Menjadi Pemimpin Ideal Masa Kini

Sesuatu yang wajar apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendapatkan harta, jabatan, ataupun kedudukan, selama hal tersebut didapatkan dengan cara-cara elegan, fair, dan berlandaskan kepada etika dan moral, serta sesuai dengan keahlian dan profesinya. Apalagi jika orang tersebut bisa dipercaya keamanahannya.

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa kepemerintahan dan kepemimpinan itu termasuk ibadah yang paling utama jika dilaksanakan secara adil dan ikhlas. Tapi orang-orang bertakwa menghindar dan lari dari keduanya, karena lebih berat bahayanya. Sebab itu, bisa jadi hati tergerak dan cenderung pada cinta jabatan, rasa ingin menguasai, dan dipermudah. Semuanya itu termasuk kelezatan dunia yang paling besar.

Islam memberikan pandangan bahwa boleh saja dan sah saja menjadi seorang pemimpin, namun harus memiliki naluri dan rasa taat yang tinggi, agar senantiasa dapat membedakan halal dan haram. Imam Syafi’i menyatakan, “Pilar kepemimpinan itu perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasehat, menunaikan amanah.”

Perkataan yang benar dengan kata lain menghindari dusta karena dusta merupakan akar dari segala dosa. Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Hindarilah perbuatan menyembah berhala-berhala dan berkata dusta (Al-Hajj, 22:31). Yakni, dusta pun merupakan sebuah berhala; orang yang bertumpu padanya berarti telah melepaskan tumpuan terhadap Allah. Jadi, dengan berkata dusta, Tuhan pun terlepas dari tangan.” Menjadi bahan renungan untuk para pemimpin, sebelum pemilihan mengeluarkan jurus segudang janji manis, ketika menjabat hendaknya merealisasikan sesuai apa yang dikatakan, agar dirinya tidak terlepas dari tangan Allah.”

Pilar yang kedua adalah menyimpan rahasia. Apa jadinya jika pemimpin membocorkan rahasia negara (misalnya)? Apa jadinya jika pemimpin membocorkan kelemahan warganya kepada orang lain yang tidak berkepentingan? Justru hal ini akan menimbulkan banyak persepsi di luar kawasan yang dipimpinnya. Seorang pemimpin hendaknya mampu menjaga rahasia dan mencari solusi ketika apa yg di rahasiakan adalah sebuah masalah. 

Penting bagi seorang pemimpin untuk menepati janji. Janji adalah hutang. Realisasikan semua hal yang sudah dijanjikan sebelum menjabat, agar tidak dianggap seorang yang plin-plan di mata masyarakat. 

Pemimpin harus mencari solusi, bukan sekadar memberi kritisi, harus kreatif, bukan sekadar reaktif. Pemimpin harus bisa memberikan solusi dan nasihat jika terjadi atau kebuntuan yang dihadapi anggota tim, bukan melepaskan tanggung jawab sepenuhnya kepada anggota tim. 

Seorang pemimpin harus senantiasa menjalankan amanah. Kita dapat melihat suri tauladan yang ada pada nabi Muhammad saw. sampai beliau dijuluki al-amin karena sifat amanahnya. 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal 27).

Kepemimpinan dalam pandangan Al-Qur’an bukan sekadar kontrak sosial antara pemimpin dengan rakyatnya, namun merupakan perjanjian antara pemimpin dengan Allah swt., bersumpah atas nama Tuhan Yang Maha Esa Allah swt.  Oleh karena itu tanggung jawab seorang pemimpin jauh lebih besar dari yang lainnya, karena tanggung jawab pemimpin adalah dunia akhirat. 

Jika 5 pilar ini bisa dimiliki oleh seorang pemimpin, maka siapapun masyarakat yang dipimpinnya, yakinlah akan taat dan tunduk kepada aturan yang dibuat. Sebaliknya, jika belum ada, maka jangan tergesa-gesa dulu untuk menjadi pemimpin. Berusahalah dulu miliki 5 pilar ini dalam sikap kepemimpinan kecil yaitu memimpin diri sendiri dan keluarga. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang dapat menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganya.

 

Visits: 404

Endah Fitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *