Kebahagiaanku Buah dari Kesederhanaan Mak

Hidupku selalu dinaungi kesederhanaan semenjak aku lahir. Mak membuatku kuat dan bisa bahagia walau selama hidupnya, Mak tak pernah diliputi kekayaan dan kemewahan. Aku belajar banyak sekali dari Mak. Terlahir dari seorang Mak, membuat aku bangga sebagai anaknya.

Mak-ku bernama Hamidah. Beliau terlahir sebagai keturunan Ahmadi dan Allah Ta’ala mengaruniai beliau menjadi salah seorang menantu dari tokoh tiga serangkai dalam Jemaat ini, yaitu Mln. Zaini Dahlan.

Mak dinikahkan dengan Ayah sewaktu beliau berusia 25 tahun, yang merupakan hasil perjodohan kedua orangtua beliau. Namun nasib Mak berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernikahannya langgeng. Setelah aku lahir, di umurku yang ke-20 hari, Ayah pergi meninggalkan kami. Mak pun terpaksa menjadi tulang punggung buat kami anak-anaknya.

Mak adalah seorang ibu sekaligus seorang ayah buatku karena semenjak aku dilahirkan ke dunia, aku tak pernah mengenal sosok seorang ayah yang sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa Mak-ku adalah ayah bagiku.

Sebagai seorang ibu sekaligus ayah, Mak membesarkan kami ketiga anaknya dengan cara berjualan di pasar. Sebagai seorang pedagang, tentu keuangan menjadi masalah utama dalam kehidupan kami. Namun seberapapun yang Mak dapat, Mak selalu mengajarkan kepada kami untuk hidup dalam kesederhanaan. Paling utama adalah hidup ala Tahrik Jadid.

Tidak jarang orang tak mampu membedakan hemat dengan pelit. Seringkali keluarga kami dianggap pelit. Padahal Mak benar-benar berusaha mengutamakan mana yang menjadi prioritas, daripada hanya sekedar ikut-ikutan membeli ini itu yang tak jelas.

Dengan keuangan yang tak seberapa, pengorbanan harta di jalan Allah (candah) selalu Mak utamakan. Mak selalu menanamkan kepada kami, “Selagi kau bisa makan, maka bayarlah candahmu. Bagaimanapun caranya, itu yang utama. Sebab candah ini membantu kehidupan dan mampu memberikan ketenangan batin. Walaupun setiap kali kau masak hanya ada beras di genggamanmu, tetap bayarlah candahmu.”

Bersyukur, pesan Mak tentang ini selalu menjadi pedoman utama kami sebagai keluarga yang berkekurangan. Karena dengan bersyukur kami bisa mengerti akan kasih sayang Allah Ta’ala.

Pernah di usia yang masih belia, aku yang anak bungsu berkata, “Sudah belasan tahun Mak berjualan, tapi mengapa ekonomi kita tetap begini-begini terus ya, Mak? Nampaknya Tuhan tak adil dengan kita.”

Mak yang saat itu sedang sibuk mengolah jualannya langsung berhenti dan menatap anak bungsunya ini dengan penuh kasih.

Kamu salah, Nak. Justru Tuhan sangat adil. Kita diberi makan sampai sekarang itu suatu mukjizat. Bahkan, dengan penghasilan Mak yang pas-pasan seperti ini, Mak masih bisa menyekolahkanmu. Oleh karena itu, belajarlah yang giat dan raihlah prestasi agar kamu mendapatkan suami dan kehidupan yang lebih baik dari Mak,” begitu beliau berucap.

Aku merenungi perkataan Mak. Sedari kecil aku melihat perjuangan Mak yang sangat besar untuk menghidupi keluarga kami. Sejak saat itu hingga sudah dewasa seperti hari ini, aku pun selalu bersyukur dan merasa bahwa Tuhan itu sangat adil. Karena Tuhan telah memberi aku Mak yang hebat seperti beliau.

Kesederhanaan ternyata lebih menyejukkan hati bagiku. Kehidupan sederhana justru mampu memacu manusia untuk lebih banyak mensyukuri apa yang mereka miliki. Dan bagiku, bersyukur adalah kunci dari sebuah kebahagiaan.

Kebahagiaan memang tidak bisa diukur dari hal-hal besar saja. Kita bahkan bisa berbahagia dengan berbagai hal kecil yang terjadi dalam hidup kita. Misalnya memiliki suami yang penyayang, penyabar, yang mampu menjadi penyejuk hati. Memiliki anak anak yang sholeh, aktif, dan kreatif juga adalah sesuatu hal yang bisa membuat hidup lebih bersemangat. Hal-hal itu juga adalah suatu kebahagiaan terindah dalam hidup.

Jangan pernah lupa untuk mensyukuri apapun yang kita miliki. Insya Allah kebahagiaan tak akan pernah luput dalam hidup kita. Mungkin banyak orang yang menganggap mencari kebahagiaan itu sangatlah sulit. Namun bagiku, mencari kebahagiaan sangatlah mudah bila dibandingkan dengan cobaan dan ujian hidup yang pernah aku alami.

Tidak jarang kita melihat banyak orang yang mengalami stres dan depresi dalam menghadapi permasalahan hidup, apalagi dalam kondisi ekonomi yang sulit di kehidupan mereka. Tapi, kesederhanaan membantu kita untuk kembali sadar bahwa hidup itu sangat berarti. Sudah seharusnya kita tidak hanya fokus pada hal-hal besar di dalam hidup kita. Kita juga harus bisa lebih bersyukur dan lebih berbahagia dengan hal-hal kecil yang kita miliki.

Setiap orang memiliki rintangan tersendiri dalam kehidupan mereka masing masing. Jalani semuanya dengan senantiasa bersyukur walaupun hidup dengan kesederhanaan. Memiliki segalanya di dunia ini tidak menjamin kebahagiaan. Karena materi dan kemewahan yang berlebihan di dunia tidak akan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki. Sesungguhnya kebahagiaan sejati datang dari hati yang tenteram yang datang dari ridho Illahi.

 

Editor: Lisa Aviatun Nahar

Visits: 114

Sri Wahyuni

3 thoughts on “Kebahagiaanku Buah dari Kesederhanaan Mak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *