Menjadi Hamba yang Bersyukur
Apabila kita renungkan, betapa melimpahnya kenikmatan yang Allah SWT anugerahkan kepada kita. Bahkan tidak akan terhingga berapa banyak dan besarnya. Kehidupan yang telah diberikan-Nya dimulai dari kita berada dalam kandungan sang Ibu sampai dengan sekarang.
Kita telah mendapatkan nikmat kesehatan yang lebih banyak dibandingkan sakit kita. Bahkan, kita bisa menghirup udara dengan bebas. Bukankah semua itu merupakan hal yang teramat patut kita syukuri?
Ya, bersyukur merupakan satu hal yang dapat menuntun kita kepada suatu kebahagiaan. Namun, mukmin sejati tidak pernah terlepas dari tiga keadaan. Dan ketiga keadaan itulah akan menunjukkan tanda kebahagiaan baginya.
Keadaan pertama, bila dia mendapatkan nikmat maka dia akan bersyukur. Keadaan kedua, bila dia mendapatkan kesusahan maka dia bersabar. Keadaan ketiga, bila dia berbuat dosa maka dia beristighfar. Dari ketiga keadaan demikianlah seorang mukmin sejati dapat merasakan suatu keikhlasan dalam hatinya untuk menemukan suatu kebahagiaan.
Rasulullah SAW bersabda “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin, apabila mendapatkan kesenangannya dia bersyukur, maka yang demikian merupakan kebaikan baginya sebaliknya apabila ditimpa kesusahan dia pun bersabar maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Bahkan, Rasulullah saw. tidak luput dari rasa syukur walaupun telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Hz. Aisyah r.a. bahwa, “Rasulullah saw. biasanya jika beliau salat beliau berdiri sangat lama sehingga kakinya mengeras kulitnya.” Hz. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian bukankah dosa-dosamu telah diampuni baik yang telah lalu maupun yang akan datang?” Rasulullah saw. bersabda “Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR.Bukhari)
Dalam riwayat tersebut, sudah semestinya kita sebagai umat Rasulullah saw. dapat menjadikan tauladan. Sebab bersyukur merupakan suatu akhlak yang sangat mulia yang sejatinya muncul karena adanya kecintaan dan keikhlasan terhadap sang pemberi Nikmat.
Sebab, rasa syukur tidak akan tercipta kalau tidak adanya keikhlasan dalam diri. Semisal, seseorang yang memiliki penghasilan sedikit, hasil panen minim (tidak sesuai harapan) atau pendapatan pas-pasan. Tidak mungkin ia akan merasa bersyukur jika dalam dirinya tidak memiliki keikhlasan.
Demikian pula orang yang diberi kelancaran rezeki atau harta yang melimpah. Mereka akan terus merasa kekurangan apabila apa yang dimilikinya tidak disertai rasa bersyukur.
Sebagai manusia tentunya kita tidak bisa memilih dilahirkan di mana, dari orang tua siapa, dan dalam keadaan seperti apa. Namun, dengan rasa bersyukur, kita merasa yakin bahwa kita dilahirkan dalam keadaan yang terbaik.
Lantas, suatu keadaan tidaklah harus menjadi sebuah tolok ukur dalam memaknai rasa syukur. Sebab suatu kebahagiaan pun tidak dapat dinilai dari suatu kondisi seseorang. Dalam keadaan miskin, seseorang tidak terjamin kesengsaraan disebabkan kemiskinannya.
Demikian pula dengan orang dengan harta yang melimpah, belum tentu kebahagiaannya terjamin karena kekayaannya. Sebab, kebahagiaan hanya dimiliki hanya oleh orang-orang yang dalam dirinya dipenuhi rasa syukur.
Akan tetapi bersyukur bukan berarti pula menyerah pada suatu keadaan yang menjerumuskan diri kepada jalan kemalasan sehingga enggan untuk menggapai keinginan. Melainkan rasa syukur ini akan mampu memperbaiki hidup kita untuk menjadi lebih baik.
Dan hendaknya kita selalu bersyukur dalam kondisi apapun. Dan syukur yang sebenarnya tidaklah cukup hanya di lisan melainkan hendaknya kita mampu bersyukur dengan hati. Bagaimana cara bersyukur dengan hati? Yaitu dengan mengakui dan meyakini bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah SWT.
Dan betapa indahnya janji Allah SWT bagi orang-orang yang bersyukur, yang difirmankan dalam QS. Ali Imran, ayat 145 yang artinya, “Dan Allah pasti akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur.”
Untuk itu, marilah kita berupaya selama hidup kita akan senantiasa memenuhi hati dengan rasa syukur, hati yang senantiasa menerima seberapapun pemberian Allah SWT dengan rasa lega dan memanfaatkannya untuk beribadah taat kepada-Nya.
Sebagai seorang mukmin, sudah menjadi kewajiban kita untuk menghargai semua nikmat-Nya, terlepas dari bagaimana keadaan hidup yang harus kita jalani. Sebab Dia akan meningkatkan nikmat-Nya bagi orang-orang yang bersyukur.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa bersyukur, yang mampu mendapatkan hadiah ganjaran terbaik dari-Nya.
Visits: 35