Ujian Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah Ta’ala

Selama manusia hidup, tidak mungkin ia lepas dari ujian kehidupan. Senyaman dan sebahagia apapun kelihatannya, pasti Allah Ta’ala tetap memberikan ujian dengan kadar berbeda-beda, sesuai kemampuan si penerimanya.

Ada 2 hal yang termasuk ke dalam ujian (cobaan):
1).Musibah
Terkadang musibah dikonotasikan sebagai peristiwa negatif yang menyengsarakan. Namun di dalam Al-Qur’an kata musibah secara umum bersifat netral tidak di konotasikan baik positif maupun negatif. Seperti terdapat dalam firman Allah Swt. di dalam QS. Al-Hadid, ayat 23-24:

“Tiada suatu musibah yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan sudah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya, sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah, Kami menjelaskannya yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu, Allah tidak suka orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Jadi kata musibah yang terdapat dalam kandungan arti dalam ayat di atas adalah untuk mengajarkan manusia bahwa musibah yang berupa kebaikan itu berasal dari Allah Swt. dan musibah yang berupa bencana karena hasil perbuatan manusia itu sendiri. Kemudian kata musibah juga digunakan Allah Swt. untuk mengajarkan manusia dalam mengembalikan esensi dari sebuah musibah kepada Allah untuk bersyukur dan bersabar.

Dengan demikian manusia harus menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah pelaku dan penerima cobaan Allah. Hal ini juga terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 157 yang artinya, “Yaitu orang-orang yang tertimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wainna Illaihi Rojiun’. Sesungguhnya musibah dari Allah dan sesungguhnya kepadanya kita akan kembali.”

2).Bala
Kata bala memiliki makna berarti ujian, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Bala merupakan ujian yang diberikan kepada manusia baik yang soleh maupun yang tidak melalui kebaikan/nikmat ( Al-hasanah) dan keburukan/bencana ( As-sayyiat).

Penilaian tentang baik buruk peristiwa adalah dari manusia, karena apa yang ditimpakan Allah sejatinya selalu baik. Hal ini disebabkan fungsi dari bala yaitu mengembalikan keimanan dari orang yang terkena bala tersebut. Manusia dapat menyikapi bala maka ia akan menjadi hamba terkasih Allah dan yang tidak menerimanya maka akan diuji dengan ujian yang lebih banyak lagi.

Hal ini didasari pada hadits, “Sesungguhnya besarnya balasan pahala adalah sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Allah akan menimpakan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridha, maka baginya keridhoan Allah dan barangsiapa murka, maka baginya kemurkaan Allah.” (H.R. At-Tirmidzi)

Ada beberapa faedah dari kandungan hadits tersebut. Di antaranya:
1. Bahwa pahala dan kenikmatan yang akan diterima seorang hamba kelak di akhirat itu sesuai dengan kadar besar kecilnya cobaan dan musibah yang diterima di dunia dan dia bersabar atasnya. Seperti Firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan pahala mereka tanpa hitungan.” (QS. Az-Zumar: 12)

2. Kewajiban menerima segala ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada hambanya adalah bukti cinta-Nya kepada hamba tersebut. Maka selayaknya kita menghadapi ujian tersebut dengan cinta pula.

3. Kewajiban menerima segala ujian dan cobaan yang Allah berikan dengan kepasrahan dan keridhoan, dan larangan menghadapi ujian dengan menggerutu dan keluh kesah.

4. Perbedaan manusia dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah. Ada yang menerima dengan penuh keridhoan dan ada pula yang menerimanya tidak dengan lapang dada bahkan berkeluh kesah ataupun berburuk sangka kepada Dzat yang memberikannya.

5. Bahwa balasan itu sesuai dengan perbuatan, yaitu Allah akan memberikan keridhoan dan akan memberikan kebencian kepada hambanya yang menerima ujian dan cobaan dengan kebencian pula.

6. Adanya sifat ridha dan benci bagi Allah yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

Keenam faedah hadits di atas menunjukkan bahwa manusia di dalam menjalani kehidupan di dunia akan dihadapkan dengan ujian dan cobaan. Bagaimanapun juga, peristiwa tersebut tidak bisa kita pilih dan pilah karena semuanya datang silih berganti. Tidak sedikit peristiwa yang tidak mengenakan datang dan benar-benar menguji keimanan.

Tapi apakah kita dapat sabar dalam menghadapinya atau sebaliknya sibuk mengeluhkannya kepada Allah Swt.? Karena sejatinya ujian yang Allah berikan akan menjadi pahala dan meningkatkan derajat kita di hadapan-Nya. Dengan catatan, kita harus tetap sabar dalam menjalani ujian tersebut.

Dengan menampilkan kesabaran yang penuh, Allah akan menjadikan ujian tersebut menjadi sebuah anugerah yang dahsyat. Kesabaran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Semoga Allah Swt. menjadikan kita hamba-Nya yang selalu sabar agar menjadi orang-orang yang dicintai-Nya. Aamiin.

Visits: 143

Dede Nurhasanah

2 thoughts on “Ujian Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah Ta’ala

  1. Luar biasa isi tulisannya, cuma ada satu pertanyaan yang menggelitik hati saya. Yakni Bagaimana kita dapat membedakan antara musibah/cobaan dengan azab yang menimpa suatu kaum ataupun seseorang?

  2. Berikut kami kutipkan tulisan-tulisan Hazrat Masih Mau’ud a.s.

    Tentang Ujian:
    “Dia menguji manusia, dan ujian-ujian yang datang dari Tuhan semuanya adalah untuk kebaikan manusia. Inilah hukum yang dinyatakan Tuhan, bahwa hasil-hasil yang baik dari ujian-ujian tersebut menjadikan manusia berhak menerima rahmat Tuhan.” (Malfuzāt, jld I, hlm. 311)

    “Hal yang sebenarnya adalah, memang merupakan hak Allah Ta‟ala untuk menguji hamba-hamba-Nya, dan ujian ini darinya adalah untuk manfaat-manfaat manusia. Hukum kudrat-Nya memang berlaku demikian, yakni setelah adanya ujian maka yang lulus dengan baik akan dijadikan-Nya sebagai pewaris karunia-karunia-Nya.” (Malfuzat, jld. I, hlm. 324-325)

    Tentang Azab:
    “Untuk itu bertaubatlah sebelum pintu taubat tertutup setelah kedatangan azab Ilahi.” (Malfuzat, jld. I, hlm. 266-268)

    “Di dunia ini juga kita menyaksikan, tatkala manusia memperoleh peluang berbuat salih dan kebaikan, lalu dia melepaskan peluang itu, dan dengan menyia-nyiakan peluang tersebut dia menjadi sedih dan duka, dan dia merasakan suatu keperihan. Demikian pula orang-orang yang hidup sezaman dengan para nabi ‘alaihimus salaam dan mereka melepaskan peluang itu maka mereka terjerat dalam azab Ilahi.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 146-147)

    “Taubat dan rasa takut terhadap Allah Taala justru berguna ketika azab Allah belum tiba.” (Malfuzhat, jld. IV, hlm. 56-57)

    Maka bisa disimpulkan bahwa ujian/cobaan adalah penderitaan yang diberikan Allah Ta’ala sebagai salah satu sarana memperbaiki diri, terbuka ruang untuk bertaubat. Tetapi, azab adalah penderitaan yang merupakan hukuman Allah Ta’ala, tak tersisa lagi ruang untuk bertaubat.

    Di dalam Al-Qur’an banyak sekali disampaikan kisah umat-umat terdahulu yang dihancurkan dan dihilangkan Allah Ta’ala dari bumi ini karena gempa bumi, banjir besar dan bencana lainnya. Itu semua adalah contoh azab yang tak lagi menyisakan ruang taubat bagi manusia. Sebagaimana Hz. Masih Mau’ud a.s. menyampaikan bahwa taubat hanya berguna sebelum turunnya azab.

    Semoga membantu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *