Sepucuk Surat Cinta Atas Takdir Tuhan

“In our short time of marriage, you have shown and taught me what it truly means to be patient, content with the will of God; how to smile through the pain; place the happiness of others before yourself; thank Allah for our faith; deeply pray for others; the list of the virtues I learnt from you just goes on. Having spent just under five years with you, I have learnt a lifetime of lessons that have reinforced my faith and spirit.”

“Di masa pernikahan kita yang singkat, kau telah mengajarkan aku apa arti sesungguhnya dari kesabaran, merasa cukup dengan ketetapan Tuhan; bagaimana tersenyum melalui keperihan; menempatkan kebahagiaan orang lain di atas dirimu sendiri; berterima-kasih kepada Allah atas nikmat keimanan; sungguh-sungguh mendoakan orang lain; daftar kebaikan yang aku pelajari darimu akan terus bertambah. Menghabiskan waktu kurang dari 5 tahun bersamamu, aku telah mendapatkan pelajaran seumur hidup yang menguatkan keyakinan dan kerohanianku.”

Akhirnya genangan bening di mata pun kembali tumpah, saat membaca sebait goresan indah di akhir surat Tuan Jalees Ahmad untuk Almarhumah Ny. Noushaba Mubarak, istri tercintanya yang berpulang pada awal Februari 2024 lalu. 

Pasangan yang baru menjalani indahnya pernikahan selama 5 tahun terakhir ini, dengan ikhlas menerima perpisahan sesuai ketentuan yang telah Allah gariskan. 

Lima tahun pernikahan mereka lalui dengan berbagai ujian yang cukup berat. Manakala Almarhum sang istri mengalami sakit pada bagian panggul sebulan setelah menikah. Rasa sakit itu membuat sang istri sulit untuk berjalan, bahkan shalat pun harus dilakukan dengan duduk karena jika dicoba dengan berdiri, kerap kali sakit yang luar biasa terus terasa dan harus menahan air mata. Ujian ini mereka jalani bersama selama bertahun-tahun dengan penuh kesabaran dan tetap berikhtiar untuk menemukan jalan keluar demi kesembuhannya. 

Hingga Allah memberi karunia kesempatan bagi sang istri untuk bisa pulih melalui tindakan operasi, namun tak ada yang bisa menduga kebahagiaan yang baru mereka rasakan dari kesembuhan itu tidak berlangsung lama. Kerena dengan kasih sayang Allah sang istri harus kembali kepada sang Pemilik sejati lewat cara yang berbeda. 

Kejadian ini bukanlah satu ujian mudah yang bisa dilalui oleh setiap orang. Namun satu hal yang pasti, Allah telah menentukan atas hamba-hamba-Nya yang terpilih untuk bisa tetap berdiri tegak dan terus melangkah, menghadapi ujian yang Dia berikan. Karena sejatinya, segala kejadian yang telah Allah gariskan di alam semesta ini adalah ketetapan-Nya dan pasti merupakan pilihan terbaik bagi makhluk ciptaan-Nya. 

Sebagaimana Dia berfirman, “Tidaklah gugur sehelai daun pun melainkan Dia mengetahuinya; dan tiada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi yang pekat dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am 6: 60)

Dari perjalanan hidup yang dituliskan oleh Tuan Jalees dalam sebuah surat untuk sang istri, banyak sekali pelajaran berharga yang dapat diambil oleh setiap orang. 

Pada bagian lain surat itu Tuan Jalees Ahmad menuliskan sebait pengakuan indah untuk almarhumah: Pelajaran yang Anda ajarkan kepada saya tentang merasa puas dengan kehendak Tuhan. Dan ini adalah sesuatu yang saya bawa setiap hari, karena bagaimana saya bisa mengaku sebagai seorang Muslim jika saya tidak bisa tunduk pada kehendak-Nya?

Ketika manusia tidak pernah merasa putus asa atas segala derita dan cobaan yang sedang Allah berikan padanya, maka di saat itu pulalah ia akan menemukan wujud cinta dan kasih sayang Tuhan yang sesungguhnya. Karena dengan kesulitan yang ia hadapi, ruh, hati dan pikirannya akan tersungkur bersujud menggantungkan sepenuhnya harapan pada Sang Pencipta, dan seketika itu pula ketenangan batin akan terasa, sebagai bukti bahwa cinta dan kasih sayang Tuhan akan selalu mengiringi kesabaran seorang hamba.

*Tautan: https://www.alhakam.org/a-letter-to-my-late-wife/

Visits: 326

Aisyah Begum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *