Niat Baik Menjadi Nilai Baik

Sampai saat ini momen itu masih tersemat di dalam ingatan saya. Ketika kita memiliki suatu niat baik dan kita mengerjakan niat baik tersebut semata-mata hanya untuk Allah, maka Allah akan melipatgandakan ganjaran untuk niat dan kebaikan yang telah kita kerjakan.

“Sepertinya hari ini tidak akan turun hujan,” ujar saya di dalam hati kala itu sembari menatap langit berwarna biru di hari Jumat siang. Bagai sayur tanpa garam, rasanya tidak lengkap bila suatu ibadah yang biasa kita lakukan dilewatkan begitu saja. Saya memutuskan untuk menaiki sebuah angkutan kota dari Cibiru menuju Cisaranten Kulon. Saya turun di depan sebuah minimarket kemudian saya berjalan kaki beberapa meter hingga tiba tepat waktu di sebuah masjid untuk melaksanakan shalat Jumat.

Sebenarnya pada hari itu saya memiliki jadwal mata kuliah Antropologi dan harus melakukan sebuah presentasi kelompok sehingga pada pukul 13.00 WIB saya harus sudah berada di kelas. Meskipun saya harus melaksanakan shalat Jum’at terlebih dahulu, dengan penuh keyakinan saya merasa akan bisa tiba tepat waktu di kelas.

Langit yang semula berwarna biru telah berubah menjadi warna abu-abu kehitaman dan turunlah hujan yang sangat deras. Saya merasa sangat gelisah karena apabila saya tidak mengikuti presentasi kelompok di siang itu dan terlambat datang ke kelas maka saya akan mendapatkan sanksi yaitu harus membuat resume dari satu buah buku agar bisa mendapatkan nilai.

Namun seusai melaksanakan shalat Jum’at, pertolongan Allah tiba melalui seorang perempuan berusia setengah baya dengan menawarkan tumpangan kepada saya.

“Neng pulang ke mana?” tanya perempuan itu.
“Saya pulang ke Cibiru. Sebenarnya hari ini saya ada kelas perkuliahan pukul 13.00 WIB,” ujar saya.
“Kalau begitu bareng sama Ibu saja Neng, Ibu juga pulang ke arah sana,” ajak perempuan itu.

Dengan menaiki sebuah mobil, saya berangkat bersama perempuan itu. Hujan tak kunjung reda malah semakin lebat, jalan-jalan pun dipenuhi oleh air yang mengakibatkan banjir dan kemacetan lalu lintas di mana-mana. Di dalam hati saya berdoa, “Ya Allah, saya meminta pertolongan dan karunia-Mu. Semoga saya bisa sampai di kelas tepat waktu.”

Rekan-rekan sekelas saya tak berhenti menghubungi dan bertanya di mana saya berada karena kelas akan segera dimulai. “Neng, maaf ya! Ibu cuma bisa antar sampai sini. Takut Neng terlambat, sebaiknya Neng naik ojek dari sini,” ujar perempuan itu. Sebelum turun dari mobil, saya pun mengucapkan terima kasih kepada perempuan itu karena sudah mengajak saya untuk pulang bersama. Namun sayang sekali saya tidak menanyakan nama dari perempuan tersebut.

Kemudian saya turun di sebuah pangkalan ojek dan meminta seorang bapak untuk mengantarkan saya ke kampus. Di tengah derasnya hujan kala itu saya terus berdoa, “Ya Allah, saya meminta pertolongan dan karunia-Mu semoga saya bisa sampai di kelas tepat waktu.” Dengan kecepatan penuh bapak itu menjalankan sepeda motornya hingga akhirnya saya tiba di depan gedung fakultas dengan selamat.

Saya berlari sekuat tenaga hingga tiba di kelas dengan sisa waktu lima menit terakhir sebelum mata kuliah berakhir. Suatu karunia dari Allah kala dosen saya berkata, “Laesa, ada satu pertanyaan yang belum terjawab oleh teman-teman satu kelompokmu. Silakan dijawab dan kamu nanti tidak perlu membuat resume dari satu buah buku. Sedangkan bagi kalian yang tadi datang terlambat tetap harus mengerjakan tugas dengan membuat resume tepat waktu.”

Alhamdulillah! Atas karunia Allah, saya pun bisa menjawab satu pertanyaan yang belum terjawab dengan baik dan berhasil mendapatkan nilai yang baik. Meskipun saya menjadi orang yang datang paling akhir namun saya merasa menjadi orang yang sangat beruntung kala itu. Dan semua itu berawal dari niat baik saya untuk melaksanakan shalat Jum’at terlebih dahulu sebelum mengikuti mata kuliah di kelas.

Niat merupakan sebuah fondasi ketika kita akan melakukan sesuatu. Segala amal perbuatan yang kita kerjakan akan dinilai sesuai dengan niatnya. Bahkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Rasulullah saw. bersabda, “Niat seorang mukmin lebih utama daripada amalnya.” Hal tersebut membuktikan bahwa sebelum melakukan sesuatu, Allah sudah menilai isi hati kita melalui sebuah niat.

Sungguh Allah akan mencatat kebaikan dan keburukan hambanya dan “Amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ada beberapa hadis yang meriwayatkan betapa pentingnya sebuah niat. “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika seseorang berniat berbuat kebaikan dan mengerjakannya Allah menuliskan disisi-Nya sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat mengerjakan keburukan tetapi dia tidak jadi mengerjakannya, Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika seseorang berniat berbuat buruk dan mengerjakannya maka Allah menuliskan disisi-Nya sebagai satu kesalahan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Maha Baik Allah yang telah memberikan nilai yang sempurna dan berlipat ganda bagi orang yang berniat baik apalagi bila sampai mengerjakannya dan Maha Baik Allah hanya memberi satu nilai bagi orang yang berniat buruk dan bila sampai mengerjakannya.

Maka sebagai umat muslim kita harus senantiasa memperbaiki dan meluruskan niat di dalam hati kita bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan semata-mata hanya untuk Allah agar kita tidak hanya mendapatkan kebaikan di dunia ini saja namun juga di akhirat kelak.

Visits: 104

Laesa Nurul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *