
Hidup Bahagia Itu Sederhana, Ini Kuncinya
Betapa banyak orang yang terkesima dengan kilauan harta orang lain. Tidak pernah merasa cukup dengan harta yang ia miliki. Hidupnya selalu ia pergunakan untuk menimbang dan membandingkan apa yang sudah orang lain dapatkan.
Dikala ia diberikan kelebihan dan kelapangan oleh Tuhan, ia lantas berbangga diri dan sombong. Namun tatkala orang lain yang Tuhan beri kelapangan juga kesuksesan, ia lantas menjadi gundah gulana, memikirkan bagaimana cara untuk mengunggulinya.
Sesungguhnya keinginan terhadap dunia tidak akan pernah ada habisnya. Orang yang senantiasa sibuk mencari dunia senantiasa akan dibuat haus dan lapar yang akan mengantarkannya pada sifat rakus akan dunia.
Jika sudah mendapatkan sesuatu dari dunia, ia masih akan mencari yang lainnya. Karena dunia itu ibarat air laut yang asin. Semakin ditelan malah akan semakin membuat haus seseorang. Keinginan terhadap dunia baru akan berhenti jika malaikat maut sudah menjemputnya.
Menyikapi tentang kehidupan dunia, ada seorang janda tua renta sebatang kara yang bisa menjadi teladan.
Ada seorang nenek tua hidup seorang diri di usia senjanya, tidak ada sanak saudara dan tinggal jauh dari rumah warga.
Saat bertemu, si nenek begitu bersahaja, terlihat bahagia, tidak pernah sedikit pun keluhan keluar dari lidahnya.
Bahkan disaat kekurangan pun nenek lebih memilih berdiam diri dan berdoa, tidak mau dikasihani orang lain. Prinsip hidupnya selama masih ada nyawa, sehat, bisa makan sudah lebih dari cukup.
Lihatlah, dalam segala kekurangannya tidak pernah menyalahkan Tuhan. Tidak lantas sibuk membanding-bandingkan dengan orang lain. Bagi nenek bahagia itu ada di hati, kita yang menciptakannya.
Bukankah hidup kita lebih memiliki segalanya? Namun apakah benar hari-hari kita selalu bahagia, tidak diliputi rasa gundah dengan suatu keinginan yang tak kunjung kita dapatkan, atau bahkan sibuk dengan sesuatu yang baru orang lain dapatkan?
Sebuah nasehat dari Rasulullah Saw. dapat menjadi pegangan kita bersama, “Pandanglah orang yang dibawahmu dan janganlah memandang kepada yang di atasmu, karena itu akan lebih layak bagimu untuk tidak menghina kenikmatan Allah untukmu.” (HR. Muslim)
Dengan mengamalkan nasehat ini, seseorang akan ridho dan bersyukur. Dimana rasa tamaknya (terhadap harta dan dunia) akan berkurang.
Jika seseorang terus memandang orang yang berada di atasnya, dia akan mengingkari dan tidak puas terhadap nikmat Allah yang diberikan padanya.
Namun, jika dia mengalihkan pandangannya kepada orang dibawahnya, hal ini akan membuatnya ridha dan bersyukur atas nikmat Allah padanya.
Ketika dalam diri manusia diliputi rasa syukur, dunia pun akan selalu terasa surga.
Visits: 515
MasyaAllah. Mengena dihati saya