Rezeki Bukan Hanya Sekadar Harta Benda

Sekelompok sahabat datang menemui Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah para sahabat yang secara ekonomi tidak tergolong mampu dan menganggap diri mereka orang fakir. Kepada beliau mereka menyampaikan, betapa enaknya menjadi orang yang kaya raya, bisa mendapatkan begitu banyak pahala.

“Orang-orang yang punya banyak rezeki berupa harta shalat sebagaimana kami shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka bisa bersedekah dengan limpahan harta yang mereka miliki, sedang kami yang miskin tak bisa melakukan itu.” Demikian mereka mengadu. Setelah mendengar keluhan orang fakir tadi, Rasulullah saw. tersenyum lantas berusaha menghibur para fakir itu dengan sebuah hadis motivasi.

Beliau bersabda untuk berusaha membesarkan hati mereka. “Wahai sahabatku, sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?” Dengan sangat antusias, mereka pun menjawab serentak, “Tentu, ya Rasulullah.”

Nabi saw. bersabda, “Bacalah ‘subhanallah’, ‘Allahu akbar’, dan ‘alhamdulillah’ setiap selesai shalat masing-masing 33 kali.” Setelah menerima wasiat Rasulullah saw., mereka pun pulang untuk mengamalkannya.

Tak lama berselang, setelah beberapa hari berlalu, para fakir miskin itu kembali menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, saudara-saudara kami orang kaya itu mendengar perbuatan kami, lalu mereka serentak berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Maka, Nabi saw. bersabda, “Itulah karunia Allah Swt. yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.”

Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Yang dimaksud dengan rezeki tidak hanya harta-kekayaan, melainkan segala sesuatu yang telah dianugerahkan kepada mereka: ilmu, hikmah, kemahiran dalam bidang kesehatan, semua termasuk di dalam rezeki. Dan hal-hal semacam inilah harus dia keluarkan (belanjakan) di jalan Allah.”

Kisah dalam hadits dan penjelasan Hazrat Masih Mau’ud a.s. di atas merupakan kabar bahagia bagi kita, bahwa mereka yang memiliki kekurangan berupa harta benda tidak seharusnya patah semangat, merasa rendah diri untuk melakukan kebaikan. Sejatinya segala potensi yang kita miliki, ketika dipergunakan di jalan yang Allah ridhoi, akan mendatangkan pahala kebaikan. Baik si kaya dan si miskin memiliki kedudukan yang sama untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan sesuai dengan kapasitas dan porsi kelebihan yang mereka miliki.

Di dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 39, Allah Ta’ala berfirman, “(Mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.”

Kisah di dalam hadits shahih di atas menggambarkan betapa besarnya motivasi berbuat kebaikan, baik dari kelompok miskin maupun kaya. Mereka sungguh-sungguh berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga si kaya yang beruntung dengan limpahan rezeki harta benda tidak menjadikannya bak Qarun yang takabur dan bakhil.

Begitu pula dengan si fakir, semoga ia selalu mencari solusi untuk bersaing secara sehat dalam mencari keunggulan dalam beribadah. Semoga ia sadar bahwa ketidak-beruntungan materi tidak boleh menjadikannya patah arang untuk memberikan pengabdian terbaik bagi Allah Swt.

Visits: 76

Endah Fitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *