
BERSEDIA MENERIMA KEBENARAN DARI SIAPA SAJA
Menerima nasehat dan masukan dari orang lain dengan lapang dada merupakan akhlak yang mulia. Orang tua sering bilang, “Meskipun dari dubur ayam tapi yang keluat telur, maka ambillah. Sebaliknya meskipun dari mulut raja namun yang keluar muntahan, buanglah”.
Hal ini selaras dengan sabda Nabi : “Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber manapun datangnya.” (HR. Ibnu Hiban)
Berikut ada sebuah kisah Empat Orang Sahabat tentang Kebijaksanaan.
Konon ceritanya pernah ada empat orang sahabat yang dulu tinggal di sebuah desa. Di antara teman-temannya itu, tiga diantaranya termasuk orang terpelajar dan telah banyak menuntut ilmu serta telah mempelajari banyak kitab suci. Yang satunya lagi bukan seoarang yang terpelajar dan tidak memiliki pengetahuan apapun tentang kitab suci, namun ia adalah seorang yang bijak.
Pada suatu hari mereka memutuskan untuk pergi ke kota guna mencari pekerjaan. Pada hari yang telah ditentukan mereka semua berangkat. Dalam perjalanannya mereka harus melewati hutan. Ketika sedang dalam perjalanan, mereka melihat beberapa bongkah tulang.
Setelah memeriksa, mereka sampai pada kesimpulan bahwa itu adalah tulang singa. Saat itu tiga teman yang terpelajar mulai menunjukan kehebatan mereka. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa dia dapat membuat kembali kerangka singa ke bentuk aslinya. Yang lain mengatakan dia bisa menambahkan daging ke dalamnya dan kemudian yang ketiga mengatakan bahwa dia bisa membuatnya hidup kembali.
Sedangkan teman keempat mengatakan kepada mereka untuk tidak mencoba apa pun dengan itu dan memperingatkan mereka tentang konsekuensinya. Tetapi ketiga temannya itu bersikeras dan tidak mau mendengarkannya dan mengabaikan sarannya dengan berpikir bahwa dia tidak tahu apa-apa dan hanya iri dengan pengetahuan mereka.
Maka dimulailah aksi merek. Teman pertama menggunakan manteranya pada tulang itu dan segera mereka diubah ke bentuk aslinya. Kemudian teman ke dua menggunakan manteranya pada tulang yang direformasi dan menambahkan daging ke tulang itu. Tepat sebelum teman ketiga akan menggunakan manteranya, teman ke empat berusaha menghentikannya. Tetapi teman ke tiga tetap juga ingin menunjukkan kekuatan ilmunya dan menolak untuk menerima masukan temannya.
Maka teman ke empat memanjat pohon sebelum teman ketiga melanjutkan rencananya. Begitu singa hidup kembali, singa itu membunuh ketiga temannya yang terpelajar tadi, dan dia selamat sendirian kemudian pergi melanjutkan perjalanan hingga sampai ke kota tujuan.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah: seseorang seharusnya tidak egois tentang kepandaiannya dan seharusnya mendengarkan saran orang lain walaupun dari orang yang nampaknya lemah. Rasa ego dan terlalu percaya diri tidak membuat kita berpikir jernih yang justru akan mengarahkan kita ke situasi bencana.
KEBENARAN itu wajib diterima dari siapapun, selama terbukti secara ilmiah sebagai sebuah kebenaran. Tidak harus muncul dari ‘komunitas kita’, ‘Mubaligh kita’, atau ‘Guru kita’, baru kita mau menerimanya. Karena parameter suatu kebenaran itu dalil, bukan ‘kelompok’ atau ‘person’ tertentu.
Semoga kita dapat menjadi orang-orang yang pandai mengambil hikmah dalam setiap keadaan.
Visits: 800