Hidup Tenang dan Cerdas Tanpa Hutang

Sepasang suami istri tepekur mentafakuri diri atas segala kelemahan dan kealfaannya di masa lalu. Setahun lagi akan pensiun tapi hutangnya terhitung hampir 1 Milyar. Uang pesangon ratusan juta pun takkan bisa menutupi hutangnya. 

Untuk para pengusaha kelas kakap dan konglomerat, uang 1 M pasti bukan uang yang besar karena bagi mereka nominal sejumlah itu bisa diraih dalam waktu 1 hari saja. Namun bagi sepasang suami istri ini, 1 M merupakan tragedi seumur hidup. 

Uang pesangon yang diberikan saat pensiun seharusnya menjadi bekal untuk biaya hidup setelah pensiun sehingga bisa menikmati hasil kerja di sisa usia sambil ongkang-ongkang kaki. Namun karena terjerat hutang sedemikian besar maka masa pensiun menjadi masa yang mengerikan. 

Alih-alih menjadi masa indah untuk lebih fokus pada agama dan menikmati hari tua malah jadi stress berat karena harus bayar utang dan cari pekerjaan lagi untuk bisa makan karena pesangon ludes dan menyisakan hutang segunung. 

Mencari lagi pekerjaan di usia renta tentu tak mudah. Siapa pula yang ingin mempekerjakan orang yang sudah tak punya tenaga, sudah sakit-sakitan, dan sudah serba lelah? 

Mereka hanya bisa menyesali semuanya. Penyesalan memang selalu berada di akhir. Mereka belum tahu bagaimana cara melanjutkan hidup dengan kondisi ini. 

Yang bisa mereka lakukan hanyalah memberi sejumput nasihat untuk anak keturunan supaya cukuplah penyesalan dan kesalahan ini berakhir pada mereka. Jangan terulang oleh anak cucunya. 

Dalam derai air mata penyesalan, di malam hening yang sunyi, mereka menuliskan butir-butir kristal nasehat kehidupan, berupa resep yang tergali dari pengalaman setengah abad lebih menjalani pengelanaan yang berujung ketidaksuksesan.

1. Merasa puas dengan hal keduniaan yang ada saat ini dan lebih memfokuskan diri pada meningkatkan diri menuju kedekatan dengan Allah SWT. 

2. Jalani hidup dengan gaya hidup sederhana (tahrik jadid). Hiduplah sesuai kemampuan yang ada. Cukupkan dari yang ada. 

3. Paksakan menabung. Setiap menerima uang, jangan dihabiskan. Boleh punya mimpi bahkan bercita-citalah dan bermimpilah setinggi langit agar kalau jatuh, jatuhnya di antara bintang-bintang. 

Bila punya cita-cita/mimpi/kebutuhan/keinginan, untuk meraihnya paksakan menabung  jauh-jauh hari, dzikir, doa yang kuat, meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah. 

Jangan meraihnya dengan cara pintas yang cepat didapat dan tak sabaran, yaitu  dengan cara berhutang tanpa memikirkan dari mana bayarnya. Insya Allah dengan kesungguhan doa, mimpi akan terwujud.

4. Supaya penghasilan cukup dan berkah, sebelum dipakai untuk keperluan, bersihkan dulu rezekinya dengan mengeluarkan dulu candahnya. 

Lalu keluarkan untuk orangtua dan segera sisihkan untuk menabung. Menabung itu wajib dan harus dipaksakan, kalau tidak dipaksakan takkan pernah bisa bisa punya tabungan. 

Setelah 3 poin itu dipenuhi (candah, memberi pada orangtua, menabung) barulah penghasilan yang sudah bersih ini digunakan untuk keperluan. Memberi pada agama dan orang tua merupakan zona hijau yaitu salah satu cara menjadikan penghasilan jadi berkah dan diberi kecukupan. 

5. Setiap tahun wajib menabung emas (logam mulia) untuk investasi jangka panjang. Untuk beli emasnya bisa disisihkan dari penghasilan, di samping penghasilan rutin bulanan yang biasanya didapat jelang lebaran dan ulang tahun perusahaan. Biasanya berbentuk THR dan bonus tahunan  perusahaan. 

6. Ikut serta dalam jihad harta (jihad zaman ini) dan gerakan wasiyat (menjadi musi). Karena hanya itu harta yang bisa dibawa mati dan akan jadi bekal untuk hidup di alam berikutnya, kampung halaman sejati, setelah pulang dari alam dunia yang hanya sementara dan permainan belaka. 

Harta selain itu takkan terbawa mati dan hanya dinikmati oleh anak cucu yang belum tentu mendoakan almarhum di setiap shalat 5 waktunya, bila anak cucu sedang sibuk dalam badai hidupnya masing-masing. 

Jihad harta merupakan bisnis dengan Allah. Bisnis yang takkan pernah rugi. Meminjamkan pada Allah akan diganti 700 kali lipat. Gantinya bisa diberikan di dunia atau disimpan oleh Allah untuk diberikan nanti sebagai bekal hidup di akhirat nanti. 

Menolong agama sama dengan menolong Allah. Barangsiapa menolong Allah maka Allah akan menolong kita. 

7. Jangan pernah berhubungan dengan riba jadi jangan pernah terjebak rayuan untuk berhutang ke bank apalagi rentenir. Mereka seperti manis dan baik pada awalnya, mau memberikan pertolongan meminjamkan uang di saat kita butuh cepat. 

Tapi kelak saat bayar kita akan tercekik karena hutangnya takkan lunas-lunas. Bunganya melambung melebihi jumlah hutang sebenarnya. Akibatnya cicilan bayaran demi bayaran hanya untuk bayar bunga. Hutang pokoknya tetap tak terbayar. 

Dampaknya pada hidup jadi buruk. Terpuruk dalam kondisi keuangan yang terus minus dan menjadi miskin. Tiap malam tak nyenyak tidur. Terus berada dalam benang kusut yang tak pernah bisa terurai kecuali dengan taubat pada Yang Maha Kuasa dan Maha Pengampun.

Semoga anak keturunan memaafkan kealfaan leluhurnya dan tidak mengikuti rekam jejak yang salah ini. Terlepas dari berbagai alasan penyebab mereka terjebak hutang—di antaranya karena cita-cita luhur orang tua ingin memberikan anak kebahagiaan tertinggi untuk bisa makan enak dan bergizi, fasilitas kesehatan teroptimal, mengecap pendidikan tertinggi, menikahkan dengan terhormat, dan lain-lain. Semua tetap tidak bisa dibenarkan bila cara pengimplementasiannya salah.

“Seberapapun penghasilan tidak akan pernah cukup bila tidak dikelola dengan cerdas dan taqwa.”

Visits: 550

Iim Kamilah

2 thoughts on “Hidup Tenang dan Cerdas Tanpa Hutang

  1. Jazakumulloh. Sangat bermanfaat. Semoga kita khususnya semua anggota jemaat bs hidup tenang tanpa jeratan utang kpd siapapun, dan selama hidupnya bs berkurban di jln Allah Taala. Aamiin yra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *