Menjadi Pemenang di Mata Allah

Dalam kehidupan di dunia ini, tanpa disadari kita selalu masuk dalam sebuah pertandingan. Mulai dari orang tua yang mengiming-imingi hadiah bila anaknya berhasil mencapai suatu target, urutan ranking di sekolah, ataupun berbagai kompetisi yang memang sengaja diikuti.

Di dunia pendidikan, kita berkompetisi untuk mendapatkan nilai terbaik di kelas, juga berkompetisi untuk memasuki sekolah yang diinginkan. Di dunia kerja pun terdapat kompetisi untuk mendapatkan jabatan tertentu. Ada pula jenis pekerjaan yang mengharuskan pegawainya mencapai target penjualan yang ditentukan perusahaan, dengan menjanjikan bonus sebagai penghargaan pencapaian.

Mereka yang menceburkan diri dalam sebuah kompetisi pasti akan menghadapi dua kemungkinan, yakni menang dan kalah. Menang, apabila berhasil mencapai target yang diinginkan. Kalah, jika hasil yang didapat tak sesuai harapan.

Rasa kecewa, sedih, dan frustasi adalah reaksi yang umum membuntuti kekalahan. Padahal sejatinya, kekalahan bukan akhir dari segalanya yang harus disesali. Kekalahan, seperti kata orang bijak, adalah kemenangan yang tertunda. Dalam hal ini, keberhasilan hanya akan diraih jika kita tidak berhenti berusaha setelah mengalami kekalahan.

Hal ini dapat kita pahami dari kisah seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair, yang usianya terpaut empat belas tahun lebih muda dari Rasulullah saw. Sebelum masuk Islam, Mush’ab bin Umair merupakan sosok pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan terbiasa dengan kenikmatan dunia.

Kehidupannya dikelilingi oleh kafir Quraisy, dengan budaya menyembah berhala dan minum khamr. Lalu Allah Swt. memberikan hidayah kepadanya, sehingga dia mampu membedakan agama yang baik dan yang menyimpang.

Ketika banyak terjadi intimidasi terhadap dakwah Rasulullah saw., Mush’ab bin Umair menguatkan hatinya untuk memeluk Islam. Ia mendatangi Rasulullah saw. kemudian menyatakan keimanannya.

Mulanya, Mush’ab bin Umair menyembunyikan keislamannya. Ketika kabar dirinya telah masuk Islam diketahui oleh keluarganya, ibunya marah dan memaksanya untuk keluar dari Islam, tetapi Mush’ab tidak menuruti perintah ibunya.

Karena ketidaktaatannya tersebut, sang ibu tidak memberinya makan dan pakaian yang layak berhari-hari. Ibunya melakukan segala cara dan memberikan ancaman agar Mush’ab meninggalkan Islam. Namun, Mush’ab tidak menyerah begitu saja, ia tetap teguh pada pendiriannya dan terus berjuang menyebarkan ajaran Islam.

Suatu ketika ia datang menghadap Rasulullah saw. dengan memakai baju yang tidak layak. Rasulullah saw. melihatnya sembari menangis, sebagaimana terekam dalam hadis yang diriwayatkan oleh Hadhrat Ali bin Abi Thalib r.a.

“Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah saw. di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar, dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah saw. melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu, dibandingkan dengan keadaannya sekarang.” (HR. Tirmidzi)

Setelah semua penderitaan itu, Mush’ab tidak menyerah walaupun banyak pihak yang ingin membuatnya lemah. Ia berhasil melewati lika-liku kehidupan yang menimpanya. Dengan semua usahanya, Mush’ab bin Umair berubah menjadi sosok penting dalam dakwah Islam di wilayah Madinah.

Betapa Mush’ab menunjukkan bagaimana seharusnya kita bersikap saat menemui rintangan dalam perjalanan meraih tujuan, yaitu dengan menerima semuanya dengan lapang dada dan justru menjadikan semuanya dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh.

Bahkan sahabat Nabi yang termasuk dalam rombongan hijrah pertama ini pada akhirnya dikenal sebagai sosok yang bijak dalam berdakwah. Berkat kemampuan diplomatis dan kesantunannya dalam menyampaikan nilai-nilai Islam, ia dapat dengan mudah mengajak non Muslim menjadi mualaf.

Salah satunya adalah Usaid bin Hudhair yang menjadi pemimpin kaumnya di Bani Asyhal yang masih musyrik. Saat ia mendengar kedatangan dan maksud Mush’ab untuk tabligh tentang Islam, Usaid membawa tombak dan siap untuk mengusirnya.

Mush’ab tidak gentar dan kemudian mengatakan, “Silakan duduk agar engkau paham apa yang akan aku sampaikan. Jika engkau menyukainya, engkau boleh menerimanya. Tapi jika engkau tidak sependapat, kau bisa menolaknya.”

Mendengar ucapan Mush’ab, Usaid merasa kagum. “Engkau cukup adil,” aku Usaid. Lantas Mush’ab menjelaskan tentang agama Islam kepadanya dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Tak disangka, Usaid setuju dengan apa yang disampaikan Mush’ab dan hatinya begitu saja luluh, bahkan ia tertarik untuk memeluk agama Islam.

Dari kisah Mush’ab kita belajar untuk tidak mudah menyerah dan kalah dalam memperjuangkan sesuatu yang kita yakini benar. Kita harus terus mencoba, jangan pernah merasa takut karena dalam hal kebaikan, Allah akan menolong umat-Nya.

Kita ikuti langkah Mush’ab bin umair dalam menjalankan ibadah kita. Kita berkompetisi dan memberikan tantangan untuk diri kita sendiri. Bila biasanya kita mengaji dan membaca tafsir satu halaman setiap selesai shalat, tambahkan menjadi dua halaman dan terus tingkatkan. Bila kita merasa ragu dan belum berani bertabligh, pacu diri kita untuk lebih yakin dan bertablighlah.

Seorang penyair dari Amerika memberikan pesan menyentuh, mengatakan, “Kau akan menghadapi banyak kekalahan dalam hidup, tapi jangan pernah membiarkan dirimu sendiri yang dikalahkan.” (Maya Angelou)

Sejatinya yang harus kita kalahkan adalah musuh terbesar kita yaitu hawa nafsu. Arena pertandingan sebenarnya adalah hati dan pikiran kita sendiri. Selama hidup kita harus berjuang agar kebaikan mengalahkan sifat buruk kita.

Saat kita berubah jadi serakah, kita kalah.
Saat kita kendor ibadah, kita kalah.
Saat kita berubah menjadi pongah, kita kalah.

Kita bisa kalah dari pertandingan duniawi. Kekalahan dalam urusan dunia bukanlah sebuah dosa. Namun, jangan menyerah untuk berbuat kebaikan. Teruslah berjuang di jalan Allah dan menjadi pemenang di mata Allah.

Sumber :
[1] https://kisahmuslim.com/4799-mushab-bin-umair-teladan-bagi-para-pemuda-islam.html
[2] https://kemenag.go.id

Visits: 135

Maya Savira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *