BELAJAR MENAHAN AMARAH

Amarah merupakan emosi alamiah manusia, namun amarah berlebih bisa jadi itu adalah salah satu bisikan setan yang ingin menghancurkan manusia. Karena itu, Islam mengajarkan kita untuk menahan amarah agar kita tidak terjerumus bisikannya yang menyesatkan dan bisa merugikan bahkan menghancurkan kita semua.

Betapa beruntungnya mereka yang mampu menahan marah di saat mereka bisa meluapkannya. Allah Ta’ala memberi balasan surga dan keridhaan-Nya bagi mereka yang mampu menahannya.

Sebagaimana dalam riwayat disebutkan:

Abu Umamah Albahili ra. berkata bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Siapa yang dapat menahan marah padahal ia kuasa untuk memuaskan amarahnya itu, maka Allah Ta’ala mengisi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat.”

Mengenai menahan amarah, ada sebuah kisah yang bagus untuk kita pelajari dari seorang Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Suatu hari Rasulullah Saw. bertamu ke rumah Abu Bakar. Ketika sedang bercengkerama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya.

Beliau melanjutkan perbincangan dengan Rasul. Melihat hal ini, Rasulullah Saw. tersenyum. Kemudian orang Arab badui itu kembali memaki-maki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar.

Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah Saw. kembali tersenyum. Semakin marahlah orang Arab badui ini.

Untuk ketiga kalinya si badui mencerca Abu Bakar dengan makian yang jauh lebih menyakitkan. Kali ini selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, beliau tidak dapat menahan amarahnya lagi. Dibalasnya lah makian orang Arab badui itu dengan makian pula.

Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah Saw. yang sudah sampai halaman rumah.

Kemudian Abu Bakar memanggil beliau, “Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku,” pinta beliau.

Rasulullah Saw. menjawab, “Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak Malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah. Begitu pun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum.

Namun, ketika kali yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah Iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.”

Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita untuk bersabar menahan amarah, dengan tidak membalas keburukan dengan hal-hal yang buruk pula.

Kisah ini pun selaras dengan perkataan Hadhrat Ali bin Abi Thalib ra.

“Jika kamu mampu bersabar sebentar pada saat dirimu marah, maka hal itu dapat menghindarkanmu dari ribuan penyesalan di masa yang akan datang.”

Visits: 333

Mega Maharani

1 thought on “BELAJAR MENAHAN AMARAH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *