
Menularkan Kebahagiaan
Dalam sebuah penelitian, dikatakan bahwa keringat seseorang yang tengah berbahagia, bisa membuat orang lain yang mengendusnya merasakan kebahagiaan pula. Walaupun kebahagiaan yang dirasakan tak sebesar kebahagiaan yang dirasakan oleh orang bahagia yang mengeluarkan keringat tersebut. Paling tidak, itulah yang dinyatakan dalam penelitian yang diketuai oleh Gun Semin dari Utrecht University.
Tapi apakah kita harus benar-benar membuat orang lain mengendus keringat kita yang sedang bahagia untuk membuat mereka juga bahagia? Tentu saja tidak.
Dalam Islam, menjadi hamba yang dekat dengan Allah Ta’ala adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam Al-Quran pun secara rinci disebutkan bahwa mereka yang beriman dan beramal saleh, juga senantiasa berzikir dan membaca Al-Quran, akan memperoleh kebahagiaan dan ketentraman hati. Dalam QS. Al-Maidah 5: 70, Allah SWT. berfirman, “… barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta beramal saleh, maka tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih.” Juga dalam QS. Ar-Ra’d 13: 29, Allah SWT. menyatakan, “Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.”
Lantas, bisakah kita menularkan kebahagiaan pada orang lain? Tentu saja bisa. Salah satunya adalah dengan menjadi teman bagi orang lain yang sedang mengalami kegundahan dalam hatinya dan mengajaknya untuk mendekatkan diri pada Allah Ta’ala.
Kita diajarkan untuk bersilaturahmi dan berkumpul atau berteman dengan orang-orang saleh. Salah satu alasannya adalah agar kita senantiasa terlindungi dari pengaruh lingkungan yang buruk dan mendapat pengaruh baik untuk menjadi lebih dekat dengan Sang Pencipta. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW., “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan tukang pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan alasan inilah, maka berkumpul dengan orang-orang shaleh adalah juga salah satu cara untuk membawa diri kita pada kebahagiaan sejati sebagai seorang Muslim. Karena orang-orang shaleh merasakan kebahagiaan sejati dengan menjadi hamba yang dekat dengan Allah Ta’ala, apabila kita sudah diberi karunia untuk merasakan kebahagiaan tersebut, maka tularkanlah kebahagiaan itu dengan menjadi sahabat bagi mereka yang masih dilanda kegundahan dan mengajak mereka untuk menjadi lebih dekat dengan Allah Ta’ala.
Visits: 151