Saat Lembaga Pendidikan Ajarkan Kebencian

Beredar luas di jagat maya curhatan seorang ibu yang anaknya sekolah di SMA 87 Jakarta. Ia menceritakan bahwa telah terjadi doktrinasi oleh oknum “GURU AGAMA” sekolah tersebut untuk membenci Presiden Jokowi.

Lebih jauh. Sang Ibu menceritakan, anaknya juga para siswa yang lain dikumpulkan di masjid. Lalu diputarkanlah video gempa Palu. Oknum guru agama tersebut meyakinkan bahwa banyak korban bergelimpangan karena “salah Jokowi”.

Bisa jadi, peristiwa serupa terjadi di SMA-SMA lain di Jakarta. Dan baru terungkap sekarang, di SMA 87 Jakarta.

Ini sangat menyedihkan. Bagaimana lembaga pendidikan bukannya mengajarkan moral untuk bisa menghargai sesama, ini malah mengajarkan kebencian. Bahkan, kebencian tersebut dialamatkan kepada pemimpin tertinggi suatu bangsa, Presiden.

Dan ini dilakaukan oleh seorang guru agama. Sosok yang dianggap paling tahu tentang agama. Rasul saja tidak pernah mengajarkan para sahabat untuk membenci orang lain. Apalagi membenci seorang pemimpin.

Bahkan Rasul kita mengajarkan untuk menaati seorang pemimpin, meski ukuran kepalanya sebesar biji kismis. Maksudnya, sejelek apapun rupa juga kinerja seorang pemimpin, kita  harus menaatinya.

Sekolah merupakan kawasan yang seharusnya bebas dari muatan politik juga SARA. Hanya ilmu yang boleh berkeliaran disini.

Sefanatik apapun seorang guru soal keyakinannya, juga apapun pilihan politiknya, seharusnya tidak perlu dibawa berkeliaran dalam alam pendidikan.

William Arthur Ward pernah menulis, Guru yang “luar biasa hebat” adalah yang dapat menginspirasi. Sangat naïf jika dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan seorang guru agama di SMA 87. Bukannya menginspirasi, ia malah menjerumuskan para siswanya dalam lembah fanatik dan kebencian.

Tak heran. Jika generasi yang muncul adalah mereka yang sangat gemar mengonsumsi hoaks dan fitnah ketimbang menggunakan nalar dan logikanya untuk memfilter, lalu membaginya dengan cara yang bijaksana.

Sebuah quote bijak mengatakan, “Guru seperti lilin, yang menghabiskan dirinya sendiri untuk mencerahkan kehidupan orang lain.

Tidak mudah menjadi seorang guru. Masa depan sebuah bangsa berada di pundaknya. Dengan tanggung jawab sebesar itu, profesi guru mendapatkan kemulian yang amat tinggi dalam Islam.

Oleh karena itu. Jangan kotori pekerjaan mulia ini dengan muatan-muatan politik yang memang sudah fitratnya kotor.

Visits: 22

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *