
Menghadapi Musuh Terberat Manusia yang Sebenarnya
Kita telah menyaksikan, betapa banyak orang tepuruk dalam keburukan dosa karena godaan hawa nafsu yang tidak berhasil dikalahkan. Banyak manusia menjadi celaka dan tersesat jalan hidupnya, bahkan hingga terjerumus masuk ke dalam neraka, disebabkan godaan hawa nafsunya.
Tanpa disadari seseorang dapat cendrung menjadi takabur, riya, bakhil, begitu berhasrat membenci orang lain, memfitnah, menghasut, hingga menimbulkan permusuhan dan kekacauan, serta berbagai dosa lainnya adalah disebabkan gagalnya seseorang melawan hawa nafsunya.
Rasulullah saw. menyampaikan bahwa jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu sendiri, bukan sekedar berperang di medan pertempuran. Hal ini dikatakan sebagai jihad terbesar (akbar), karena musuh yang dihadapi sering kali tak disadari, tak terlihat oleh mata jasmani, bahkan kerap bersembunyi di balik klaim kebenaran.
Satu kisah yang seharusnya dapat kita teladani adalah peristiwa yang terjadi pada suatu peperangan yang berlangsung sengit, dimana saat itu Hazrat Ali bin Abi Thalib ra. berhasil menjatuhkan lawannya. Seketika itu juga Hazrat Ali ra. langsung menghunus pedang siap memenggal lawannya. Di tengah suasana terjepit, musuh itu meludahi wajah beliau ra. Mendapat perlakuan seperti itu, Hazrat Ali ra. segera mengurungkan niat memenggal leher musuhnya.
Dengan penuh rasa heran, musuh itupun bertanya, “Mengapa engkau tidak jadi membunuhku?” Hazrat Ali ra. menjawab, “Ketika aku menjatuhkanmu, aku ingin membunuhmu semata-mata karena Allah. Tetapi setelah engkau meludahiku, niatku membunuhmu bukan karena Allah, melainkan karena nafsu amarahku kepadamu.”
Mendengar pernyataan yang luar biasa sebagai cermin ketinggian akhlak Hazrat Ali ra. dalam menguasai hawa nafsu amarahnya, maka orang tersebut serta merta bersyahadat dan segera bergabung dengan pasukan Hazrat Ali bin Abi Thalib ra.
Imam Jamaah Ahmadiyah sedunia dalam khutbahnya mengawali awal tahun 2021 juga mengutip sebuah nasehat pendiri Jamaah Ahmadiyah, Hadhrat Masih Mau’ud (as) kepada jemaahnya. Beliau bersabda, “Kita pun hendaknya menimbulkan fitrat dan sifat seperti ini dalam diri kita. Jika kita menimpakan penderitaan kepada orang lain didasari oleh kerakusan dan hawa nafsu diri dan juga memperluas permusuhan, apa lagi yang lebih besar dari itu yang dapat memancing murka Ilahi?” (Khutbah Jum’at Khalifatul Masih V aba, 01 Januari 2021)
Berperang melawan hawa nafsu sungguh jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan berperang melawan musuh yang nyata secara fisik. Itulah sebabnya dikatakan bahwa, “Rasulullah saw. sangat piawai memperingatkan manusia, bahwa lawan rohani mereka bukan musuh yang memakai senjata tajam, tetapi hawa nafsu yang melekat di dalam diri.” (Jalaluddin Rumi)
Melawan hawa nafsu sebagaimana yang dicontohkan tersebut adalah bukan suatu perkara ringan dan mudah. Siapapun orangnya, tanpa terkecuali, apakah dia seorang yang berpendidikan, berasal dari status sosial manapun, berapapun usianya dan berlatar belakang apapun kehidupannya, tetap berkemungkinan dapat dikalahkan oleh hawa nafsunya sendiri. Oleh karena itu bisa saja, seseorang menang melawan musuh yang datang dari luar, tetapi ia tidak dapat berkutik ketika harus melawan musuh atau hawa nafsu yang berasal dari dalam dirinya sendiri.
Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan iman, untuk dapat melawan keburukan hawa nafsu musuh terbesar dan nyata namun tak kasat mata, yang dapat menjerumuskan kita ke dalam dosa.
Visits: 594
Aamiin.
Masya Allah tulisannya mengingatkan kita akan jihad besar yakni dalam melawan hawa nafsu👍🏻👍🏻