
Menjadi Seorang Pemimpin
Dalam kehidupan ini Allah menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan dengan manusia lainnya dan hidup berkelompok. Tentunya setiap kelompok harus memiliki seorang pemimpin yang memberikan arahan demi tercapainya tujuan bersama.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang pemimpin harus memenuhi beberapa kriteria yang dikenal sebagai pilar kepemimpinan. Imam Syafi’i menyatakan, “Pilar kepemimpinan itu ada lima: Perkataan yang benar; menyimpan rahasia; menepati janji; senantiasa memberi nasihat; menunaikan amanah.”
Saat membaca tentang pilar kepemimpinan itu, hati saya langsung bergetar menyadari betapa beratnya tugas seorang pemimpin. Izinkan saya sedikit bercerita tentang pengalaman saya selama menjadi seorang Ketua LI.
Saat mendapat amanah menjadi Ketua LI, tidak dipungkiri perasaan cemas langsung menghantui. Apakah saya mampu? Saya sangat sadar bahwa diri ini masih memiliki banyak sekali kelemahan. Apakah mungkin saya yang minim pengalaman ini bisa memimpin puluhan anggota?
Sampai suatu hari, dalam keadaan hati yang masih gelisah, saya menyibukkan diri dengan merapikan buku-buku Jemaat yang saya miliki. Kebetulan, buku Kiat-Kiat Keberhasilan dalam Memimpin Jemaat berada di tumpukan paling atas.
Lantas saya baca buku itu. Saya langsung mendapat kekuatan hanya dengan dua kalimat: “Siapa-siapa yang menjalin hubungan dengan Tuhan akan dipermudah oleh-Nya pekerjaannya. Allah Ta’ala sendiri akan menyelesaikan pekerjaan atas karunia-Nya.” Semua keraguan berganti dengan keyakinan bahwa saya siap menerima amanah ini, walaupun saya masih belum memahami apa tugas seorang Ketua LI.
Hingga pada saat penataran pengurus, Bu Ketua Daerah berkata: “Kita ini adalah pelayan. Tugas kita adalah melayani anggota.” Saat itu saya menjawab dalam hati, “Baiklah. Berarti pengkhidmatan yang harus saya jalani adalah melayani anggota. Beri saya kekuatan, ya Allah.”
Saya kuatkan hati untuk mulai bekerja keras. Berkali-kali saya katakan pada diri sendiri bahwa tugas utama saya adalah belajar lebih banyak agar bisa menyampaikan kebenaran lebih banyak lagi.
Saya pun berusaha menjalin komunikasi terus menerus dengan anggota. Bila pada awalnya saya hanya memperhatikan kewajiban saya dan keluarga, kini saya pun harus memantau kewajiban anggota. Seperti mengenai candah, saya harus menyampaikan dengan jujur bila ada anggota yang membayar candah tidak sesuai aturan.
Tentu saja tindakan saya ini menuai berbagai reaksi. Ada yang menerima nasihat saya dan langsung membayar candah dengan benar. Ada pula yang tetap keras dengan pendiriannya dengan mengatakan bahwa candah adalah urusan pribadi. Saya kuatkan hati dan berdoa memohon pertolongan Allah agar saya bisa melaksanakan amanah dengan penuh kejujuran, apapun risiko yang akan saya hadapi.
Saya berusaha dekat dengan anggota, berusaha menjadi sahabat bagi anggota yang seusia saya, dan berusaha menjadi kakak bagi para lajnah remaja. Saya katakan kepada mereka bahwa saya adalah orang yang masih harus banyak memperbaiki diri, karenanya misi kita adalah memperbaiki diri bersama-sama. Tidak boleh ada yang merasa lebih dari yang lainnya. Sebisa mungkin saya ingin menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat di cabang saya.
Lambat laun banyak anggota yang mulai berani menceritakan masalah pribadi mereka. Mulai dari masalah yang terasa ringan hingga yang menguras air mata. Dari sini saya belajar bahwa tiap orang menghadapi medan perang masing-masing di dunia ini. Allah memberikan berbagai macam ujian sebagai tanda kasih sayang-Nya.
Saya berusaha menjadi pendengar yang baik, menjaga rahasia mereka dan memberikan nasihat saat diminta. Dalam shalat saya pun berdoa agar para anggota yang tengah kesulitan akan mendapatkan jalan keluar. Allah menunjukkan bahwa saya tidak boleh larut dalam masalah saya sendiri. Menjadi seorang Ketua LI berarti harus meningkatkan empati.
Dengan segala keterbatasan, saya berusaha menjalin kerja sama yang kuat dengan para pengurus lainnya. Menepati janji untuk menjalankan program yang telah disusun bersama, dengan berlandaskan pada janji LI.
Ada kalanya rintangan datang menghadang. Namun saya sangat bersyukur karena Jemaat Ahmadiyah adalah organisasi yang sangat solid. Saya termasuk orang yang sering bertanya pada ibu-ibu pengurus daerah dan juga para istri mubaligh. Dan saya tidak pernah merasa kecewa. Semua yang saya hubungi pasti akan memberikan saran dan nasihat terbaik. Walaupun dalam keadaan sibuk, semuanya selalu menyambut dengan lemah lembut.
Saya hilangkan rasa malu dan banyak bertanya demi bisa melaksanakan tugas dengan benar. Karena sejatinya hidup adalah belajar, dan tidak ada waktu untuk berhenti. Setiap orang harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Akhirnya program demi program di cabang saya berhasil dilaksanakan dengan baik. Semuanya berkat karunia Allah Ta’ala dan kerjasama dengan para pengurus dan anggota. Ibarat sebuah pohon, harus ada yang berperan sebagai akar, batang, ranting hingga daun. Bila semua bekerjasama, pohon itu akan kokoh dan menghasilkan buah yang baik.
Saya semakin memahami pilar kepemimpinan yang disebutkan oleh Imam Syafi’i. Lima hal yang sejatinya tidak hanya harus dilaksanakan oleh pemimpin saja, melainkan juga harus dilaksanakan oleh semua orang. Saat semua orang jujur, menyimpan rahasia, menepati janji, saling memberi nasihat dan selalu amanah, maka kekuatan akan tercipta.
Jangan merasa takut dalam mengemban amanah. Karena saat kita banyak berdoa dan yakin akan pertolongan Allah, maka semua tugas akan terselesaikan dengan baik. Insya Allah.
Visits: 68