
Mencintai Allah Ta’ala dengan Memahami Asmaul Husna
Roda empat berjajar rapat, roda dua silih berganti saling mendahului, untuk siapa yang lebih dulu berada di barisan paling depan. Klakson berbunyi sesekali, memenuhi deru suara kendaraan yang bising terdengar. Suara klakson seolah menjadi desah penat. Padahal jalanan itu satu arah, kendaraan tetap akan maju dan akan sampai pada yang dituju siapapun yang lebih dulu.
Namun, begitulah seorang makhluk ciptaan Allah yang satu ini, tak sabar terburu-buru padahal juga akan tertuju. Gedung-gedung pencakar langit jadi saksi bisu. Kami menyusuri jalanan kota yang padat, mengikuti laju kendaraan di depan.
Siang itu, saya akan ikut menghadiri kegiatan Ta’lim-Tarbiyat, berdua bersama sang putra. Menyusuri sisi kota dengan kendaraan roda dua, disinari matahari yang cukup membuat kepala penat. “Woooooooow! Macet… Macet…,” celotehan si kecil yang tengah duduk di jok bagian depan.
Suaranya terdengar kecil di antara bisingnya kendaraan yang berlalu lalang. Namun masih terdengar di telinga sebagai teman perjalanan. “Mah, ada mobil besar,” katanya. Mobil besar melengkapi kepadatan jalanan kota. Semakin ia besar, seolah ia yang terlihat berkuasa. Namun apa daya, ia tetap di tempatnya, tak diberi celah jalan oleh kendaraan lainnya karena ia bukanlah siapa-siapa.
Saat sampai, materi yang dibahas Ibu Sekretaris Tarbiyat adalah Asmaul Husna, nama-nama Allah Ta’ala yang merupakan sifat-sifat-Nya. Salah satu nama yang dibahas adalah Al-Qadir (Maha Berkuasa atas segala sesuatu), Yang Mahamampu, Yang Maha Berkehendak, Yang Maha Berupaya, Yang Maha Menentukan, Mahakuat, dan bagi-Nya kekuasaan.
Manusia tiada daya dan upaya tanpa adanya pertolongan dari Allah Swt. Allah Maha Berkuasa dan tidak ada satu makhluk pun di alam semesta ini yang dapat menghalangi kuasa-Nya. Karena itu, kembalilah kepada-Nya, memohon dan berdoalah hanya kepada-Nya, karena Dialah Yang Paripurna, Pengabul segala doa. Karena sehebat apapun manusia, tetaplah ia punya keterbatasan.
Sebelum Al-Qadir, ada Al-Hakim (Yang Mahabijaksana). Teringat saat kita melakukan sebuah dosa, namun Allah bukannya menghukum kita tapi menurunkan para malaikat dan Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad saw. sebagai pengingat agar kita tidak melakukan dosa, agar kembali ke jalan-Nya.
Kata Ibu Sekretaris Tarbiyat, dosa itu seperti botol yang diisi air. Jika dibiarkan terus menerus akan luber, tumpah ruah, dan tak tertakar. Ingat! Jangan biarkan Allah murka. Artinya, akan semakin penuhlah botol dosa jika kita tidak meminta pengampunan-Nya. Al
Hakim adalah Yang Mahabijaksana, dari perkataan-Nya, perbuatan-Nya dan takdir-Nya. Untuk mengendalikan dan menghalangi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi kepada hamba-hamba-Nya. Betapa Allah mencintai hamba-hamba-Nya, namun sebagai hamba kita seringkali lalai.
Setelah Al-Qadir adalah Al-Muhaimin, Yang Maha Memelihara, sebagai saksi atas segala perkataan dan perbuatan makhluk-Nya, serta memastikan kesejahteraan dan perlindungan bagi mereka. Dia adalah Zat Yang Maha Memelihara seluruh makhluk. Amal perbuatan, rezeki, termasuk jodoh, dan bahkan kematian kita sekalipun sudah diatur oleh Allah Swt.
Masya Allah!
Lalu sebagai mahkluk Allah Swt., apa yang bisa kita sombongkan? Apa yang bisa kita banggakan? Allah-lah yang mengatur, pemilik alur cerita dari kehidupan kita. Namun satu hal, kita akan mendapat ridho-Nya saat kita tetap dalam aturan-Nya dan menjalankan segala perintah-Nya.
Saya jadi teringat dengan apa yang saya lihat tadi. Semakin besar sebuah mobil, semakin berat beban yang ia bawa, semakin berat beban yang ia bawa maka akan semakin lambat ia melaju. Namun, tidak peduli selambat apapun kamu, jika tidak berhenti, kamu akan tetap sampai pada yang dituju.
Tidak ada manusia sempurna, tapi setiap dari kita harus berproses menjadi lebih baik. Boleh jadi, lambatnya jalanmu dan pelannya prosesmu adalah cara Allah mencintaimu. Tetaplah kejar cinta Allah agar dapat cinta dari makhluk-Nya. Dan tetap jadikan surga-Nya yang dituju agar dunia dan seisinya juga mengejarmu.
Visits: 48