Wajah Memancarkan Cerminan Hati

Ketahuilah, orang yang berhati lembut adalah orang yang wajahnya berseri-seri dan sering tersenyum. Sebab, keadaan hati itu tercermin pada wajah. Perumpamaan wajah dan keadaan hati seperti bayangan sebuah dahan dengan dahan itu sendiri.

Bayangan tidak akan berbeda dengan bentuk aslinya. Bahkan ke mana pun dahan itu bergerak, bayangannya akan selalu ikut. Begitulah perumpamaan wajah terhadap hati, semua yang disembunyikan hati akan tampak di wajah. Orang-orang yang memiliki bashîroh mampu mengetahui isi hati seseorang hanya dengan melihat wajahnya.

Sebuah kisah, ada sepasang suami istri yang baru pindah ke sebuah kompleks perumahan. Suatu pagi saat sedang sarapan mereka melihat keluar dari jendela kaca, tetangga depan rumah mereka sedang menjemur pakaian. Sang istri langsung memberi komentar memprotes kerja tetangganya itu, “Wah itu baju-bajunya dicuci kurang bersih, sepertinya ibu itu tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar.”

Suaminya menoleh, tetapi ia diam dan tidak memberi komentar apa pun. Sejak hari itu, setiap pagi ketika tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.

“Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus sebab cuciannya masih kotor.”
“Wah apakah suaminya tidak risih memakai pakaian yang masih kotor seperti itu?”
Ada saja komentar yang diberi sang istri terhadap tetangganya.

Seminggu berlalu, kemudian sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya kini terlihat cemerlang dan bersih. Lalu si istri berseru kepada suaminya, “Wah, ternyata ibu itu telah belajar bagaimana mencuci pakaian dengan benar.”

Sang suami berkata, “Istriku, tadi aku bangun pagi-pagi sekali dan sempat membersihkan jendela kaca kita. Ternyata persoalannya bukan karena cara mencuci si tetangga tetapi karena kaca jendela kita yang kurang bersih.”

Begitulah dengan kehidupan, apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran/jendela hati kita. Jika hati kita bersih, maka bersih pula pikiran kita. Jika pikiran kita bersih, maka bersih pula perkataan kita. Jika perkataan kita bersih, maka bersih pula perbuatan kita.

Senada dengan itu, salah seorang Khalifah Rasyidah bersabda, “Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki pula oleh Allah pada apa yang nyata di wajahnya.” (Hadhrat Umar bin Khattab r.a.)

Baik buruknya perilaku seorang manusia sangat bergantung pada hatinya. Jika hatinya baik maka perilakunya akan baik. Sebaliknya, bila hatinya buruk maka akan berakibat pada buruknya pula perilakunya.

Allah maha mengetahui apa pun yang tersimpan, yang terbesit, dan dirahasiakan dalam hati hamba-hamba-Nya. Hal itu berdasarkan firman-Nya, “Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu.” (QS al-Ahzab [33]: 51)

Demi menjaga setiap amalan tetap baik, maka siapa pun harus menjaga dan selalu memperbaiki keadaan hatinya. Hati ibarat raja, sedangkan anggota tubuh lain ibarat rakyat yang mengikutinya. Jika yang diikuti baik, maka pengikutnya pun akan baik. Jika pemimpinnya lurus, maka rakyatnya juga lurus.

Adakalanya, pemimpin lurus, rakyatnya terkadang tidak lurus, apalagi pemimpinnya tidak lurus. Atas hal ini, Rasulullah saw. menyatakan, “Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Daging tersebut ialah hati.” (HR al-Bukhari)

Semoga Allah senantiasa meneguhkan hati kita semua, untuk selalu berada dalam kebaikan. Dan semoga kita mampu menjaga hati agar selalu bersih dari berbagai macam penyakit. Terlebih setelah sebulan kita digembleng di bulan Ramadhan. Aamiin.

Visits: 85

Yati Nurhayati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *