KEAJAIBAN DIBALIK 9.000 RUPIAH YANG DATANG TIBA-TIBA

Salah satu kebenaran Jemaat Ahmadiyah dimana ayahku menjadi saksi atas kebenaran tersebut adalah melalui perantaraannya dapat mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan ayahku, sosok sederhana yang hanya bekerja di sebuah pabrik es balok di Cirebon, mendapat karunia untuk menyaksikan dan merasakan Kuasa Allah Ta’ala atas satu hal yang tidak mungkin terjadi.

Pada tahun 1956, Jemaat Manislor menjadi cabang Jemaat Ahmadiyah yang diketuai oleh Bapak Bening yang sekaligus Kuwu atau Kepada Desa setempat. Dengan telah berdiri cabang, hal ini dapat meningkatkan kinerja organisasi yang akan berdampak luas pada tabligh dan tarbiyat anggota Jemaat.

Kala itu aku belum lahir. Tapi ayah bercerita bahwa tak lama setelah Manislor menjadi cabang, Cirebon pun menyusul. Padahal, Cirebon jauh lebih awal setahun menerima kebenaran Jemaat. Karena para anggota yang baiat awal itu rata-rata pendatang yang tak menetap disana.

Ayahku bekerja di sebuah pabrik es balok di Cirebon. Beliau suka bolak-balik Manislor-Cirebon. Atas petunjuk Mln. H. Basyari Hasan, ayah disarankan untuk pindah keanggota ke Cirebon. Karena Cirebon hendak dijadikan cabang Jemaat.

Dan ayahku terpilih sebagai Ketua Cabang pertama di Jemaat Cirebon tak lama setelah Manislor menjadi cabang. Satu karunia buat ayahku yang beliau selalu sedih saat menceritakan perjuangan di masa awal itu.

Lama sudah Jemaat Cirebon menjadi cabang. Saat itu belum ada masjid sebagai pusat ibadah dan kegiatan. Untuk shalat dan kegiatan lainnya masih berpindah-pindah tempat. Hingga akhirnya diputuskan bahwa Jemaat Cirebon akan membeli tanah untuk pembangunan masjid.

Lima orang perintis berkumpul. Diantaranya adalah Bapak Edy Jamhari (ayah saya), Bapak Ir. Herman, Bapak Misna, Bapak Tirta, dan satu lagi saya lupa namanya. Berdiskusi soal rencana pembelian tanah akan dibangun masjid. Dan akhirnya, didapatkanlah perkiraan dana yang dibutuhkan.

Taksiran dana pembelian tanah tersebut akhirnya dibagi kepada kelima orang itu. Ayah kebagian dana sebesar Rp. 9,000 saat. Sementara gaji ayah sebulan hanya sebesar Rp. 3,000.

Ayah tidak menolak hasil musyawarah. Beliau hanya bisa memohon kepada Allah Ta’ala untuk dibukakan pintu keajaiban untuk sebuah niat mulia ini, yakni membangun Rumah Allah Ta’ala. Dan niat mulia itu benar-benar Allah kabulkan dalam suatu cara yang tak disangka-sangka.

Sekitar tahun 1960an, mungkin di atas tahun 1965, di saat musim kemarau melanda pesisir Cirebon. Kebutuhan es balok meningkat drastic. Semua depot es balok sudah ditambah pasokannya dua kali lipat. Ada satu depot milik salah satu aparat polisi minta ditambah tiga kali lipat.

Para pekerja keberatan dengan permintaan ini. Karena jika dikabulkan maka akan berdampak pada depot-depot lainnya. Sementara produksi es balok tak bisa ditambah lagi.

Tapi mereka tak berani mengatakan keberatannya ini kepada aparat polisi tersebut karena takut. Akhirnya, ayah yang maju untuk menjelaskan dengan baik-baik kepada sang aparat.

Rupanya, sang aparat tidak terima pesanan tambahannya ditolak. Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukuli ayahku sampai babak belur.

Teman-teman kerja ayah tak terima atas perlakukan semena-mena sang aparat. Akhirnya, mereka melapor ke kantor polisi. Dalam persidangan dinyatakan bahwa pihak aparat polisi ini salah. Oleh atasannya ia diberi dua pilihan. Masuk penjara atau memberikan uang kompensasi ganti rugi untuk berobat kepada ayahku.

Akhirnya, ia pun memilih untuk memberikan kompensasi ganti rugi untuk biaya berobat. Dan merupakan satu kebesaran Allah Ta’ala terjadi saat itu. Sang atasan menyebut nominal ganti rugi untuk ayahku sebesar Rp. 9,000 persis sama dengan jumlah perjanjian pembelian tanah untuk masjid.

Kata ayah, “Aku ikhlas babak belur ya Allah, kalau ini jalan terbaik dari-Mu untuk dapatkan rezeki membangun rumah-Mu.”

.

.

.

Penulis: Uminah Dimyati

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 493

Uminah Dimyati

2 thoughts on “KEAJAIBAN DIBALIK 9.000 RUPIAH YANG DATANG TIBA-TIBA

  1. Kisahnya menyentuh sekaligus ada lucunya. Kok harus melalui proses dipukuli baru dapat uang Rp. 9.000. He.he.he.
    O ya 5 orang Awalin di Cirebon..yg satu orang lagi apakah mungkin Bpk. Sumawijaya? Yg saya tahu Beliau Almarhum termasuk salah satu Tetua Jemaat di Cirebon.
    Semoga para anak keturunan para Awalin tsb menjadi para Pengkhidmat Jemaat Illahi ini. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *