
Kabar Gembira Bagi Mereka yang Sabar dan Teguh dalam Keimanan
Abdullah bin Muhammad bercerita. Suatu hari ketika ia berada di wilayah perbatasan Arish, Mesir, di tengah padang pasir yang sunyi, ia melihat sebuah kemah kecil. Dari penampakannya, jelas bahwa pemilik kemah itu hidup dalam kemiskinan yang amat sangat.
Rasa penasaran membawanya mendekati kemah tersebut. Saat masuk, ia menemukan seorang laki-laki terbaring di dalamnya. Namun, pemandangan itu membuatnya terkejut, laki-laki tersebut kehilangan kedua tangan dan kakinya, buta matanya, dan sulit mendengar.
Meski demikian, lisannya tetap bergerak mengucapkan zikir. Dengan suara lemah, laki-laki itu berkata, “Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Engkau telah memuliakan aku melebihi banyak makhluk-Mu yang lain.”
Abdullah, tak kuasa menahan rasa herannya, mendekat dan bertanya, “Wahai saudaraku, nikmat apa yang engkau syukuri?”
Laki-laki itu tersenyum dan menjawab, “Wahai, Saudaraku. Diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan untuk menenggelamkanku, gunung api untuk membakarku, atau langit untuk meremukkanku, aku tetap akan bersyukur. Tidakkah engkau lihat? Allah telah memberikan aku lisan yang bisa berzikir dan bersyukur. Selain itu, aku memiliki seorang anak yang selalu menolongku dan menuntunku ke masjid saat salat, menyuapiku saat makan. Namun, sudah tiga hari ini ia tak kembali. Bisakah engkau mencarinya untukku?”
Abdullah pun setuju dan pergi mencari anak tersebut. Setelah berjam-jam berjalan, ia menemukan tubuh anak itu tergeletak di antara pasir, dikelilingi oleh seekor singa. Ternyata, anak itu telah meninggal diterkam binatang buas. Hati Abdullah terasa berat. Ia kembali ke kemah dan mencoba menenangkan laki-laki itu.
“Wahai Saudaraku, tahukah engkau tentang kisah Nabi Ayyub as.?” tanyanya. Laki-laki itu mengangguk. Abdullah melanjutkan, “Nabi Ayyub as. diuji dengan kehilangan harta. Bagaimana keadaannya?”
“Ia bersabar.” jawab laki-laki itu. “Ia juga kehilangan anak-anaknya. Bagaimana sikapnya?” tanya Abdullah lagi. “Ia tetap bersabar.” jawabnya mantap.
Abdullah kemudian berkata pelan, “Wahai Saudaraku, aku menemukan anakmu di antara pasir, diterkam binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala untukmu dan memberimu kesabaran.”
Mendengar itu, laki-laki tersebut menarik napas panjang. Kemudian ia berkata dengan tenang, “Alhamdulillah. Allah tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada-Nya hingga mereka diazab di neraka.”
Tak lama setelah itu, laki-laki itu memejamkan mata, menarik napas terakhirnya, dan meninggal dunia dalam keadaan penuh keimanan. Abdullah tertegun, menyaksikan akhir yang begitu indah.
Dengan bantuan empat lelaki yang datang mengendarai kuda, mereka memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah laki-laki yang sabar dan penuh rasa syukur itu. [1]
Kisah ini menjadi pelajaran besar bagi kita semua bahwa bersyukur dan bersabar adalah kekuatan terbesar seorang mukmin, bahkan dalam kondisi paling sulit sekalipun.
Sebagaimana Allah SWT. berfirman, “Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan; dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. [2]
Ayat ini mengandung pesan mendalam tentang ujian hidup yang pasti dialami setiap manusia. Ujian ini datang dalam berbagai bentuk seperti rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, kehilangan orang yang dicintai, atau kegagalan dalam usaha.
Allah Ta’ala mengingatkan bahwa semua ini adalah bagian dari rencana-Nya untuk menguji keimanan, kesabaran, dan ketawakalan hamba-hamba-Nya. Namun, Allah juga memberikan kabar gembira kepada mereka yang tetap sabar dan teguh dalam menghadapi ujian tersebut.
Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin! Semua perkaranya adalah kebaikan, dan itu tidak dimiliki siapa pun kecuali orang beriman. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu adalah kebaikan baginya. Jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, dan itu juga adalah kebaikan baginya.” [3]
Hadis ini menunjukkan bahwa ujian, baik berupa kesenangan maupun kesulitan, selalu mengandung kebaikan bagi orang-orang yang beriman. Kesabaran dalam kesulitan akan membawa pahala besar, sementara syukur dalam kebahagiaan adalah bentuk penghambaan yang mulia.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan untuk bersabar dan bersyukur dalam segala keadaan. Amin.
Referensi:
[1] https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6655416/sosok-abu-qilabah-sahabat-nabi-yang-paling-sabar
[2] QS. Al-Baqarah 2: 156
[3] HR. Muslim
Visits: 35