PARA MAHASISWA, BIJAKSANALAH UNTUK TETAP STAY AT KOSAN

Dipermulaan tahun 2020, dunia dihebohkan dengan kemunculan sebuah virus bernama covid-19 di Wuhan. Mikroorganisme yang tak kasat mata itu, kini menjadi pandemi yang mampu mengguncang dunia.

Covid-19 sebenarnya makhluk tak berdaya. Setetes mama lemon pun mampu memusnahkannya. Tapi, ketika dia telah merangsek masuk ke dalam tubuh manusia, ia bisa menjadi malapetaka. Satu liter mama lemon pun tak kuasa membunuhnya.

Pergerakannya cepat. Mereka tak butuh pesawat terbang untuk melintasi sebuah negara atau benua. Hingga tanpa sadar, negeri tercinta kita tengah digempur oleh covid-19, dengan jumlah kasus terinfeksi lebih dari seribu orang.

Pemerintah tidak diam saja. Beberapa kebijakan dikeluarkan seperti stay at home, social distancing, isolasi diri, bahkan sebagian kota memilih untuk lockdown.

Tindakan pemerintah ini bukan tanpa alasan. Hanya dengan cara inilah pergerakan virus ini bisa dihambat, bahkan diputus mata rantai penyebarannya.

Ironisnya. Himbauan untuk stay at home tidak semua warga mengerti dan mengamalkannya. Karena pada kenyataannya, masih banyak warga yg memilih pulang kampung karena iklim menakutkan yang diciptakan dari virus ini.

Bukan cuma itu, sudah tiga pekan sekolah dan kampus dirumahkan alias diliburkan. Kondisi ini, tentunya membuka peluang bagi para pelajar dan mahasiswa berpikir, kenapa gak pulang kampung aja ya? Dari pada saya sendirian disini?

Dan itu benar-benar terjadi!

Banyak mahasiswa yang berasal dari luar kota pada balik ke kampung halamannya masing-masing meskipun pemerintah sudah menghimbau untuk jangan pulang dulu. Rasa bete yang tak berkesudahan ditambah rindu kampung halaman yang penuh dengan kepastian hidup, membuat mereka bertekad untuk tetap pulang kampung sebelum Ramadhan.

Ada beberapa yang tetap stay at kosan. Karena berpikir, daripada pulang kampung, nanti malah memfasilitasi si virus ikut program transmigrasi.

Contoh betapa kota-kota besar di Pulau Jawa sudah seperti kota mati adalah Bandung. Kita tahu bersama Bandung merupakan salah satu kota pelajar di Indonesia. Kini telah bermetamorposis seperti kota mati yang tanpa kehidupan

Pemandangan macet yang biasa terlihat di setiap sudut kota, sekarang menjadi lengang.

Ya iyalah. Populasi warga Bandung berkurang drastis karena kebanyakan mahasiswa yang dari luar kota sudah balik kanan ke kampungnya dengan santuynya.

Nah kamu gimana, apa mau ikut mudik juga?

Biar kotamu makin sepi?

Biar si covid-19 bisa ikut program transmigrasi gratis?

Memang, mau mudik atau tetap bertahan itu adalah pilihan setiap orang. Kita bisa saja bersikap masa bodoh dengan pilihan kita. Tapi, bersikaplah bijaksana, seolah-olah kita adalah barisan terdepan dari kaum terpelajar yang lebih terbiasa untuk berjuang demi bangsa.

Jadi, pilih mana?

Tetap di tempatmu sekarang yang dengannya bisa mengurangi resiko penyebaran covid-19?

Atau,

Tetap pulang dengan membawa segala resiko yang pada akhirnya berpotensi membahayakan keluarga dan kerabat tercintamu?

Pilihan kembali padamu. Maka, bijaksanalah.

Visits: 13

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories