SEBELUM MENCOBA, KITA ENGGAK PERNAH TAHU HASILNYA

Saya suka mendaki gunung. Dulu, saat badan masih ramping, sekitar 9 tahun yang lalu. Saya naik Gn. Salak bersama teman-teman. Jumlah kami sepuluh orang. Kami naik tak lama setelah Sukoi jatuh.

Para pendaki lain memutuskan untuk mengakhiri pendakian sampai kawah ratu. Mereka tak berani lanjut ke puncak. Sebab, pasca Sukoi nabrak Gn. Salak, beredar cerita-cerita seram tentangnya.

Semalam di kawah ratu, kami lanjut ke puncak, tanpa stok air sampai atas. Dengan pertimbangan di Km 2,5 ada air. Sampai di titik itu, rupanya air tak ditemukan.

Kami dihadapkan pada dua pilihan, turun lagi ke bawah dan langsung pulang, atau ada perwakilan yang kebawah untuk ambil air. Dan saya putuskan untuk mengambil opsi kedua bersama seorang teman.

Dua orang turun ke bawah mengambil air untuk 10 orang sebagai bekal air hingga turun lagi ke bawah. Satu carrier penuh, seberat satu galon air dibawa ke atas.

Turun sampai ke kawah ratu cuma setengah jam, naik kembali hingga tiga jam. Keputusan berbahaya itu memang tak mudah. Tapi kita butuh satu keputusan, meski itu paling beresiko sekalipun.

Saya ingat Maya Angelou pernah mengatakan, “Tidak ada yang akan berhasil kecuali kau melakukannya.”

Kamipun akhirnya sampai ke puncak jam 12 malam. Hingga sampai ke rumah, air tersebut masih tersisa.

Air yang sedikit keruh itu, demikian spesial, karena tiap tetesnya berisi keyakinan bahwa kita tidak akan pernah berhasil, selama kita tidak mencobanya.

 

Visits: 18

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *