BAGI MUSAFIR: PILIH TETAP BERPUASA ATAU BERBUKA?

Dalam kondisi bulan ramadhan seperti saat ini, tidak menyurutkan langkah seseorang untuk melakukan sebuah perjalanan baik itu jarak dekat maupun dalam jarak yang jauh atau yang biasa kita sebut sebagai safar, dimana mereka yang melakukan perjalanan disebut musafir.

Sebagai seorang musafir yang mengadakan perjalanan pada siang hari di bulan Ramadhan umumnya menghadapi pilihan. Apakah dia tetap berpuasa ataukah membatalkannya?

Lalu, bagaimanakah hukum berpuasa dalam safar itu sendiri?

Alquran memberikan tekanan kepada keutamaan “berbuka” dalam keadaan safar di bulan ramadhan. Lalu menggantinya nanti di hari-hari lain di luar Ramadhan.

Mengenai hal ini Allah Ta’ala telah menetapkan hukum-Nya dalam Alquran pada surah Al-Baqarah ayat 185, “Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan, maka hendaknya berpuasa sebanyak itu pada hari-hari lain.”

Tidak berpuasa dalam perjalanan merupakan bentuk keringanan yang Allah Ta’ala berikan kepada seseorang. Apabila memilih berbuka puasa, seseorang diharuskan untuk mengganti puasanya itu pada hari lain di luar Ramadhan.

Beberapa hadis Nabi Muhammad Saw juga memberi petunjuk soal ini. Dalam riwayat Muslim disebutkan, Hamzah suatu kali bertanya, “Wahai Rasulullah, saya sanggup melaksanakan puasa dalam perjalanan. Apakah itu suatu pelanggaran?”

“Itu keringanan dari Allah, barangsiapa mengambilnya, maka itu lebih baik, dan jika ingin tetap berpuasa, bukanlah pelanggaran,” jawab beliau.

Dalam hadist lain juga dijelaskan bahwa berpuasa dalam keadaan safar bukanlah suatu kebaikan.

Dari Jabir bin ‘ Abdullah ra. berkata : Rasulullah Saw pernah dalam suatu perjalanan melihat kerumunan orang, yang di antaranya ada seseorang yang sedang dipayungi. Beliau bertanya, “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Orang ini sedang berpuasa.” Maka beliau bersabda, ” Tidak termasuk dalam kebajikan berpuasa dalam perjalanan.” (H.R. Bukhari)

Pada zaman sekarang ini mungkin akan timbul pertanyaan tentang hukum berpuasa dalam keadaan safar. Bukankah perjalanan pada masa kini lebih mudah dan lebih nyaman? Apalagi, dalam perkembangan teknologi transportasi yang sedemikian pesatnya sehingga kini kita “hanya” perlu duduk manis di dalam kendaraan bermesin canggih. Sehingga perjalanan jauh pun terasa dekat dan tak terlalu memberikan rasa lelah yang berarti.

Dalam hal ini Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud as menyampaikan:

“Barangsiapa berpuasa pada bulan puasa dalam keadaan sakit dan musafir, dia menentang perintah Allah Ta’ala dengan terang-terangan. Allah Ta’ala berfirman dengan jelas bahwa orang yang sakit dan musafir jangan berpuasa. Berpuasalah setelah sembuh dari sakit dan selesai melakukan perjalanan. Kita hendaknya mengamalkan perintah Tuhan ini. Karena keselamatan ada dengan karunia-Nya. Tidak ada orang yang dapat meraih keselamatan dengan memperlihatkan kekerasan terhadap amal perbuatannya. Allah Ta’ala tidak berfirman bahwa baik penyakit itu ringan ataupun berat dan perjalanan itu dekat ataupun jauh, bahkan perintah tersebut bersifat umum dan kita hendaknya mengamalkan perintah ini. Seandainya orang yang sakit dan musafir berpuasa, maka mereka dikenakan fatwa melanggar hukum”. (Badr, 17 Oktober 1907)

Dari serangkaian uraian di atas jelas rasanya bagi orang yang berada dalam kondisi sakit dan dalam perjalanan (safar) Allah telah memberikan keringanan kepadanya untuk tidak melaksanakan puasa namun diwajibkan untuknya mengganti puasanya di hari lainnya.

Hendaknya kita tidak memaksakan kehendak kita sendiri dalam hal ini karena Allah Ta’ala telah begitu menyayangi umatnya dengan memberikan keringanan demi keselamatan umatnya.

Allah Ta’ala tidak menerangkan apakah itu sakit ringan atau berat, apakah perjalanan itu jarak dekat maupun jauh. Ini merupakan bentuk karunia yang Allah Ta’ala berikan untuk umatnya. Dan hendaknya kita mengambil kebaikan Allah Ta’ala ini.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 287

Mega Maharani

3 thoughts on “BAGI MUSAFIR: PILIH TETAP BERPUASA ATAU BERBUKA?

  1. Jazakumullah Maulana atas penjelasan ini semoga bermanfaat bagi kita sekalian, Aamiin Allahumma aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *