Pacaran dan Ta’aruf, Bedakah?
Oleh: Yusuf Awwab
Dewasa ini ada upaya untuk menggaungkan kata-kata yang berbau Islam. Sebut saja kata Hijrah yang kini mulai populer.
Dahulu orang tahunya Hijrah adalah Eksodus dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman atau lebih dikenal dengan nama Imigrasi.
Tapi kini makna tersebut sudah mulai bergeser. Ungkapan Hijrah pun bebas digunakan oleh sebagian orang. Contohnya ketika ada wanita yang sebelumnya tidak berhijab lalu berhijab, maka orang akan mengatakan bahwa wanita tersebut sudah berhijrah.
Atau saat ada seseorang yang tidak pernah ke Masjid kemudian rajin ke Masjid, maka disebut juga sudah berhijrah. Pemabuk yang kemudian berhenti dari minum-minuman disebut berhijrah. Pencuri yang sudah tidak mencuri juga disebut berhijrah.
Akhirnya makna Hijrah yang sebenarnya menjadi hilang. Orang-orang kini mulai mengartikan bahwa berhijrah itu adalah berubah.
Demikian juga dengan kata Ta’aruf. Ada upaya untuk mengganti kata pacaran dengan Ta’aruf. Sehingga muncul ungkapan bahwa Islam tidak mengenal kata pacaran tapi Ta’aruf.
Beberapa orang menentang Ta’aruf disamakan dengan Pacaran. Karena bagi mereka pacaran itu bukan Islami. Pacaran merupakan budaya barat sementara Ta’aruf adalah budaya Islam.
Benarkah demikian?
Sebab Islam pun tidak mengenal kata Ta’aruf. Karena Ta’aruf merupakan budaya Arab yang maknanya sama seperti pacaran. Atau bisa dikatakan bahwa Ta’aruf adalah sinonim untuk kata pacaran agar mudah diterima di Negara-negara yang mayoritas Islam.
Pada prakteknya baik orang yang sedang Ta’aruf maupun pacaran sama saja. Meski di dalam rumah, namun mereka diberikan keleluasaan untuk berdua tanpa ada orang ketiga sebagai pengawasnya.
Kadangkala mereka pun diberikan kebebasan untuk bisa bercengkrama meski hanya sebatas pegangan tangan atau senda gurau semata. Artinya bahwa Ta’aruf hanya sebuah nama saja, yaitu nama yang sudah diberikan legitimasi Islam, supaya bisa mematahkan dominasi pacaran yang mereka anggap sebagai produk Barat.
Hal sama juga terjadi dengan Tahun Baru Hijriah yang mulai dirayakan dan dipaksakan keberadaannya sebagai pengganti Tahun Baru Masehi yang dianggap kafir. Padahal Arab Saudi sendiri merayakan Tahun Baru Masehi. Dan Negara tersebut mulai menggunakan kalender Masehi untuk menggantikan Kalender Hijriah yang sudah digunakan ratusan tahun.
Al-Quran menggunakan kata Ta’aruf dalam surah Al-Hujrat 49 ayat 13
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّاخَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍوَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Ayat ini tidak khusus membahas tentang perkenalan laki-laki dan perempuan, namun lebih kepada makna yang luas yaitu untuk mengetahui suku atau bangsa-bangsa lain. Artinya bahwa kata Ta’aruf sendiri lebih kepada sebuah upaya untuk membimbing seseorang kepada sesuatu yang luput dari pengetahuannya.
Tuhan seakan ingin mengatakan bahwa kita jangan bangga dengan bangsa atau suku kita karena masih ada suku atau bangsa lain yang mungkin lebih hebat dari pada kita. Oleh karena itu ada perintah untuk saling mengenal, saling mengetahui, saling berbagi ilmu dan saling mencari ilmu. Inilah makna Ta’aruf yang sebenarnya.
Jika Ta’aruf diartikan sebagai upaya untuk saling mengenal antara laki-laki dan perempuan, maka apa bedanya dengan pacaran. Karena Pacaran pun sebuah usaha untuk saling menjajagi dan mengenal sifat serta karakter antara laki-laki dan perempuan.
Visits: 171