Perjalanan Mencari Ilmu Akan Menyampaikan Manusia ke Surga

Al-Bukhari dikenal sebagai salah satu ulama besar dalam Islam, dengan kekuatan hafalan yang luar biasa. Bahkan, para ulama di zamannya sering kali takjub dengan kemampuan beliau menghafal begitu banyak hadits tanpa kesalahan. Salah satu kisah yang paling terkenal mengenai kekuatan hafalan Imam Al-Bukhari adalah saat beliau bersama para muridnya di Bashrah.

Suatu ketika, Imam Al-Bukhari yang masih muda belia ikut serta dengan teman-temannya untuk belajar dari para guru di Bashrah. Mereka mendengarkan hadits-hadits yang diajarkan oleh para ulama di sana. Namun berbeda dengan yang lain, Al-Bukhari tidak pernah terlihat mencatat apapun. Hal ini membuat teman-temannya heran.

Setelah beberapa hari berlalu, mereka pun mulai bertanya-tanya. “Engkau selalu bersama kami mendengarkan hadits-hadits ini, tapi mengapa tidak mencatat apapun? Apa yang sebenarnya kau lakukan?” tanya mereka dengan penasaran.

Namun, Al-Bukhari hanya diam. Hingga akhirnya, setelah enam belas hari, beliau pun menjawab, “Kalian sering bertanya dan mendesakku. Baiklah, tunjukkan apa yang telah kalian tulis.” Dengan penuh rasa ingin tahu, mereka pun mengeluarkan catatan-catatan yang berisi lebih dari 15.000 hadits.

Lalu, Al-Bukhari mulai menyebutkan hadits-hadits tersebut satu per satu, dengan hafalan. Tanpa melihat catatan, ia mengulang seluruh hadits yang telah didengar, dengan sempurna, baik matan maupun sanadnya.

Para murid yang mendengar pun terperangah. Catatan-catatan mereka yang ternyata masih memiliki kesalahan, mereka benahi berdasarkan hafalan Al-Bukhari. Setelah selesai, Al-Bukhari pun berkata, “Apakah kalian pikir aku hanya bermain-main saja selama ini, membuang-buang waktu?”

Kisah ini menjadi bukti kekuatan hafalan luar biasa yang dimiliki oleh Imam Al-Bukhari, bahkan sejak usia muda. Tidak berhenti di situ, ada kisah lain yang tidak kalah menakjubkan.

Ketika para ulama di Baghdad mendengar bahwa Imam Al-Bukhari akan datang ke kota mereka, mereka berencana menguji kehebatan hafalannya. Para ulama tersebut menyiapkan seratus hadits, tetapi mereka dengan sengaja menukar-nukar matan (isi hadits) dan sanadnya (rantai periwayat).

Satu hadits diubah matannya dan dipasangkan dengan sanad yang bukan miliknya, dan begitu juga sebaliknya. Setiap ulama memegang sepuluh hadits yang sudah diubah, dan mereka menantang Al-Bukhari dengan memberikan hadits-hadits tersebut.

Ketika Imam Al-Bukhari tiba, ujian pun dimulai. Ulama pertama melontarkan sepuluh hadits yang sudah diacak tersebut. Setelah mendengar setiap hadits, Al-Bukhari dengan tenang menjawab, “Aku tidak mengenal hadits ini.” Begitu juga dengan ulama-ulama berikutnya, Al-Bukhari selalu memberikan jawaban yang sama, “Aku tidak mengenal hadits ini.”

Sampai akhirnya, setelah semua ulama selesai menyebutkan seratus hadits yang telah diubah, Imam Al-Bukhari mulai berbicara. “Sekarang, aku akan memberitahukan kalian bagaimana hadits-hadits ini seharusnya.” Beliau kemudian mulai mengulang satu per satu hadits yang tadi disampaikan, namun kali ini dengan matan dan sanad yang benar, mengembalikan semua hadits pada posisi asalnya dengan tepat.

Para ulama Baghdad yang menyaksikan itu pun terdiam, kagum. Mereka menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menandingi kekuatan hafalan Al-Bukhari. Kisah ini memperkuat reputasi beliau sebagai seorang ahli hadits yang memiliki ingatan yang begitu tajam, dan dedikasinya dalam menjaga keaslian hadis-hadis Nabi saw. benar-benar tidak tertandingi. [1]

Imam Al-Bukhari telah mengabdikan hidupnya untuk mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah saw. Meskipun menghadapi banyak rintangan, beliau tidak pernah berhenti mencari ilmu. Sejak usia muda, Al-Bukhari sudah mulai menghafal hadits-hadits dan melanjutkan perjalanannya ke berbagai negeri untuk menemui para ulama, demi memastikan keaslian hadits yang beliau kumpulkan. Upaya beliau dalam mencari ilmu menunjukkan betapa pentingnya ketekunan dan pengorbanan dalam proses belajar.

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga.” [2]

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam Islam, sehingga proses mencari ilmu dianggap sebagai bagian dari jalan menuju surga. Ini bukan sekadar tentang pengetahuan duniawi, tetapi juga ilmu yang menuntun manusia kepada pemahaman yang lebih dalam tentang agamanya dan mendekatkannya kepada Allah SWT.

Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” [3] Ayat ini menegaskan bahwa orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Mereka yang mencari ilmu dengan niat yang tulus akan memperoleh kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk selalu berusaha menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya, sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan sebagai upaya untuk mendapatkan rida dan petunjuk-Nya.

Referensi:
[1] https://almanhaj.or.id/3657-imam-al-bukhari-rahimahullah-satu-tanda-kekuasaan-allah-subhanahu-wa-taala.html
[2] HR. Muslim
[3] QS. Al-Mujadilah 58: 12

Visits: 23

Hanifah Taheratun Nisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories