soal seberapa besar kita meyakini hal tersebut benar-benar berarti.

Kalau kita bukan seorang dokter yang telah menyelamatkan banyak nyawa, maka sangat memadai menjadi seseorang yang menganjurkan untuk buang sampah pada tempatnya. Sebab, makin banyak orang yang lupa cara membuang sampah pada tempatnya, perkara kecil itu akan menjadi malapetaka di kemudian hari.

Lepaskanlah pikiran bahwa kita tidak berguna karena kita bukan siapa-siapa. Kita butuh perubahan bukan penghakiman atas diri. Kita harus memulainya dari yang kecil-kecil jika masih sulit melakukan hal yang besar.

Menjadi berarti bukan hanya untuk masa lalu. Tapi juga untuk hari ini, esok dan seterusnya. Terus semangat dalam menjalaninya dan jangan pernah lupa untuk menghargai diri sendiri dengan tidak menyalahkan diri. Jangan pernah lupa untuk bersyukur, bisa jadi ini yang membuat kita selalu merasa kaya sekecil apapun peran kita di dunia ini.

.

.

.

Penulis: Annieqah Athiatul Awwal

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 403

Annieqah Athiatul Awwal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *