
Turunnya Al-Qur’an di Malam Lailatul Qadar: Apa Maknanya Bagi Kita?
Turunnya Al-Qur’an di malam Lailatul Qadar bukan tanpa sebab. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.” [1] Dalam tafsir dijelaskan bahwa:
“Al-Qur’an telah diturunkan di dalam suatu malam yang secara khusus telah diperuntukkan bagi penampakan kekuasaan Ilahi yang istimewa, atau di dalam suatu malam yang mempunyai nilai sama dengan seluruh jumlah malam-malam lainnya, atau di dalam suatu malam yang mempunyai kebesaran, keagungan, dan kehormatan; atau, di dalam suatu malam yang mempunyai kecukupan, yaitu, Al-Qur’an memenuhi selengkapnya semua kebutuhan dan keperluan manusia, baik mengenai akhlak maupun ruhaninya. Atau, artinya adalah Tuhan telah menurunkannya dalam Malam Takdir atau Malam Nasib, yakni, Al-Qur’an diturunkan pada saat ketika nasib manusia ditakdirkan, pola alam semesta masa mendatang telah ditetapkan, dan asas-asas petunjuk yang tepat bagi umat manusia telah diletakkan untuk sepanjang masa mendatang. Masa kemunculan seorang muslih rabbani besar disebut Lailat al-Qadr, karena pada masa itu dosa dan kejahatan merajalela serta kekuatan kegelapan menguasai segala yang lain. Lailat al-Qadr telah diartikan pula sebagai suatu malam tertentu di antara malam-malam tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir di dalam bulan Ramadan, tatkala Al-Qur’an pertama kali mulai diturunkan. Atau, ayat itu dapat berarti, seluruh jangka waktu 23 tahun yang meliputi risalat Hadhrat Rasulullah saw, ketika selama jangka waktu itu Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur.” [2]
Dari ayat dan tafsir yang telah diuraikan di atas, kita dapat memahami bahwa turunnya Al-Qur’an di malam Lailatul Qadar adalah simbol kelengkapan wujud manusia untuk bisa menerima segala ajaran Allah Ta’ala dengan sempurna di dalam Al-Qur’an.
Allah Ta’ala mengutus nabi-nabi-Nya berdasarkan kemampuan umat manusia pada masing-masing jamannya. Akal dan akhlak manusia pada jaman nabi-nabi sebelum Hadhrat Rasulullah saw. Dan ketika beliau saw. Sangatlah berbeda. Manusia mengalami ‘evolusi’ secara akal dan rohani hingga kemudian siap seutuhnya menerima ajaran Hadhrat Rasulullah saw., sang Nabi Sempurna.
Sehingga, manusia di jaman beliau saw. Dan seterusnya sesungguhnya adalah manusia yang telah mencapai kemampuan sempurna dan optimal, untuk bisa menjadi perwujudan atau cermin sifat-sifat Allah Ta’ala. Karena itulah, Al-Qur’an adalah kitab sempurna yang tak memerlukan perbaikan atau penyempurnaan sebagaimana kitab-kitab dari para nabi sebelum Hadhrat Rasulullah saw.
Akan tetapi, manusia selalu membutuhkan bimbingan Allah Ta’ala untuk bisa memahami sepenuhnya ajaran Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an. Dan untuk itulah Allah Ta’ala akan senantiasa mengirimkan utusan-Nya agar manusia tak kehilangan arah yang benar dalam memahami kitab-Nya yang sempurna.
Sebagaimana Dia berfirman, “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal saleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka.” [3]
Lailatul Qadar bukan hanya tentang malam itu sendiri, tetapi tentang bagaimana kita memahami dan mengamalkan alquran. Ini adalah momen refleksi, sudah sejauh mana kita menjadi pribadi yang layak mendapatkannya?
Referensi:
[1] QS. Al-Qadr: 2
[2] Al-Qur’an dengan Terjemahan dan Tafsir terbitan Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia
[3] QS. An-Nur 24: 56
Visits: 65