
Raja Jadi Budak, Budak Jadi Raja, Karena Hal Ini
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ﴿٣٣﴾فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Yusuf berkata: “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Yusuf: 33-34)
Demikian salah satu Firman Allah dalam Al Quranul Karim mengisahkan tingginya nilai sebuah kesabaran dari seseorang yang telah dipilih oleh Allah Ta’ala. Kesabaran dan kekuatan iman Nabi Yusuf as mampu mengangkat kedudukan beliau as dari seorang budak menjadi seorang raja.
Keteguhan iman dan ketinggian ruhani beliau as telah menarik kasih-sayang Tuhan untuk menyelamatkan manusia pilihan-Nya dari seseorang penguasa yang telah menjadi budak hawa nafsu cintanya kepada Nabi Yusuf as.
Dalam surah ini dikisahkan bahwa keelokan paras dan akhlak Nabi Yusuf as. telah membuat Sang permaisuri raja, Zulaikha istri majikannya terpikat, dan ia pun membuat rencana untuk memperdaya dan menjerumuskan Nabi Yusuf ke dalam perbuatan fâhisyah (perzinaan). Namun, atas kesabaran Nabi Yusuf as dalam menghadapi rayuan dan tipu daya sang Tuan Allah Ta’ala melindungi beliau dari perbuatan maksiat tersebut.
Demikianlah Zulaikha telah menjadi budak dari hawa nafsunya, sebaliknya Nabi Yusuf as menjadi raja karena kesabarannya.
Dari kisah Nabi Yusuf as ini jelas tergambar bahwa nafsu mampu memperbudak seorang raja sekalipun. Karena pada dasarnya hawa nafsu selalu mengarahkan manusia pada keburukan demikian ungkapan yang disampaikan Nabi Yusuf as pada sebuah ayat dalam Surah Yusuf :
اِنَّ النَّفۡسَ لَاَمَّارَۃٌۢ بِالسُّوۡٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۡ ؕ
Sesungguhnya nafsu itu senantiasa menyuruh kepada keburukan, kecuali orang yang dikasihi oleh Tuhan-ku.
Dan, hanya sabar yang memungkinkan seorang budak bisa menjadi raja.
Nafsu dan sabar telah menjadi sepasang cerminan dari akal dan perbuatan yang akan menguji kualitas hidup seseorang. Ajaran “nafsu menyebabkan penguasa menjadi budak”, dan “sabar menyebabkan budak menjadi penguasa” adalah kearifan sejati yang akan tetap berlaku dan tidak tergerus oleh waktu dan hal apapun.
Hal ini sejalan dengan sebuah kutipan yang disampaikan oleh Imam Al Ghazali, “Nafsu bisa membuat seorang raja menjadi budak. Sementara sabar bisa membuat seorang budak menjadi raja.”
Untuk itu mohonlah selalu perlindungan kepada Allah agar kita terhindar dari segala keburukan hawa nafsu, sebagaimana salah satu doa yang biasa dipanjatkan oleh Rasulullah saw:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ, وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim)
Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran terbaik dari kisah ini, dan selalu mengingatkan pada diri sendiri berhentilah mengingingkan sesuatu karena menuruti hawa nafsu, jika tidak ingin diperbudak olehnya.
Visits: 1841