Pemerintah Dirasa Salah, Mencelanya Atau Mendoakannya?

Jika ditanya, apa tujuan dipilihnya seorang pemimpin? Apa tujuannya seseorang ditunjuk menjadi Presiden? Jawaban yang paling sering didengar adalah agar ada yangg mengatur sebuah negara, agar ada yang menjadi poros dalam setiap kebijakan yang akan dibuat.

Fenomena yang kita lihat sekarang adalah tidak sedikit yang mencela pemimpinnya karena dirasa memilih atau melakukan hal yang salah, tanpa mencoba untuk mencari tahu mengapa dia mengambil langkah yang dianggap salah itu.

Masyarakat kita banyak yang sering mengambil kesimpulan langsung tanpa berusaha untuk ber-“tabayyun” terlebih dahulu. Sebab, kita tidak tahu apa yang ada didalam pikiran pemimpin kita saat mengambil keputusan itu. Salah satu cara agar kita tahu tujuannya adalah menanyakan atau mengirimkan aspirasi dengan baik perihal tujuan dari langkah yang dia ambil.

Bertabayyun ini akan membuat kita berfikir kembali dan mengkaji kembali, apakah kebijakan yang diambil lebih banyak mendatangkan kebaikan ataukah keburukan?

Bila memang mendatangkan keburukan maka langkah yang bisa dilakukan adalah menasihati dengan cara yang baik dan sesuai ajaran agama. Dan jika masih belum ditemukan jalan keluarnya maka bersabarlah

Coba renungkan hadits berikut ini, “Sesungguhnya sepeninggalku, kalian akan melihat sikap mementingkan diri sendiri (yang dilakukan oleh penguasa) dan banyak hal yang kalian pasti mengingkarinya (menolaknya).” Para sahabat bertanya, “Apa yang akan engkau perintahkan kepada kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tunaikan hak mereka dengan baik dan mohonlah hak kalian kepada Allah Ta’ala.” (HR. Shahih al-Bukhari)

Tapi yang terjadi sekarang adalah banyak orang yang memilih untuk mencela pemimpinnya jika ia salah. Padahal celaan tidak mendatangkan kebaikan sedikit pun, apalagi pahala. Dan sumber celaan itu datang dari hawa nafsu, bukan akal pikiran.

Dan celaan yang dilemparkan sudah tidak substansial, malah mengarah ke ranah pribadi pemimpinnya. Misalkan, mencela keadaan fisiknya. Padahal tertera dalam sebuah hadits:

“Barangsiapa yang menghina seorang penguasa, maka Allah akan menghinakannya.” (HR. Tirmidzi)

Menjadi pemimpin bukanlah perkara yang mudah, dibalik tugas yang berat ada pula tanggung jawab yang harus dipikul. Kita perlu memposisikan diri kita jika menjadi pemimpin, apakah kita yakin apa yang dia lakukan bisa kita lakukan?

Kadang kita bisa menilai seorang pesepak bola itu tidak handal hanya dari layar telivisi, padahal jika kita turun langsung pun masih ragu-ragu apa bisa melakukan sebaik pesepak bola tersebut.

Bahkan kita sendiri pun masih belum bisa memimpin diri kita untuk lebih baik, memimpin keluarga kita untuk hidup dengan baik, dan menjadi contoh untuk orang lain.

Celaan tidak akan menjadi peluru yang mujarab untuk bisa menembus hati pemimpin tapi berdoa tulus kepada Allahlah peluru yang mampu menyentuh hati pemimpin kita. Terlebih mendatangkan pahala untuk kita

Doakan mereka senantiasa diberikan kesehatan lahir dan batin, selalu dituntun di jalan yang benar dan dijauhkan dari setiap godaan-godaan syaitan.

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?” Rasulullah Saw bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1855)

.

.

.

Penulis: Renna Aisyah

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 247

Renna Aisyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *