Menjemput Hidayah Bai’at Karena Sebuah Mimpi
Suatu malam, saat saya sedang tidur, terdengar suami menangis meraung-raung. Saya sangat terkejut dan saya bangunkan suami. Ternyata beliau sangat susah dibangunkan. Kemudian, sambil menahan kantuk dan debar jantung karena khawatir, saya duduk.
Tapi kemudian, tangis suami datang lagi. Maka saya coba membangunkan kembali. “Eh, eh, bangun, Pak! Bangun! Mengapa Bapak nangis lama sekali?” Suami pun kemudian terbangun dan berkata, “Oh, iya. Bapak mimpi! Bapak mimpi tadi, seram sekali!”
“Oh, mimpi apa, Pak?” tanya saya. “Iya, Bapak mimpi dikejar-kejar api. Bapak mau dibakar,” jawab suami saya. “Lalu Bapak gimana?” tanya saya. “Kemudian Bapak ketemu rumah Bapak Ketua Jemaat. Lalu Bapak masuk saja, baru api itu hilang,” jawabnya.
“Jadi, sekarang Bapak bagaimana maunya?” tanya saya. “Ya. Bapak mau ikut kamu,” jawabnya. “Loh, ikut saya ke mana, Pak? Dari dulu Bapak saya ajak tapi Bapak tidak mau. Berarti sekarang Bapak mau ikut saya karena mimpi, ya?” tanya saya. “Iya. Besok Bapak mau ke rumah ketuamu,” kata suami saya. “Oh, iya. Besok saya antar ya, Pak,” jawab saya.
Esok harinya, saya berdua datang ke rumah Pak Ketua. Pak Ketua lumayan terkejut karena saya datang berdua dengan Bapak. Beliau meminta kami masuk dan duduk di ruang tamu. “Ada apa ini? Apa ada yang perlu dibantu?” tanya Pak Ketua.
“Begini ceritanya, Pak Ketua,” jawab saya. Maka saya ceritakanlah mimpi suami saya malam sebelumnya. Dan mimpi itu mengantarkan suami saya ingin menyatakan bai’at kepada sang Imam Zaman, mengikuti langkah yang telah saya jalani.
Suami saya berkata, “Karena istriku di sini, ya Bapak mau di sini juga.” Pak Ketua kemudian bertanya kepada suami saya, “Apakah Bapak bisa meninggalkan kebiasaan Bapak seperti sesajen dan lain-lainya?” Suami saya kemudian menjawab, “Oh, bisa. Itu nanti kubuang semuanya!”
Setelah pembicaraan lumayan panjang, akhirnya suami saya menyatakan bai’at pada tahun 1996. Alhamdulillah.
Hidayah bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja yang Allah ridhoi. Suami saya, yang sehari-harinya akrab dengan hal-hal perdukunan, bisa mendapat hidayah dan petunjuk dari-Nya melalui mimpi. Karenanya saya percaya, hanya Allah Ta’ala yang berhak dan berkuasa menurunkan hidayah-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Visits: 40