UNTUK MEREKA YANG MENCARI KEBAHAGIAAN DI DUNIA

Di dalam hidup ini banyak sekali manusia yang menggantungkan standar kebahagiaannya pada hal-hal komersil, baik itu berbentuk uang, jabatan atau aset-aset berharga di mana intinya memberikan gambaran keuntungan bagi dirinya. Sehingga tidak jarang kita melihat orang-orang sangat bersungguh-sungguh dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah atau berjibaku di dalam pekerjaannya.

Sayangnya hanya sedikit atau bahkan mungkin tidak ada manusia yang memiliki rasa cukup akan apa yang telah diperolehnya. Alih-alih manusia mendambakan kebahagiaan lewat kemegahan dunia justru jiwanya semakin sengsara karena setiap hari harus mengikuti hasrat nafsunya yang tiada pernah ada puasnya.

“Seandainya manusia memiliki satu bukit emas, niscaya ia akan mengharapkan dua bukit emas lagi, dan tidaklah perutnya dipenuhi melainkan dengan tanah, dan Allah akan menerima taubat siapa yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6439)

Hari-harinya diisi dengan kegundahan karena ambisi yang tiada habisnya, padahal waktu terus berjalan dan ajal kian mendekat. Bekalnya hanya sebatas kepuasan dunia, namun akhirat belum ada pada genggamannya. 

Sesungguhnya kita semua sudah tahu bahwa dunia bukanlah tempatnya untuk memenuhi hasrat kepuasan dan kebahagiaan. Namun, kita belum paham mengenai dunia sebagai sarana yang telah Allah sediakan bagi manusia untuk mencari bekal amalan kehidupannya di akhirat yang kekal. 

Di dunialah kita akan dihadapkan dengan berbagai macam ujian dan godaan. Dan salah satu ujian terberat yang ada di dunia ini adalah cara pandang diri kita sendiri dalam melihat kehidupan dunia. Tentang bagaimana kita bisa memelihara keimanan kita kepada Allah SWT agar lebih dominan dibanding tunduk kepada gemerlapnya godaan dunia, tentang bagaimana kita bisa menggunakan akal kita agar selalu menyadarkan segala sesuatu hanya untuk keridhaan Allah SWT.

Sangat beruntunglah kita umat Muslim yang telah Allah SWT karuniakan petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Selama kita menjadikan keridhaan Allah SWT sebagai tujuan dengan perantara Al-Qur’an sebagai pedoman dan Hadhrat Rasulullah SAW sebagai role model, maka kita tidak perlu lagi meraba-raba mana jalan yang baik dan mana jalan yang buruk . 

Begitupun perihal kebahagiaan, kita tidak akan dipatahkan oleh bayang-bayang kenikmatan dunia yang melalaikan. Justru keinginan untuk terus berada di jalan Allah SWT dan dicintai oleh-Nya akan sangat cukup dan membahagiakan bagi diri kita. 

Ketika kita diberikan ujian, kita bisa berhusnudzon bahwa Allah SWT sedang mencurahkan dan mengingatkan diri kita untuk lebih dekat dengan-Nya. Ketika diberi kemudahan, kita akan sangat bersyukur kepada-Nya karena telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya. Segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita dirasa akan sangat memuaskan hati juga pikiran. 

Seperti yang disampaikan pada hadis berikut, “Beruntunglah orang yang telah diberikan petunjuk kepada Islam, kehidupannya tercukupi, dan ia memiliki sikap qana’ah.” (HR. Tirmidzi no. 2349)

Kesimpulannya, kebahagiaan di dunia itu tidak terbatas pada hal materil. Ini semua tentang dasar pandangan kehidupan kita saja. Apa kita menggunakan kacamata nafsu atau keridhaan Allah SWT dalam melihat dunia ini. Apa yang terlihat membahagiakan atau segala sesuatu yang dirasa memuaskan, belum tentu baik di kemudian hari. 

Namun kita sebagai Muslim tahu apapun yang didasari karena kecintaan kita kepada Allah akan baik di kemudian hari, baik di dunia juga di akhirat. Insya Allah. Sesuai dengan apa yang pernah dikatakan Helen Keller, “Hal-hal terbaik dan terindah di dunia tidak bisa dilihat atau bahkan disentuh, mereka harus dirasakan dengan hati.”

Visits: 318

Renna Aisyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *