
Keutamaan Menciptakan Kerukunan dan Perdamaian
Selama beberapa bulan terakhir, telah meletus perang antara Hamas dan Israel. Akibatnya, anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia terbunuh dan terus kehilangan nyawa, tanpa pandang bulu. Pemerintah Israel telah menyatakan bahwa mereka akan menghancurkan Gaza dan untuk tujuan ini, mereka telah melakukan pemboman yang hebat dan besar-besaran. Mereka telah mengubah kota menjadi debu. Sekarang perkembangan terbaru adalah Pemerintah Israel memerintahkan sekitar satu juta orang untuk segera meninggalkan Gaza (Utara).
Sementara itu, sesama umat Muslim yang berbeda pandangan saling menghujat, mencaci maki, kafir mengkafirkan bahkan tak sedikit mereka melakukan pengusiran dan kekerasan. Kontradiksi inilah yang umumnya nampak di dunia pada kebanyakan umat Muslim.
Seandainya orang-orang ini, pemerintahnya, para ulama, dan para politisinya menjadi orang-orang yang mengamalkan perintah Al-Qur’an Karim ini, di mana Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, maka damaikanlah diantara dua saudara kalian, dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian dikasihani.” (QS. Al Hujurat: 11)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang mengakui dirinya mu’min, mereka bersaudara. Ciri khas seorang mu’min sejati adalah dia menjaga hubungan-hubungan yang telah Allah perintahkan untuk dijaga.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Berukun-rukunlah antara sesama kamu. Di dalam rukun terdapat kebaikan. Dan jika mereka cenderung ke arah perdamaian maka cenderung pulalah engkau ke arah itu. Hamba-hamba Allah yang shalih berjalan di muka bumi dengan rukun.”
Jadi, tidak ragu lagi bahwa bersikap rukun merupakan akhlak yang tinggi derajatnya dan amat penting bagi kemanusiaan. Poinnya adalah jika kita memahami hal ini, maka kita akan menjadi orang-orang yang senantiasa berdiri di atas pondasi kerukunan dan perdamaian, serta memberikan kesempatan bagi kita untuk dapat memenuhi hak-hak orang lain.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. menasehatkan, “Camkan dua hal ini dalam benak kalian. Pertama bertakwalah dan takutlah kepada Allah. Kedua tunjukan rasa belas kasih kalian kepada saudara-saudara kalian sebagaimana kalian tunjukan kepada diri kalian sendiri. Jika seseorang melakukan kesalahan atau kekeliruan, maafkanlah. Kesalahan dan kekeliruannya itu janganlah terus-menerus jadi bahan sorotan, janganlah kalian terbiasa menyimpan dendam.”
Dalam sebuah hadits disabdakan bahwa pada hari kiamat Allah Ta’ala akan berfirman kepada sebagian hamba, “Kalian sangat baik dan Aku ridha atas kalian karena dulu Aku pernah sangat kelaparan dan kalian memberikan-Ku makanan. Dahulu Aku telanjang dan kalian memberikan-Ku pakaian. Aku kehausan dan kalian memberikan-Ku minum. Aku sakit dan kalian menjenguk-Ku. Para hamba akan berkata: “Ya Tuhan, Engkau adalah terbebas dari semua ini, kapan Engkau mengalami hal itu sehingga kami memperlakukan Engkau demikian?” Allah Ta’ala menjawab, “Suatu ketika hamba-Ku demikian adanya lalu kalian merawatnya dengan demikian seolah olah kalian telah merawat-Ku.”
Didatangkanlah satu kelompok lainnya. Allah Ta’ala berfirman kepada mereka, “Kalian telah memperlakukan-Ku dengan buruk. Dulu Aku lapar, namun kalian tidak memberi-Ku makan. Aku haus, namun kalian tidak memberi-Ku minum. Aku telanjang, namun kalian tidak memberikan-Ku pakaian. Aku sakit, namun kalian tidak menjenguk-Ku.” Sekelompok manusia tadi akan menjawab, “Ya Tuhan! Engkau Maha Suci dari semua keadaan itu. Kapan Engkau mengalami hal itu, sehingga kami berlaku demikian kepada Engkau?”
Allah Ta’ala menjawab, “Saat itu ada seseorang hamba tengah dalam keadaan demikian, namun kalian tidak bersikap simpatik dan tidak memperlakukannya dengan baik. Dengan bersikap begitu terhadap mereka seolah-olah kalian memperlakukan-Ku demikian. Janganlah anggap siapapun sebagai musuh bebuyutan, sekali-kali tinggalkanlah kebiasaan membenci. Jika Allah Ta’ala bersama kalian dan kalian menjadi milik Allah Ta’ala maka Dia dapat menjadikan musuh kalian sebagai pelayan kalian. Namun jika kalian memutuskan hubungan dengan Allah Ta’ala sehingga tidak tersisa lagi jalinan dengan-Nya dan berseberangan dengan-Nya sudah menjadi perilaku kalian, lantas siapakah musuh bagimu yang lebih besar dari Allah Ta’ala?”
“Manusia dapat selamat dari permusuhan kepada makhluk, namun jika Tuhan yang menjadi musuhnya, sekalipun seluruh makhluk menjadi temannya, maka tidak akan bisa apa-apa. Untuk itu cara yang kalian tempuh harus cara-cara para nabi. Allah Ta’ala menghendaki supaya tidak ada kebencian pribadi. Ingatlah dengan baik, manusia akan mendapatkan kemuliaan dan kehormatan jika secara pribadi ia tidak menebar permusuhan kepada siapapun. Lain halnya demi kehormatan Allah dan Rasul-Nya yakni siapa yang tidak memuliakan Allah dan Rasul-Nya bahkan memusuhiNya, maka anggaplah orang seperti itu sebagai musuhmu.”
Semoga Allah Ta’ala menganugerahi kita kesempatan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini. Dan, semoga melaluinya kita dapat menunjukkan belas kasih kita kepada sesama makhluk Allah, mendirikan dasar-dasar perdamaian, memahami makna sebenarnya Tauhid Ilahi, menyebarkan kasih sayang di tengah-tengah masyarakat.
Visits: 97