
Menghindari Api Kesombongan
Alkisah seorang lelaki yang bersifat sombong bernama Qorun, saat ia diperintahkan oleh Allah SWT untuk membayar zakat, ia menolaknya dengan alasan zakat akan mengurangi hartanya. Kisah Qorun ini disebutkan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Ankabut ayat 40.
Puncak kesombongan Qorun terjadi saat ketika ia merasa jadi orang paling baik dari seluruh umat manusia. Saking sombongnya, ia bahkan menyebutkan tidak membutuhkan apapun karena dirinya merasa sangat kaya. Qorun juga menyatakan ia tidak butuh ampunan dari Allah SWT serta tidak takut dengan ancaman Allah.
Akibat kesombongan Qorun tersebut, Ia kemudian mendapat azab yang pedih dari Allah SWT. Allah Ta’ala menenggelamkan Qorun ke dalam perut bumi beserta seluruh kekayaannya. Seperti yang tergambar dalam surat Al-Qasas, ayat 82, “Maka kami benamkan Dia (Qorun) bersama rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah SWT dan Dia tidak termasuk orang-orang yang membela diri.”
Sombong atau arogan dalam bahasa agama disebut takabur. Menurut Imam Al-Ghozali, sombong adalah “Sifat seseorang yang memandang orang lain hina, hanya dia yang mulia dan mempunyai kebesaran.”
Meski sifat sombong adalah fitrah manusia, sejatinya peran agama dan didikan orang tua akan berpengaruh besar dalam pembentukan watak dan karakter dari pribadi seseorang. Sehingga, manusia tetap harus diajarkan tata krama, seperti bersikap Tawadhu (rendah hati), saling menerima, dan memaafkan.
Hal ini pula yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w kepada keluarga dan para sahabatnya. Bahkan beliau sendiri sudah mencontohkan hal tersebut dalam kesehariannya. Disampaikan bahwa “Rasulullah s.a.w menyukai segala sesuatu yang sederhana. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
Bahkan Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Luqman, ayat 19: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 19)
Dari firman Allah SWT yang terkandung di dalam ayat tersebut sangat jelas sekali bahwa Allah SWT melarang dan tidak menyukai orang yang suka menyombongkan diri dan merasa lebih baik dibandingkan orang lain.
Sifat sombong juga biasanya disertai dengan sifat riya’ (merasa dirinya lebih dari segalanya ). Padahal dalam Islam riya’ termasuk musyrik kecil. Mengapa dikatakan musyrik? Karena setiap kelebihan sejatinya hanya berasal dari Allah, akan tetapi malah diakuisisi secara sepihak oleh manusia itu sendiri.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Aku peringatkan Jemaatku untuk menjauhi kesombongan, karena kesombongan adalah hal yang paling memuakan bagi Allah, Tuhan yang Agung.” Ibaratnya, kesombongan bagaikan api yang membakar kayu kering dan dapat menghilangkan pahala dan karunia dari Allah SWT serta amal ibadah yang sudah kita lakukan.
Pada point 7 dalam 10 Syarat Baiat, sebagai Muslim Ahmadi kita diingatkan untuk “…akan meninggalkan ketakaburan dan kesombongan serta akan menjalani hidup dengan merendahkan diri, bersikap lemah lembut, berbudi pekerti halus dan berlaku sopan santun.”
Tentunya hal tersebut harus dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bersosialisasi baik dengan saudara, teman maupun tetangga di lingkungan tempat tinggal. Kita harus menjadi bagian dari orang-orang yang menciptakan keharmonisan dan kerukunan.
Kita harus berusaha untuk selalu rendah hati (tawadhu), tidak sombong dan membanggakan diri, agar Allah SWT mencintai dan meridhoi amal ibadah kita. Semoga kita dapat terhindar dari sifat sombong dan membanggakan diri dan menjadi manusia yang mengedepankan kebaikan dan kerendahan hati.
Visits: 109