
Kehilangan dan Pengganti yang Takkan Lagi Sama
Tak semua orang siap dihampiri kehilangan. Karena hampir selalu, kehilangan tak pernah datang sendirian. Ia nyaris selalu datang dengan duka, yang terkadang bahkan waktu tak bisa menyembuhkannya. Tapi, kehilangan adalah sebuah keniscayaan. Tak ada satupun makhluk hidup yang bisa luput darinya. Pada akhirnya, bahkan setiap dari mereka akan kehilangan waktu hidup di dunia.
Berbicara mengenai kehilangan, Rasulullah S.A.W. adalah contoh nyata bagaimana hidupnya sudah ‘diakrabkan’ Allah Ta’ala dengan kehilangan semenjak beliau lahir. Namun, dalam setiap kehilangan yang dialami beliau S.A.W., Allah Ta’ala menggantinya dengan wujud lain.
Sang ayahanda, Abdullah, wafat ketika beliau S.A.W. bahkan belum lahir. Tapi Allah Ta’ala beri ganti dengan kehadiran sang kakek, Abdul Muthalib. Sang ibunda, Aminah, wafat dalam perjalanan mengantarkan Rasulullah S.A.W. lahir ke dunia. Allah Ta’ala pun menggantinya dengan ibu susu bernama Halimah As-Sadiyah. Ketika sang kakek akhirnya pergi juga, Allah Ta’ala menggantinya dengan sang paman, Abu Thalib.
Di Tahun Kesedihan, Rasulullah S.A.W. bahkan kehilangan sekaligus dua orang yang teramat penting dalam hidup dan perjuangannya menyebarkan dakwah Islam. Istri tercinta Hz. Khadijah r.a. dan sang paman yang walaupun tak sempat masuk Islam namun selalu melindungi beliau S.A.W., Abu Thalib.
Jalaluddin Rumi pernah berkata, “Jangan berduka, apa pun yang hilang darimu akan kembali lagi dalam wujud lain.” Allah Ta’ala selalu punya cara untuk mengganti apa yang hilang dari hidup ciptaan-Nya. Namun apa, bagaimana, dan kapan wujud pengganti itu datang, Dia punya perhitungan dan pertimbangan-Nya sendiri.
Dia tak mengirimkan pengganti untuk setiap kehilangan sesuai dengan yang hamba-Nya inginkan. Seorang kakek tak akan bisa sepenuhnya menggantikan ayah yang sesungguhnya. Seorang ibu susu tentu berbeda dengan ibu kandung. Walaupun paman Rasulullah S.A.W. ada lebih dari satu, tak ada yang melindungi beliau S.A.W. sedemikian rupa sebagaimana Abu Thalib. Dan walaupun setelah wafatnya Hz. Khadijah r.a. Rasulullah S.A.W. kemudian memiliki istri bahkan lebih dari satu, tak ada satupun yang mampu menyamai rasa cintanya kepada Hz. Khadijah r.a.
Pengganti yang Allah kirimkan atas kehilangan setiap ciptaan-Nya kemudian tak lagi serupa seperti halnya yang telah berlalu. Apa yang terbaik untuk hamba-Nya, Dia lebih tahu. Kehilangan memang akan hampir selalu diiringi duka mendalam, tetapi ia pun menyimpan hikmah-hikmah yang juga terpendam. Dan setiap hikmah untuk setiap orang selalu beragam, tak serupa, tak seragam.
Tapi, dari setiap kehilangan, ada satu pelajaran yang pasti. Bahwa kita manusia hanya bisa menerimanya dengan melapangkan hati. Menerima bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Menerima bahwa pada akhirnya memang manusia kembali sendiri. Menerima bahwa hanya Allah Ta’ala yang selalu menyediakan diri untuk menemani hamba-Nya dalam setiap langkah yang ditapaki.
Karena, hanya Dia-lah teman sejati. Sebagaimana dalam kitab-Nya, Dia telah menaruh janji, “…Dan mereka tidak akan mendapatkan bagi dirinya selain Allah, teman dan penolong.” (QS. An-Nisa 4: 174)
Views: 650