RINDUKAN JUMATAN BERSAMA SAUDARA SEIMAN

Seminggu yang lalu, untuk kesekian kalinya aku hanya bisa jumatan bersama keluarga. Kami tinggal di Batam, yang merupakan zona merah penyebaran covid-19. Aktivitas ibadah pun akhirnya dilakukan di rumah-rumah.

Entah mengapa, saat shalat, tiba-tiba ada rasa yang menusuk ke ulu hatiku. Rasa rindu tentang kebersamaan dengan saudara-saudara seiman demikian bergejolak. Tapi apalah daya, kita tetap harus taat dengan aturan pemerintah. Bukankah aturan pembatasan tersebut ditujukan agar setiap kita selamat dari musibah besar ini?

Aku tidak ingin bertindak ceroboh dengan meremehkan makhluk tak kasat mata itu, seperti halnya banyak orang yang bersikap demikian. Mereka menyepelekan virus yang telah merenggut nyawa hampir satu juta orang itu di seluruh dunia.

Mereka berkerumun di tempat ibadah, bahkan terkadang tanpa protokol kesehatan yang ketat. Beranggapan bahwa tak mungkin ada corona dalam masjid. Sebenarnya, mereka telah berlaku sombong kepada Allah.

Bukankah Rasul Saw telah menasehatkan kita:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا

 “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pemerintah menetapkan “pembatasan berskala besar” atau yang biasa disebut PSBB adalah untuk menekan laju penyebaran covid-19. Keputusan itu diambil melalui pertimbangan yang tak mudah. Untuk itu kita tidak perlu mempersulit diri sendiri juga pemerintah.

Mengapa angka penyebaran covid-19 di negeri ini belum juga menunjukkan titik balik yang signifikan? Bisa jadi, karena kebanyakan orang meremehkan dan bersikap acuh tak acuh dengan virus ini.

Sebagai seorang Ahmadi, kami berusaha untuk taat kepada aturan Pemerintah. Meskipun kami harus bisa menahan kerindungan untuk bertemu dalam kegiatan ibadah maupun pengajian.

Memang berat. Tapi lebih berat lagi jika harus kehilangan orang-orang yang kita cintai hanya karena kita meremehkan corona.

Sekalipun harus lama tinggal di dalam kesendirian, kami harus ikhlas melakukannya. Walaupun rasa rindu terhadap kegiatan-kegiatan Jemaat yang bisa berjumpa langsung dengan saudara seiman sangatlah besar dan sanggat menyesakkan dada ini, hingga tak sadar air mataku mulai jatuh membahi pipi, kami harus tetap mematuhi peraturan untuk tetap berada di rumah dan tetap membatasi diri untuk beraktivitas di luar rumah. Dan serta terus berdoa agar semua cobaan ini cepat berlalu.

Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita bahwa tak ada penyakit yang dapat menular dengan sendirinya tanpa control dari Allah, namun di waktu yang sama beliau juga menginstruksikan agar yang sakit tidak bercampur baur dengan yang sehat supaya tak terjadi penularan.

قَالَ أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ ”

Abu Salamah bin Abdurrahman berkata, saya mendengar Abu Hurairah dari Nabi Saw beliau bersabda: “Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat” (HR. al-Bukhari).

Taat pada instruksi Rasulullah di atas bukan berarti takut pada selain Allah, melainkan justru itu merupakan wujud pemahaman agama yang baik juga ikhtiar yang nyata untuk berbuat baik pada sesama.

Jadi untuk saat ini rasa rindu, rasa ingin bertemu sebisa mungkin harus kita tahan, karena kita mesti memperlihatkan ketaatan kita kepada Wujud Agung Rasulullah Saw yang telah memberikan kita petunjuk-petunjuk menghadapi pandemi di suatu daerah.

.

.

.

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 76

Ary Lestari

2 thoughts on “RINDUKAN JUMATAN BERSAMA SAUDARA SEIMAN

  1. Jazakumullah Pak Gubes dan team editor Islam Rahma yang telah mengemas dgn indah tulisan saya, serta menerbitkannya.

  2. Ya, ada sebagian orang mengabaikan protokol kesehatan dengan keyakinan penuh la haula wala quwata ila billah tanpa ikhtiar bagaimana menjaga diri dan orang lain. Sungguh dia tidak menyadari sedang menantang Allah.
    Seharusnya, ikhtiar dulu lalu… la haula wala quwata illa billah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *