Nasehat Rasulullah saw. Tentang Waktu

Waktu terasa begitu cepat berlalu. Bulan pertama di tahun 2025 akan segera berakhir. Namun, pencapaian apa yang sudah kita dapatkan di awal tahun ini? Sudahkah rencana-rencana yang disusun di awal tahun dilaksanakan dengan baik? Pepatah mengatakan, ‘Satu-satunya hal di dunia ini yang tidak dapat dibeli adalah waktu.’ Satu detik berlalu, kita tidak akan mampu mengembalikannya. 

Setiap insan di dunia diberikan jatah waktu masing-masing. Tidak ada yang tahu, apakah kita akan menjalani waktu di dunia hingga usia tua, atau justru kita meninggalkan dunia saat usia muda? Sebagai seorang Mukmin, kita dilahirkan ke dunia dengan tujuan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, beribadah, dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi sesama manusia. Allah Taala berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [1] 

Sebagai seorang Muslim, tepat kiranya agar kita senantiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Belajar, bekerja, dan bermasyarakat adalah sarana untuk kita memantaskan diri dalam pandangan duniawi. Dan untuk memantaskan diri di hadapan Sang Maha Pencipta, tunjukkanlah disiplin kerohanian, segenap kemampuan untuk menaati segala perintah-Nya, dan menjelmakan sifat-sifat Tuhan ke dalam diri sendiri. 

Ibnu Abbas ra meriwayatkan, Rasulullah saw memberikan nasehat: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum kematianmu.” [2]

Masa muda kadang membuat kita terbuai dan lalai dengan tujuan penciptaan kita di dunia, lalai dan malas beribadah dengan anggapan beribadah bisa nanti saat tua. Masa di mana tubuh kita kuat dan sehat, kerap kita jadikan alasan untuk fokus meraih berbagai pencapaian duniawi, hingga kita lupa bahwa ajal menjemput tanpa mengenal usia. 

Begitu pula masa ketika tubuh kita kuat dan sehat, manfaatkanlah untuk mengkhidmati agama dan beramal saleh. Karena saat seseorang sakit dan tubuhnya tidak kuat lagi, pengkhidmatan pada agama dan amalan-amalan hanyalah ibarat khayalan yang sulit untuk dilaksanakan. Saat itu hanya penyesalan yang dirasakan.

Gemerlap harta duniawi pun kerap membuat manusia lalai dan lupa segalanya. Masa kejayaan dengan harta yang melimpah, masih dirasa sedikit dan kurang ketika diingatkan untuk menyisihkan sebagian bagi kepentingan agama. Ingatlah selalu nasehat dari Hadhrat Masih Mau’ud as, “Betapa beberkahnya zaman ini! Zaman ketika orang-orang sudah tidak perlu lagi mempersembahkan nyawanya. Ini sudah bukan lagi zaman untuk mempersembahkan pengorbanan tertinggi dan terakhir, melainkan zaman bagi seseorang untuk membelanjakan hartanya, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.” [3]

Begitu juga dengan waktu luang, hendaklah kita senantiasa ingat untuk menyibukkan diri dengan kebaikan, ketaatan dalam menjalankan semua perintah Tuhan, sebelum datangnya berbagai kesibukan yang tanpa henti. Jangan menunda-nunda melakukan kebaikan dan pengkhidmatan agama. Jangan pula menjadikan kesibukan sebagai alasan karena malas dan berpikir masih ada lain waktu.

Hendaklah kita senantiasa menyadari, bahwa saat ini kita sedang dalam perjalanan menuju keabadian, dunia sekarang hanya tempat kita singgah sementara. Namun, kita tidak tahu, berapa lama kita singgah di dunia ini. Untuk mendapatkan tempat yang baik dan membahagiakan kelak di akhirat, kita berkejaran dengan waktu di dunia. 

Gunakanlah sebaik-baiknya waktu untuk beribadah kepada Sang Pemilik Hari Pembalasan. Hadhrat Ali bin Abi Thalib ra. menasehatkan,“Sesungguhnya hari ini adalah masa beramal dan tidak ada hisab (perhitungan) sedangkan besok adalah masa hisab dan tidak ada amal.”

Semoga kita dapat mengamalkan apa yang dinasehatkan Rasulullah saw dalam perkara waktu, agar kita senantiasa ada dalam ketaatan, terhindar dari sikap lalai, dan kelak termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung.

 

Referensi:

[1] QS. Az-Zariyat:57

[2] HR. Al-Hakim dalam Al Mustadrak, Imam Adz Dzahabiy dalam at Talkshish Bukhari Muslim 

[3] Al-Hakam, Qadian, 10 Juli 1903

Visits: 99

Rahma Candra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *