Memenuhi Haququllah Melalui Pemenuhan Haququl’ibad

Pulpen dan sebuah buku catatan kecil sudah berada dalam genggaman, segelas kopi kecil penghalau kantuk juga sudah disediakan. Saya duduk siap menunggu jalannya acara dimulai, dengan niat hati akan mencatat poin-poin materi yang akan disampaikan Hudhur tercinta pada Jalsah Salanah Jerman 2024 hari kedua, acara yang hanya diadakan setahun sekali saja. Momentum ini selalu dinantikan, meskipun hanya sebatas menatap dan mendengarkan beliau dari layar kaca.

Ada sebuah doa tersirat, semoga ada kesempatan untuk bertemu dan menyapa beliau secara langsung. Dalam Jalsah Salanah Jerman hari kedua yang saya simak, beliau menyampaikan bahwa kita sebagai seorang manusia, makhluk ciptaan Allah Swt. ini harus menggapai ketaqwaan, terutama bagi seorang perempuan untuk menciptakan sebuah keluarga dan juga tarbiyat anak.

Dalam baris pertama tercatat, ketakwaan memberikan kekuatan dan menjauhkan diri dari keburukan. Karena takwa juga menghadirkan rasa takut dan ketakutanlah yang menjauhkan manusia dari keburukan. Ini berarti bahwa kita harus memiliki rasa takut terhadap Allah Swt. agar kita dapat menggapai ketakwaan itu sendiri. Mengucapkan ‘subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim’ adalah amalan yang Hudhur sampaikan agar mendapat jalan menuju ketakwaan.

Mendengar kata takwa, saya jadi teringat ketika melewati jalan raya lalu kita mendapati lampu lalu lintas di sana, di tengah perjalanan kita harus berhenti karena lampu merah menyala. Tapi, sebelum lampu merah, ada lampu kuning menyala sebagai penanda bahwa beberapa waktu lagi kita harus berhenti. Lalu, lampu merah menandakan bahwa kita harus berhenti hingga akhirnya lampu hijau mengatakan bahwa kita harus maju dan bergerak kembali.

Lampu merah diibaratkan bahaya, kita harus selalu dalam jalur kehati-hatian. Lampu kuning adalah jeda bahwa Allah selalu memberikan penanda ketika bahaya itu datang. Sedangkan lampu hijau menyatakan bahwa kita boleh melanjutkan perjalanan.

Bila dalam perjalanan jasmani saja kita diharuskan taat pada aturan, maka begitu pula dalam perjalanan rohani. Islam penuh dengan aturan karena tujuannya untuk keselamatan kita. Tinggal kita yang memilih mau selamat atau tidak, keluar jalur dan bertemu bahaya atau tetap dalam haluan dan ikut peraturan yang ada.

Hudhur juga menyampaikan bahwa seorang perempuan menyukai keindahan, salah satunya adalah berdandan. Tapi, perempuan di Barat saat ini lebih suka memakai pakaian minim dan merasa bahwa hidupnya mendapatkan kebebasan. Mereka merasa senang mengekspos keindahan mereka dan itu bertentangan dengan Islam.

Ini menjadi tugas seorang wanita Ahmadi untuk memberikan contoh dan belajar menjadi panutan bagi orang-orang yang sudah terperdaya akan gaya barat. Walaupun beberapa Lajnah kita sudah ada yang terpengaruh dengan gaya barat, tapi kita harus tetap berderap maju dalam perbaikan akhlak.

Berusahalah menjauhkan diri dari keburukan-keburukan. Dan, ketakwaan harus dimiliki para Lajnah, baik yang tua maupun muda, semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Juga, merupakan tugas para lelaki Ahmadi untuk memberi teladan dalam menundukkan pandangan mereka dan melindungi seorang perempuan.

Perempuan dan laki-laki harus sama-sama menjaga lisan dan pandangan mata agar menumbuhkan keindahan dalam bermasyarakat. Kita juga harus senantiasa memenuhi hak Allah Ta’ala. Dan, harus senantiasa diingat bahwa haququllah (hak Allah) tidak akan dapat kita penuhi jika tidak memenuhi haququl’ibad.

Makna dari haququl’ibad yaitu kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk ciptaan Allah Swt. juga termasuk di dalamnya hubungan dalam rumah tangga, ini adalah tugas seorang mukmin hakiki. Tarbiyat yang baik dimulai dari keluarga. Seorang manusia tidak cukup hanya dengan memiliki keturunan saja, manusia harus mempunyai ketakwaan dan berusaha jadi hamba Allah Swt. yang hakiki, asroful ibad. Dengan ini juga kita mendapatkan perlindungan Allah Swt. agar terciptanya rumah tangga yang baik dan keturunan-keturunan yang baik.

Berusahalah memperbaiki hubungan rumah tangga dan dengan Allah Swt. agar memberikan dampak baik bagi keluarga kita juga untuk Jemaat dan agama kita. Karena orang-orang mukmin sejati adalah yang menempuh ketakwaan kepada Allah Swt. Kita harus berusaha agar keturunan kita juga mendoakan kita. Hudhur menyampaikan, “Tumbuhkanlah ketakwaan dan jadikan tujuan menikah semata-mata untuk mengejar ridho Allah Swt. dan jadilah seseorang yang mau memperbaiki diri.”

Visits: 65

Kamila Saida

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *