takwa solusi perdamaian dunia

Takwa Solusi Perdamaian Dunia

Hari Ini Jum’at tanggal 21 September 2018, Angka 21 dalam bulan September merupakan angka yang sangat penting, mengapa ? karena pada tanggal tersebut sekumpulan besar manusia mencoba mengukir sejarah dengan menjadikan tanggal 21 september sebagai ‘Hari Perdamaian Dunia’ (World Peace Day).

Tepatnya pada tahun 1980, perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengambil langkah pertama dalam mendedikasikan hari global untuk mempromosikan perdamaian diseluruh dunia. Pada awalnya, Hari Perdamaian Dunia/Internasional jatuh pada hari selasa ketiga di bulan September, hari yang sama saat Majlis Umum PBB memulai pertemuan tahunannya. Pada tahun 2001, PBB menyatakan 21 September sebagai hari bagi orang diseluruh dunia untuk fokus pada perdamaian.

Lawan perdamaian adalah kekacauan. Kekacauan tercipta dari susunan sel-sel kejahatan yang ditimbulkan akibat dari perasaan-perasaan egois, hasad atau kedengkian. Penyakit-penyakit ini jika didiamkan akan mengkristal dan mematikan hati manusia. Sehingga ia tidak akan perduli lagi akan sesama. Lalu kesombongan dan keburukan terus akan meningkat sampai puncaknya sehingga tidak akan pernah bisa menciptakan perdamaian, sebaliknya yang ada adalah kekacauan.

Dalam menciptakan perdamaian, sebagian orang atau suatu perkumpulan, menetapkan standar dengan mengukur diri mereka melalui barometer kekayaan, atau dengan standar akal, atau mengukur dengan standar kekuatan, atau mengukur diri mereka dengan standar ilmu. Atau, akibat dari arogansi dan ketakabburan, mereka menganggap diri mereka sebagai orang yang menyampaikan diri pemegang panji-panji kedamaian dan keselamatan, seolah-olah mereka sedang memposisikan diri mereka lebih tinggi dari kaum-kaum lainnya, yang dengan membuat aturan adanya anggota tetap dan anggota tidak tetap, mereka tidak akan pernah bisa menegakkan keadilan yang akan menciptakan perdamaian.

Perlu dipahami untuk menjauhkan kekacauan di lautan dan di daratan itu tidak bisa hanya sebatas unsur usaha dan kerja keras manusia. Perdamaian tidak akan tercipta tanpa “kekuatan ruhani”. Perdamaian tidak akan terwujud jika tidak ada dukungan dari langit. Perdamaian tidak akan hadir tanpa adanya ketakwaan. Maka tidaklah cukup manakala suatu kekuatan memperoleh wewenang atau hak untuk memveto keputusan mayoritas, maka wewenang/kekuasaan ini bukan bentuk wewenang yang akan bisa menegakkan perdamaian dan keamanan.

TAKWA sebuah standar utama untuk menciptakan kedamaian. Mengapa kedamaian sulit dirah dan kegagalan selalu menghantui? Sebabnya dari semua kegagalan itu adalah akibat kurangnya TAKWA.

Tatkala ketakwaan itu sudah melayang dari dunia ini, ketika ketakwaan sama sekali telah terbang dari permukaan bumi ini dan di setiap tempat kekacauan telah mencapai puncaknya, maka Ilahi  telah meyiapkan sarana bagi perdamaian dan keselamatkan dunia dari kekacauan itu, yaitu;  senantiasa diutusnya para nabi guna menanamkan benih ketakwaan di dalam kalbu manusia.

Dengan syariat-Nya yang terakhir, Ilahi telah menurunkan Al-Qur’an Karim kepada Rasulullah saw, lalu mengajarkan kepada kita cara-cara untuk menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba–Nya — hukum-hukum yang para pengikut nabi-nabi terdahulu atau mereka telah lupakan atau kepada para nabi terdahulu itu sama sekali belum diturunkan hukum-hukum yang bermutu tinggi dan sejauh kaitannya dengan para musyrikin, mereka telah sampai pada titik puncak kejahilan mereka, maka Al-Qur’an menunaikan setiap macam perintah untuk menuju ke arah poin terpenting yang dengan perantaraan itu Al-Qur’an telah menarik perhatian kita yakni TAKWA.

Jadi, takwa itu merupakan perkara yang terpenting, yang jika seseorang memperoleh pemahaman dan pengertian secara benar, maka dia dapat mengamalkan sifat-sifat Ilahi, dia bisa menjadi pantulannya dan dapat menjadi orang yang menyebarluaskannya, sehingga perdamaan hakiki manusia akan terwujud dengan sempurna.

Ada dikatakan dalam sebuah kitab yang bernama “Ayyâmush Shulh”: “Di dalam Al-Qur’an berkenaan dengan semua perintah, ada penekanan khusus untuk takwa dan kesucian. Sebabnya adalah bahwa takwa memberikan kekuatan untuk terhindar dari segala macam keburukan; dan menjadi mesin penggerak atau motivator untuk bergegas menuju setiap kebaikan. Dan di dalam penekanan itu sedemikian rupa diberikan rahasianya adalah bahwa di dalam setiap perkara takwa merupakan azimat keselamatan untuk manusia; dan merupakan benteng yang tak tertembus untuk selamat dari setiap fitnah — seorang manusia yang muttaqi dapat terhindar dari pertengkaran–pertengkaran yang sia-sia dan berbahaya, yang di dalamnya orang-orang lalu terlibat, hingga kadang-kadang berujung pada kehancuran, dan dengan ketergesa-gesaan, serta dengan persangkaan-persangkaan buruknya menciptakan perpecahan di dalam diri bangsa dan memberikan peluang kepada para penentang untuk melontarkan kritikan.

Jadi, takwa inilah yang merupakan asas agama dan selama hal ini tetap tegak/solid di dalam umat Islam, maka mereka terus-menerus menyebarluaskan amanat keselamatan dari Allah di dunia guna terwujud perdamaian dunia.

Mari kita simak satu ayat saja firmanIlahi yang terdapat dalam Surah Al-Hujuraat, 49 : 14, yakni:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu bangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada”.

Sesudah membahas masalah persaudaraan dalam Islam pada dua ayat sebelumnya, ayat ini meletakkan dasar persaudaraan dan persamaan umat manusia. Ayat ini menumbangkan rasa dan sikap lebih ungul semu lagi bodoh, yang lahir dari keangkuhan rasial atau kesombongan nasional. Karena umat manusia sama-sama diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, maka sebagai makhluk manusia, semua orang telah dinyatakan sama dalam pandangan Allah swt.

Harga seseorang tidak dapat dinilai oleh warna kulitnya, jumlah harta miliknya, oleh pangkatnya atau kedudukannya dalam masyarakat, keturunan atau asal-usulnya, melainkan oleh keagungan akhlaknya dan keturunan manusia, tidak lain hanya suatu keluarga belaka. Pembagian suku-suku bangsa,  bangsa-bangsa dan rumpun-rumpun bangsa dimaksudkan untuk memberikan kepada mereka saling pengertian yang lebih baik, terhadap satu-sama lain agar mereka dapat saling mengambil manfaat dari kepribadian serta sifat-sifat baik bangsa-bangsa itu masing-masing.

Pada peristiwa Haj terakhir di Mekkah. tidak lama sebelum Rasulullah saw wafat, beliau berkhutbah di hadapan sejumlah besar orang-orang Muslim dengan mengatakan “Wahai sekalian manusia! Tuhan-mu itu Esa dan bapak-bapakmu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putihsekali-kali tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya, seorang kulit merah tidak mempunyai kelebihan apa pun di atas orang berkulit putih melainkan kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia. Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertakwa di antaramu” (Baihaqi).

Sabda agung ini menyimpulkan cita-cita paling luhur dan asas-asas paing kuat. Di tengah suatu masyarakat yang terpecah-belah dalam kelas-kelas yang berbeda itulah, Rasulullah saw. mengajarkan asas yang sangat demokratis.

Inilah ajaran persaudaraan Islam. Untuk tegaknya persaudaraan Islam dan untuk tegaknya keselamatan dan perdamaian, ada perintah Allah. Seorang mukmin yang di dalam dirinya terdapat ketakwaan, telah diperintahkan untuk menerapkan secara sempurna ajaran persaudaraan itu di dalam dirinya, dan telah diperintahkan untuk menumbuhkembangkannya di dunia ini. Inilah perintah yang dari itu akan berdiri tegak hubungan–hubungan cinta kasih dan persaudaraan antara satu dengan yang lain di dunia ini. Kalau tidak demikian maka seberapapun banyaknya ingin dibuat dewan-dewan keselamatan di dunia, mereka tidak dapat menjauhkan kegelisahan bangsa-bangsa, karena Negara-negara yang kuat (super power) menetapkan kewenangan-kewenangannya melebihi yang lain.

Jaminan keselamatan, kegelisahan dunia baru dapat dijauhkan apabila paradigma superioritas (keunggulan) palsu dan aniaya dari suatu bangsa dihapuskan. Keresahan ini tidak akan bisa hilang, selama ketakabburan karena perasaan unggul suatu etnis dan suku bangsa tidak dienyahkan dari benak (pikiran) mereka. Di dunia ini, kedamaian/keselamatan tidak bisa berdiri tegak selama masih ada suatu keturunan, kaum dan negara yang memiliki perasaan bahwa negerinya super (unggul), dan selama tidak tertanam di dalam benak pemerintahan-pemerintahan bahwa kita semua adalah anak-anak Adam dan keberadaan wujud kita pun, sesuai dengan perundang–undangan hukum alam adalah buah dari pertemuan di antara pria dan wanita, dan kita dari segi kemanusiaannya, pada pandangan Allah adalah sama –pada pandangan Allah, jika ada yang tertinggi/super, maka itu adalah atas dasar TAKWA, dan mutu ketakwaan seseorang siapa yang tertinggi, itu hanya Tuhan Yang mengetahuinya.

Tidak ada yang dapat memberikan penilaian pada standar ketakwaannya sendiri, tidak ada yang dapat menggagas sendiri standar itu dan tidak pula dia merupakan orang yang mengenal hal itu. Jadi, Allah berfirman bahwa status kalian, tinggi dan unggulnya kalian tidak ada kaitannya dengan garis keturunan kalian, tidak pula dengan warna kulit kalian, tidak pula dengan kekayaan kalian, dan tidak pula dengan tinggi rendahnya kedudukan kalian dalam masyarakat; tidaklah tingginya suatu kaum diukur, karena pemerintahannya tegak berdiri diatas kaum yang lemah; pada pandangan dunia, kedudukan, kekuatan-kekuatan dan status kedudukan pemerintahan-pemeritahan itu pasti ada, tetapi tidak pada pandangan  Allah; dan barang/sesuatu yang tidak layak diterima pada pandangan Tuhan, tidak bisa sukses dalam meraih maksud-maksud baik yang untuknya hal itu tengah digunakan secara nyata.

Islam menyatakan bahwa seluruh umat manusia merupakan sebuah keluarga dan manakala mereka tinggal bersama layaknya seperti sebuah keluarga, maka mereka akan membereikan perhatian kepada keselamatan satu dengan yang lain sebagaimana halnya individu-individu dalam sebuah keluarga, yakni, individu-individu sebuah keluarga yang terdapat cinta dan kasih sayang di antara sesama. Allah, di dalam ayat ini, telah memberikan gambaran atau paradigma saja bahwa hendaklah kalian saling mengenal satu dengan yang lain.

Jadi menurut Islam, untuk meraih Kedamaian yang hakiki nan abadi inilah standarnya yaitu Ketakwaan. Perdamaian dunia yang hakiki akan terwujud hanya dengan TAKWA.

 

Visits: 84

Mubarak Achmad. Penulis, Pengajar, Muballigh.
Akar segala sesuatu adalah takwa.

1 thought on “Takwa Solusi Perdamaian Dunia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *