TIDUR MENURUT AL-QURAN DAN SUNNAH NABI

Kegiatanku di suatu akhir pekan begitu padat yang menyita waktu. Tak terasa dari sejak tahajud  di dua pertiga malam tadi, belum sedetik pun  kupejamkan mata ini barang sejenak hingga ketika sedang menyimak webinar Tahrik Jadid, tak sengaja mataku ngalenyap dalam sekejap.

Ketika terbangun, Astaghfirullah, baru kusadari ternyata aku ketiduran.

Sepertinya pengaruh  kurang istirahat sehingga otakku  lelah, tapi  aku tetap berusaha bertahan agar  dapat  menyimak webinar. Akibatnya aku tertidur tiba-tiba. 10 menit berlalu yang membuatku segar kembali.

Tidur adalah  hal yang sederhana tetapi  berdampak fatal bagi tubuh. Jika kita tak mampu mengelola jam tidur secara sehat dan baik. Banyak dari kita  tidur tak teratur bahkan kurang tidur secara benar. Mereka tidak menyadari mengapa  harus  tidur. Bukan yang hanya sekedar tidur begitu saja, tetapi tidur yang benar dan memadai.

Sebab tidur yang baik bukan soal berapa jam kita tidur. Tapi seberapa berkualitas tidur kita.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS. An-Naba’: 9)

John Peever, Direktur Laboratorium Biologi Sistem Saraf di Universitas Toronto, mengatakan bahwa tidur  sendiri sangat berguna untuk  memulihkan kesegaran tubuh dan pikiran karena tidur mampu membersihkan memori-memori buruk di otak, dan memaksimalkan daya ingat saat belajar.

Banyak  orang mengatakan bahwa tidur itu adalah kematian sementara manusia. Jika dikatakan mati sementara, lantas kemanakah perginya ruh manusia saat tidur?

Allah Ta’ala berfirman:

“Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Az-Zumar: 42)

Ayat  tersebut menjelaskan tentang pentingnya tidur dan kaitan antara tidur dengan mati. Karena itu sebaiknya kita  berdzikir kepada Allah SWT  sebelum tidur dan ketika kita dibangunkan kembali, bercermin pada apa yang dilakukan Nabi Saw. Kita harus bersyukur pada-Nya, bahwa Allah tidak benar benar mematikan jiwa kita dan Allah masih memberi kita kehidupan. 

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nyalah kami dikumpulkan”.

Tetapi masih ada saja orang meskipun  waktu  tidurnya cukup, tetap mengeluh bahwa tidurnya tidak memberi manfaat secara kesehatan. Padahal  Rasulullah Saw bersabda, “Tidur itu saudaranya mati, dan orang mati tidak ada di Surga.”

Hadits di atas menerangkan bahwa kita  jangan terlalu banyak tidur.  Seorang muslim harus tidur sesuai proporsinya. Tidur tidak boleh terlalu banyak atau berlebihan dan tidak boleh terlalu kurang juga.

Tidur berlebihan akan menyebabkan berkurangnya produktifitas kerja sehingga muncul rasa malas, tidak terbiasa bekerja keras, dan tidak melatih kekuatan fisik karena banyak aktifitas yang dikerjakan hanya di tempat tidur.

Tidur terlalu sedikit juga tidak baik, karena berpengaruh pada lemahnya tubuh, dan akan berdampak pada kerja organ tubuh yang kurang optimal.

Tidur  yang cukup menurut medis adalah 8 jam per hari. Tetapi  bagaimana sebaiknya kita tidur menurut ajaran Islam. Al-Quran punya jawabannya di banyak ayat-ayatnya. Diantara sebagai berikut:

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18).

Nabi SAW  tidak tidur larut malam hari. Beliau tidur di awal malam dan tentunya terbangun kembali di sepertiga malam untuk menunaikan shalat tahajud. Tidur di awal malam selain dapat terjaga untuk terbangun di sepertiga malam, tentunya hal tersebut juga memiliki fungsi terhadap kesehatan.

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Rum: 23)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa tidur kita di siang atau malam hari adalah bagian dari kekuasaan Allah. Justru Allah memberikan kesempatan untuk manusia istirahat tidur di malam hari sedangkan berusaha di pagi harinya. Sistem tidur seperti ini sudah Allah ciptakan sesuai dengan sistem kehidupan di muka bumi.

Kemudian Allah  juga  memerintahkan Nabi  Saw. untuk tidak banyak tidur, dan mengganti apa yang telah dikurangi dari waktu tidur di malam, pada waktu siang. Seperti pada berfirman-Nya :

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu´) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).” (QS. Al-Muzammil 1-7).

Inilah kenapa Nabi  Saw. melewati waktu paginya hingga matahari terbit, dengan berdzikir, bertasbih dan membaca Alquran.

Semua hal tersebut di atas  harus menjadi refleksi bagi diri kita, apakah tidur kita sudah sesuai anjuran Al-Quran dan Hadis atau belum. Karena  tidur bukan hanya istirahat semata saja, namun jika kita mengetahui waktu-waktu yang tepat kita bisa menjadikan tidur sebagai suatu amalan, ibadah juga keberkatan untuk diri kita.

.

.

.

Penulis: Henny Ruwahsasi

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 687

Henny Ruwahsasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *