
TIDAK AKAN MERUGI BEREMPATI
Sumardi mungkin tak pernah mengira, ia harus melakukan hal ini. Tapi apa daya, penghasilannya sebagai pemulung harus berkurang, semenjak pandemi datang dan tak kunjung pergi.
Gang-gang banyak yang dihalang palang. Dia pun tak bisa masuk mencari peruntungan.
Padahal, ada 5 orang yang hidupnya bergantung padanya. Kedua mertuanya, istri, dan dua anaknya, yang salah satunya masih balita.
Selasa 21 April 2020, Sumardi memutuskan untuk berangkat kerja. Rasa sakit karena asma pun diabaikannya. Dia harus pulang membawa uang. Atau apapun yang bisa dimakan.
Hari itu, di tiga hari menjelang puasa, ia melewati persawahan. Di bawah sinar matahari yang terik, dan rasa putus asa tak dapat barang bekas walau secuil, ia akhirnya memutuskan untuk mencuri apa yang terlihat.
Ya, padi.
Tapi malang, ia ketahuan. Warga pun menggelandangnya ke pihak berwenang.
Namun, Tuhan menunjukkan kasih sayang-Nya pada Sumardi. Mendengar kisahnya, warga pun bermediasi. Mereka memaafkan Sumardi dan memutuskan untuk tak menjerumuskannya ke balik jeruji.
Polisi pun turut merasa iba. Mereka menyumbangkan bahan pokok untuk Sumardi dan keluarga. Beras 10 kilo, susu formula untuk balita, minyak goreng, biskuit, dan mi instan bisa Sumardi bawa pulang.
Betapa hangatnya membaca berita ini. Setelah kemarin hati dirundung duka, mendengar sebuah nyawa harus melayang setelah dua hari tak makan, ada satu berita baik yang menentramkan hati.
Warga yang dicuri padinya oleh Sumardi, mungkin akan mengalami kerugian, seandainya kejadian itu tidak ketahuan. Tetapi kebaikan hati dan empati, membuat mereka lebih memilih mendengarkan nurani daripada ego pribadi.
“Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan permusyawaratan mereka, kecuali permusyawaratan orang yang menyuruh bersedekah atau menyuruh berbuat baik atau perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa berbuat demikian untuk mencari keridaan Allah maka Kami segera akan memberikan ganjaran yang besar kepadanya.” (QS. An-Nisa 4: 115)
Mencuri tentu adalah perbuatan yang salah. Tetapi alasan Sumardi untuk mencuri, tak perlu ada bila kita saling berempati.
Bukan rahasia umum bila pandemi ini telah menjatuhkan ekonomi. Terlebih lagi bagi mereka yang memang ekonominya sudah lemah dan tak berdaya, jauh sebelum pandemi.
Di saat-saat seperti ini, firman Allah Ta’ala justru harus semakin meresap di sanubari.
“Dan belanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seseorang di antaramu, lalu ia berkata,
”Wahai Tuhan, Seandainya Engkau memberi tenggang waktu kepadaku sedikit waktu, pasti aku akan bersedekah dan menjadi bagian orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun 63: 11)
Kisah Sumardi, hanyalah satu dari sekian kisah kebaikan yang selayaknya disebarluaskan. Bukan untuk menghalalkan pencurian, tetapi untuk sekedar mengingatkan bahwa kita harus saling memperhatikan.
Juga, agar orang lain tak kehilangan keyakinan, bahwa masih banyak orang-orang baik, bahwa kemanusiaan tak pernah pudar, dan bahwa harapan senantiasa hadir untuk kita genggam.
Sumber:
Visits: 54